"Ke Yamabuki Chuu?????"
Momoshiro berteriak kaget saat teman sekelasnya dengan wajah super memelas tiba-tiba meminta dirinya menemani ke Yamabuki nanti sepulang sekolah. Ia tahu kalau hari ini tak ada kegiatan klub makanya gadis yang menjabat juga sebagai sahabatnya itu meminta bantuannya siang ini.
Sementara gadis yang memintanya itu langsung mengangguk meskipun raut memelasnya tetap terpeta dari wajah dan itu demi apapun benar-benar membuat Momoshiro ingin tertawa tapi ia mencoba menahannya karena sepertinya kali ini temannya itu tidak main-main dan benar-benar membutuhkan bantuannya.
"Ada apa memangnya dengan Yamabuki?" pemuda bermata ungu itu akhirnya bertanya karena penasaran, ya, jelas saja ia penasaran... karena tidak biasanya sahabatnya yang super cerewet dan kadang merepotkan
Mari—gadis yang memintanya tadi menghela nafas pendek dan manyun sejenak sebelum memutuskan untuk duduk di samping Momoshiro, ia menggumam tak jelas dan akhirnya menatap mata ungu milik sang sahabat.
"Hng? Doushite?"
"Jadi—kemarin aku membeli sesuatu—eerr—hehehe," gadis itu mulai bercerita tapi ia berhenti dan nyengir sejenak ke arah Momoshiro yang hanya bisa mengangkat alis, "Saat perjalanan pulang dari toko itu, tidak sengaja aku menabrak seseorang—"
"Nabrak, iya, itu sangat Mari sekali," potong Momoshiro dengan cepat, ia memutar matanya bosan.
"Moouuu... dengarkan duluuu...." sembur Mari tak terima.
"Hai, hai, lalu?" akhirnya Momo pun mengalah, ia kembali memasang telinganya baik-baik guna mendengar lanjutan cerita Mari.
"Pas itu tas belanjaanku dan tas belanjaan milik orang yang kutabrak itu berserakan di jalanan... dan karena malu dilihat banyak orang, akhirnya aku buru-buru mengambil tas belanjaan—yang kuyakini adalah milikku dan langsung pergi dari tempat itu."
"...." Momoshiro mengangguk-anggukan kepalanya sok paham saat mendengar cerita Mari, "Lalu? Apa masalahnya?" tanyanya entah untuk yang ke berapa kalinya.
"Nah, masalahnya ya setelah ituuu... saat aku sampai di rumah dan membuka belanjaanku, barang yang kubeli tadi jadi lain... huhuhu... dan saat aku kembali ke toko itu bersama Kaoru-chan dan mencari tahu tentang barang yang ada di tanganku, sang penjaga toko mengatakan barang itu pesanan dari salah satu pelanggan mereka yang bernama Higashikata Masami."
"....."
"Dan, Oishi-senpai mengatakan kalau Higashi—siapa tadi, yah itulah, ternyata siswa Yamabuki Chuu," Mari menutup ceritanya dengan helaan nafas panjang, "Nah, jadi begi—"
"Bhahahahahaha.... ahahahahahahaha," dan suara tawa dari Momoshiro pun memenuhi ruang kelas 2-8, ia memukul meja dengan tangannya berkali-kali dan masih saja tertawa.
"Moooooooouuuu... Kau ini puas sekali sih tertawanya, tidak lucu tahu!" bentak sang gadis tak terima.
Momoshiro berusaha sekuat tenaga menahan tawanya dengan menutup mulut tapi saat melihat wajah Mari yang tengah manyun dengan dua tangannya yang ia posisikan di pinggang itu mau tak mau membuatnya kembali tertawa dan akhirnya jitakan pun mendarat di kepala jabriknya dan sukses membuat tawanya berhenti, "Ittai!" pekiknya.
"Ih, Momo-chii menyebalkan!!!"
"Go-gomen gomen... ppfffttt—" Momoshiro mengusap kepalanya yang baru saja mendapat hadiah kecil dari sang sahabat dan kali ini ia nyengir kaku menatap gadis di depannya yang masih mengerucutkan bibir, "Hei, hei, aku hanya bercanda, jangan cemberut begitu dong, jelek tahu," ucapnya berusaha menghibur.
"Urusai!"
"Hai, hai, eh, tunggu... kenapa kau tidak meminta bantuan Mamushi sejak awal?" sang reguler Seigaku menggaruk pipinya, tak habis pikir juga, kan ada Kaidou?
Helaan nafas kembali terdengar dari Mari dan itu sedikit membuat Momoshiro bingung, gadis ini sering sekali menghela nafas yah?
"Reaksi Kaoru-chan tak ada bedanya denganmu."
Mendengar suara sang sahabat yang terlalu ngenes itu kembali membuat tawa Momoshiro yang sempat ditahannya meluncur mulus dari mulutnya, ia benar-benar tertawa sekarang ini, tak peduli ia akan mendapat pukulan atau jeweran dari Mari nantinya tapi ia benar-benar tidak bisa menahannya lagi.
"MOOOOOOOOOOOOOUUUUU.... MOMO-CHII NO AHOU!!!!!!!"
The Prince of Tennis: Takeshi Konomi
Yamabuki's Craziness: Mari-chan
"Hhh...." Mari benar-benar frustasi sekarang. Di tangannya ada tas berisi jaket pesanan dari siswa Yamabuki itu yang namanya sangat susah untuk diingat olehnya. Dan saat ini juga, ia tengah berjalan dengan tenang menuju sekolah orang tadi bersama dua sahabatnya, Kaidou Kaoru dan Momoshiro Takeshi.
Tunggu, bukannya ia tadi hanya mengajak Momo? Lalu kenapa Kaoru-chan juga ikut?
Yah, saat tadi ia bertanya pada pemuda berbandana itu sih, ia menjawab karena pergi bersama Momoshiro itu penuh resiko dan ia tidak mau mau sesuatu yang buruk terjadi karena sudah jelas kalau terjadi sesuatu padanya, maka Kaidou lah orang pertama yang akan kena sembur dari Marco-san. Bukan hanya Marco-san, tapi juga Sabo-san, Shirohige-jiisan, Trafalgar Law dan ibunya sendiri, karena ia tidak bisa menjaga Mari.
Yah, saat tadi ia bertanya pada pemuda berbandana itu sih, ia menjawab karena pergi bersama Momoshiro itu penuh resiko dan ia tidak mau mau sesuatu yang buruk terjadi karena sudah jelas kalau terjadi sesuatu padanya, maka Kaidou lah orang pertama yang akan kena sembur dari Marco-san. Bukan hanya Marco-san, tapi juga Sabo-san, Shirohige-jiisan, Trafalgar Law dan ibunya sendiri, karena ia tidak bisa menjaga Mari.
Alasan. batin Mari sweatdrop.
Tapi baguslah, setidaknya ia merasa lebih aman bersama dua sahabatnya di sisinya.
Jujur, sebenarnya Mari tidak begitu ingat yang mana di antara anak-anak Yamabuki yang memiliki nama eerr—Higashikata—kalau tidak salah. Dan lagi, Yamabuki... ugh, sekolahnya orang genit itu... dan jangan lupakan Akutsu Jin yang juga bersekolah di sana.
Apakah semuanya akan baik-baik saja? Mari sedikit khawatir, ya bagaimanapun juga, kegagalan Yamabuki menjuarai Kejuaraan tingkat daerah juga karena kalah dari Seigaku. Jangan-jangan si Akutsu itu masih marah... hiiieeee...
Tuk!
Tepukan sekaligus usapan pelan di kepala sukses menyentakkan Mari dari lamunan singkatnya tentang anak-anak Yamabuki. Ia sedikit kaget sih, tapi ia sudah tahu siapa yang menepuk kepalanya.
Gadis ini pun menolehkan kepalanya ke sisi kanan di mana terdapat satu sosok yang baru saja menepuk kepalanya itu dan ia menggumam lirih, "Kaoru-chan?"
"Fshuuu... semuanya akan baik-baik saja," ujar Kaidou dengan nada tenang tanpa sedikitpun menatapnya dan Mari perlahan menguarkan senyumnya. Aaaah, cara sahabatnya ini menenangkan dirinya memang tak pernah berubah sejak mereka kecil.
"Ne, ne, ada aku juga loh, jangan lupakan itu." sahut Momoshiro yang ikut-ikutan mengepalkan tangannya seraya nyengir lebar.
Ahahaha, dua sahabatnya ini memang paling bisa diandalkan.
"Hai!" sahut Mari ceria.
Jujur, sebenarnya Mari tidak begitu ingat yang mana di antara anak-anak Yamabuki yang memiliki nama eerr—Higashikata—kalau tidak salah. Dan lagi, Yamabuki... ugh, sekolahnya orang genit itu... dan jangan lupakan Akutsu Jin yang juga bersekolah di sana.
Apakah semuanya akan baik-baik saja? Mari sedikit khawatir, ya bagaimanapun juga, kegagalan Yamabuki menjuarai Kejuaraan tingkat daerah juga karena kalah dari Seigaku. Jangan-jangan si Akutsu itu masih marah... hiiieeee...
Tuk!
Tepukan sekaligus usapan pelan di kepala sukses menyentakkan Mari dari lamunan singkatnya tentang anak-anak Yamabuki. Ia sedikit kaget sih, tapi ia sudah tahu siapa yang menepuk kepalanya.
Gadis ini pun menolehkan kepalanya ke sisi kanan di mana terdapat satu sosok yang baru saja menepuk kepalanya itu dan ia menggumam lirih, "Kaoru-chan?"
"Fshuuu... semuanya akan baik-baik saja," ujar Kaidou dengan nada tenang tanpa sedikitpun menatapnya dan Mari perlahan menguarkan senyumnya. Aaaah, cara sahabatnya ini menenangkan dirinya memang tak pernah berubah sejak mereka kecil.
"Ne, ne, ada aku juga loh, jangan lupakan itu." sahut Momoshiro yang ikut-ikutan mengepalkan tangannya seraya nyengir lebar.
Ahahaha, dua sahabatnya ini memang paling bisa diandalkan.
"Hai!" sahut Mari ceria.
*********
***
*********
Yamabuki Chuu
Mari, Kaidou dan Momoshiro saling bertatapan saat ketiganya berada di depan gerbang sekolah yang bertuliskan Yamabuki itu. Mereka sudah sampai. Haruskah mereka masuk?
Entah kenapa pikiran-pikiran aneh kembali menguasai otak Mari. Ia jarang sekali mengunjungi sekolah lain—satu-satunya sekolah yang pernah ia kunjungi adalah sekolah sang kakak—karena itu ia merasa sedikit—gugup.
"Ayo masuk," ajak Momo, ialah yang pertama kali memasuki area Yamabuki dan diikuti oleh Kaidou.
Buru-buru Mari mempercepat langkah untuk mengejar kedua sahabatnya itu. Mata hitamnya mulai memperhatikan sekolah yang baru saja ia masuki ini.
Yamabuki Chuu memiliki gedung sekolah yang bagus, halamannya juga luas seperti halnya Seigaku. Tempat parkir pribadi milik para sensei juga luas. Sekolah ini terlihat nyaman.
"Ne, bagaimana cara kita mencari Higashikata-san?" tanya Momo, ia masih berjalan dengan pelan menuju bangunan sekolah, mata ungunya juga belum beralih dari area Yamabuki yang nampak asing baginya.
"Fshuuu, baka, Oishi-senpai mengatakan Higashikata-san itu anggota klub tenis, sudah jelas kita pergi ke lapangan tenis, fshuuu," jawab Kaidou.
"Nani! Aku sudah tahu itu, Mamushi, maksudku, di mana letak lapangan tenisnya, baka!" Momoshiro berujar dengan nada yang mulai meninggi, ia menatap sang Rival dengan tatapan kesal.
"Mana kutahu, ini kan pertama kalinya aku ke sekolah ini, Idiot!" balas Kaidou.
"Nani? siapa yang kau panggil idiot!" dengan cepat Momoshiro menarik kerah baju milik Kaidou dan secara insting Kaidou juga melakukan hal yang sama.
Perang deathglare pun tak terhindarkan, kenapa sih kedua orang ini mudah sekali tersulut emosi jika sudah terlibat obrolan? mungkin perkelahian keduanya akan berlanjut jika saja mereka tidak mendengar suara seseorang yang berteriak ke arah mereka.
"Berhenti!!"
Suara itu semakin terdengar jelas dan kedua junior Seigaku inipun akhirnya melepaskan kerah baju milik rival-nya saat sosok yang tadi berteriak itu mulai mendekati mereka.
"Berhenti, desu!"
Desu?
*********
***
*********
"Nanda, Seigaku ka?" gumam seorang pemuda bertubuh kecil dan membawa sebuah buku berwarna biru di tangannya. Pemuda itu terlihat ngos-ngosan saat sampai di depan Momoshiro dan Kaidou.
"Are?" pekik Momoshiro, ia memutar otaknya saat melihat sosok di depannya. Sosok di depannya ini tidak asing, ia ingat pernah melihatnya, tapi di mana? "Kau 'kan?" ia menggumam tak jelas.
"Dan Taichi, desu, hai!" sahut pemuda dengan surai hitam kehijauan itu. Ia membungkukkan badannya ke arah Momo dengan sopan.
"Ah iya, Dan.. kau yang pernah bertanding melawan Echizen itu kan?" tanya Momoshiro lagi, ternyata memori otaknya lumayan juga.
"Hai!" jawab Dan semangat.
Dan saat Momoshiro masih sibuk dengan Dan, ia tidak menyadari gelagat aneh dari rival-nya—Kaidou—pemuda empat belas tahun itu dari tadi menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu.
"Lalu, kenapa kau berteriak tadi?" itulah pertanyaan yang harusnya Momoshiro tanyakan sejak pertama kali melihat Dan... bukannya melenceng ke Echizen segala.
"Ah, hai! Sebenarnya akhir-akhir ini di sekitar sini ada rumor tentang penculikan desu... saya takut kalian itu para penculik itu, makanya saya menghentikan kalian, desu, hai!"
Ini kok lama-lama kurang ajar yah? O.O
Mendengar jawaban dari siswa Yamabuki kelas satu itu sedikit membuat emosi Kaidou meninggi, ia mendesis guna menahan emosinya, "Tapi kami bukan penculik," katanya geram. Ia kembali melihat ke sekelilingnya, terlihat raut khawatir juga dari wajahnya yang biasanya tenang.
Bicara soal penculik... Ini sedikit membebani pikirannya sejak tadi... ia baru sadar kalau sahabatnya menghilang sejak ia mulai berkelahi dengan Momoshiro. Jangan-jangan benar di sini ada penculik dan penculik itu menculik Mari?
Tapi sedetik kemudian Kaidou menggelengkan kepalanya, tidak mungkin. mana ada penculik yang mau menculik gadis cerewet dan super merepotkan macam Mari. Dalam Hati, Kaidou tertawa setan.
JAHAT BANGET SUMPAH PIKIRANNYA KAORU-CHAAAN!!! OAO
"Anoo—Kaidou-san mencari siapa desu?"
Kaidou menatap Dan dengan pandangan akhirnya-kau-sadar-juga-kalau-aku-mencari-sesuatu. Ia membuka mulutnya untuk mengatakan siapa yang tengah dicarinya sebelum ucapannya terpotong karena teriakan dari seorang.
"EEEEEEEEEEHHHH??? DI MANA MARI???? JANGAN-JANGAN BENAR ADA PENCULIK DAN DIA MENCULIK MARI???" Momoshiro berteriak kencang saat menyadari sosok sahabatnya sudah tidak ada di sekitar mereka lagi.
"Mari itu siapa desu, dari tadi saya hanya melihat kalian desu."
KRIK!!!!!
*********
***
*********
Seorang gadis kecil bersurai hitam panjang dan mengenakan jaket klub tenis Seigaku yang agak kebesaran terlihat berjalan dengan pelan menyusuri lorong-lorong kelas di Yamabuki. Ia menoleh ke kanan dan kiri tapi yang ia lihat hanya ruang kelas.
Jadi, sudah bisa dipastikan kalau gadis ini nyasar di dalam sekolah.
Bagus!
Dan lagi, sejak kapan ia sudah ada dalam gedung sekolah? Padahal kan tadi ia berniat mencari lapangan tenis tapi kenapa jatuhnya ia malah berakhir di sini? Ce-cepat juga dia berjalan kalau buta arahnya kambuh. Jelas cepat, lha wong dia jalannya tanpa arah begitu.
"Keren.. nyasar di sekolah orang lain... ya, tapi itu lebih manusiawi sih daripada nyasar di sekolah sendiri," Mari menggaruk kepalanya yang tidak gatal saat ia ingat bahwa dirinya juga pernah nyasar di sekolahnya sendiri. memang parah sekali gadis ini.
"Bagaimana ini?" gumamnya lesu. Ia terpisah dari dua sahabatnya dan ia juga tidak tahu berada di bagian mana dalam gedung sekolah ini. Dan yang terpenting, ia tidak mengenal satupun siswa-siswi Yamabuki, bagaimana caranya ia menemukan Higashi--itulah. Oh, Kami-samaa.... aku hanya ingin mengembalikan jaket, jangan siksa aku seperti ini.
"Yosh, sudah kuputuskan!" Mari tiba-tiba mengepalkan tangannya, ia menyingsikan lengan jaket milik Kaidou yang ia pakai sejak pulang sekolah dan berujar lantang, "Aku akan bertanya tentang Higashi--siapapun itu namanya kepada orang yang pertama kali kutemui di sekolah ini. SEMANGAT MARI!!" Ucapnya. Kau masih waras 'kan, Nak?
"Tapi, Kaoru-chan dan Momo-chii ke mana yah? Mereka jalannya lambat sekali padahal kan laki-laki... atau jangan-jangan mereka berkelahi? Ah, payah..." gadis ini mulai ngoceh tak jelas dengan masih menyeret langkahnya guna mencari satu sosok untuk ia tanyai. Satu sosok.
Yah, berharap saja satu sosok yang akan ia temui nanti bukanlah Sengoku-san, apalagi Akutsu—
Bruk!
"Ittai!" Mari memekik kesakitan saat tubuh kecilnya tiba-tiba menabrak pintu, eerr-dinding? Eh, ia menabrak apa yah? Ia tahu kalau ia juga sering nabrak tapi perasaan tadi di depannya tidak ada pintu deh, apalagi dinding, masa iya ia jalannya tiba-tiba berbelok sendiri?
"Hoi, kalau jalan pakai mata—Ha, Seigaku?"
"......." bulu kuduk Mari meremang saat ia mendengar suara berat dan terkesan horor itu. Berarti yang ia tabrak tadi bukan pintu.. Iyalah, mana ada pintu yang bisa bicara?
Sepertinya ia pernah mendengar suara sejenis ini sebelumnya, tapi di mana? Otak Mari yang sangat susah untuk mengingat pun dipaksa untuk memutar seluruh memorinya dan akhirnya ia mengingatnya. Ia mendengar suara ini saat pertandingan semifinal turnamen nasional, saat Taka-san bertanding melawan Ishida Gin-san dari Shitenhouji.
Dan itu suara--
GLEK!
Mari menelan ludahnya, sekujur tubuhnya merinding saat ia mendapatkan satu nama yang sangat cocok dengan suara itu. Akutsu Jin. HIIIIIIIIIIIIIEEEEEEEEEE... Eh, tunggu dulu, kenapa ia bisa tahu kalau dirinya siswi Seigaku.
'Sial.'
Gadis tiga belas tahun ini sukses mengutuk dirinya sendiri dan juga sang sahabat yang dengan senang hati memaksanya memakai jaket Seigaku Reguler miliknya. Oh... bagus sekali... kebaikan hati dari pemilik tekhnik snake itu lama-lama menjadi boomerang juga bagi dirinya. Mari ingin menangis.
"Sedang apa siswi Seigaku ada di Yamabuki?"
Suara itu terdengar lagi dan demi rambut Momoshiro yang jigrak dan aneh, Mari benar-benar merasa kalau dirinya sedang ditanyai oleh malaikat maut T_T ia merasa kalau suaranya juga sama takutnya dengannya sehingga suaranya tidak mau keluar dari kerongkongannya dan bersembunyi entah di mana. Mari yang kesulitan menemukan di mana suaranya akhirnya hanya bisa diam. Ia masih duduk di lantai lorong kelas.
Ia bukannya tidak mau bangun, tapi ia terlalu takut untuk bertatap muka dengan pemuda tinggi dengan rambut jabrik itu. Tapi tiba-tiba ia mengingat sesuatu. Kalimat yang ia ucapkan tentang orang yang ia temui itu dan juga--
OH NO! Apakah ini berarti, dia harus bertanya pada Akutsu Jin?
Gawat, ini gawat, ini gawat! Demi Inui-senpai dan jus-jus absurd buatannya, demi Tezuka-senpai dan hukuman larinya yang kadang tidak masuk akal. Ia rela keliling lapangan tenis Seigaku ratusan kali dan meminum Penal Tea atau Aozu setelahnya oh ralat, maksudnya, ia akan meminta bantuan Kaoru-chan dan Momo untuk lari dan Fuji-senpai untuk meminum Penal Tea-nya daripada melakukan hal itu. Ia bisa mati berdiri karena takut!
MARCO-JICHAAAAAAAAAAAAAN!
"Oi!"
Tepukan pelan mendarat di pundak kecil sang gadis yang masih terduduk lemas di lantai, dan saat ia tahu benar siapa yang tengah menepuknya, Mari pun spontan menjerit karena kaget dan takut, "AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA-MPPHHH!" tapi jeritannya tak bertahan lama karena tangan milik Akutsu segera membekap mulutnya.
"Heh, kau ini berisik sekali, aku tidak akan melakukan apapun padamu, keh," dan Mari merasakan tangan Akutsu yang sedari tadi membekapnya sedikit demi sedikit melepaskannya.
"Kau kouhai-nya Kawamura 'kan?"
Mendengar Akutsu menyebut nama salah satu senpai-nya membuat perasaan takut Mari perlahan sirna dan ia pun mulai menguasai dirinya sendiri. Gadis ini mulai bangkit dari jatuh duduknya dan kali ini ia berdiri tepat di depan Akutsu.
"Heh, kau ketakutan sampai wajahmu pucat atau apa, hah?"
"I-ie, aku baik-baik saja, hai!" Mari menjawab dengan cepat dan membungkukkan badannya entah karena apa.
"Hahahahahahaha."
"...." gadis kelas dua Seishun Gakuen ini sukses menganga begitu melihat sosok Akutsu yang malah tertawa di depannya. Hah, apa yang terjadi? Kenapa dia tertawa seperti itu? KAORU-CHAN, MOMO-CHII TOLONG AKUUU!!
*********
***
*********
"Hehehehe.... hehehehe," Mari pasti terlihat seperti orang gila sekarang. Ia nyengir-nyengir tak jelas di sepanjang lorong kelas yang tadinya ia jajaki sendirian dan kali ini ia tidak sendirian. Ia berjalan bersisian dengan pemuda tinggi dengan rambut aneh dan keliatan galak itu. Di sekeliling mereka, anak-anak Yamabuki memperhatikan tanpa berkedip.
Mungkin mereka heran, dan berpikir 'Siapa anak kecil yang bersama Akutsu dan mengenakan jaket kegedean itu?' ya lah, terserah kalian.
"Anoo--Akustu-san?"
Jiitt!
Tatapan tajam dari sosok yang baru saja dipanggil itu menghujani Mari, gadis bersurai hitam panjang ini menelan ludahnya gugup dan menundukkan kepala sejenak. Ugh, ia sudah sering mendapat tatapan tajam dari Kaoru-chan, tapi yang ini lain. Marco-jichaaaaan tolong Mari...
Tapi ia sudah bertekad 'kan? Ia bertemu dengan Akutsu Jin, mungkin saja dia bisa membantunya mengembalikan jaket di tangannya ini. Dan lagi, ingatlah sebuah pepatah, Mari... Malu bertanya maka kau tidak akan bisa pulang. ITU PEPATAH DARI MANA!!!
"Nani!" Akutsu menjawab datar.
Oh, runtuh sudah tekad Mari yang hanya sebesar biji jagung, ia benar-benar ingin menangis. Huhuhu... Orang di depannya ini sangat menyeramkan, mendengar suaranya saja sudah membuatnya merinding begini.
"Ettoo," gadis ini mengusap helaian hitamnya karena gugup, ia masih belum berani menatap Akutsu, "Se-sebenarnya saya sedang me-mencari seseorang yang bernama--eerr--" sebentar, tadi siapa nama orang yang ia cari yah? OH BAGUS, SEKARANG IA MELUPAKAN NAMA ORANG YANG SANGAT INGIN IA TEMUI DI YAMABUKI!
"....."
Hening tercipta. Mari masih sibuk mengutuk kinerja otaknya yang tiba-tiba melambat karena ketakutan dan Akutsu yang juga masih diam. Entah dia diam karena apa? Mari jelas tidak tahu.
"Kau ini merepotkan, ayo ikut aku!" ujar Akutsu setelah sempat diam tadi, ia berjalan dengan cepat dan meninggalkan Mari yang masih bengong di tempatnya. Gadis ini memperhatikan punggung tegap Akutsu yang mulai menjauhinya.
"Heh, Kouhai-nya Kawamura, kau dengar tidak?"
"Eh, ha-hai!" Mari pun menyusul langkah Akutsu yang berada tak jauh di depannya.
Sebenarnya ia mau diajak ke mana? OAO
*********
***
*********
Otak Mari seakan dipaksa keluar dari kepalanya saat semua hal yang membingungkan ini terjadi padanya. Saat ini, ia tengah berdiri di depan sebuah ruangan yang sepertinya ruang siaran. Di sampingnya masih ada Akutsu Jin yang berdiri tenang dengan kedua tangan yang ia masukkan ke saku celananya.
"Ini--" Mari menggumam heran.
"Kau mencari seseorang 'kan, di dalam ada yang bisa membantumu, cepat masuk!" kata Akutsu dengan nada agak keras.
"Di-di dalam?" ulang Mari.
"Cepat masuk!" teman masa kecil dari salah satu senpai Mari itu kembali memerintah dan tanpa membuang waktu lagi, Mari pun mengangguk paham dan segera mendekat ke arah pintu ruang siaran.
"A-arigatou, A-akutsu-san, hehehe."
"Jangan tersesat lagi," setelah mengatakan hal itu, Akutsu pun berjalan santai meninggalkan Mari yang kembali bengong. Heh, awas kesambet.
"Akutsu-san baik juga ternyata," junior Seigaku ini menggumam lirih dan ia membungkukkan badannya sejenak ke arah menghilangnya Akutsu dan mulai mengetuk pintu ruang siaran.
"Masuk."
*********
***
*********
"Konnichiwa... nama saya Fujisaki Mari... gomen mengganggu, tapi saya benar-benar butuh bantuanmu," ucap Mari begitu ia menemukan sosok pemuda tengah duduk di sebuah kursi dengan monitor dan alat siaran lainnya di depannya.
"Seigaku?" pemuda itu menggumam saat melihat pakaian yang dikenakan oleh Mari.
"Hai, hai, saya siswi Seigaku," sergahnya bosan. Terkenal sekali sih sekolahnya ini.
"Lalu, ada masalah apa?" pemuda yang mengenakan kacamata google itu bertanya dengan datar dan mulai mengutak atik apapun itu tombol di depannya.
"Jadi, saya kemari ingin memberikan jaket milik salah satu siswa di sini, kemarin saya tidak sengaja menabraknya dan membawa pulang jaketnya, bisa minta tolong carikan orang itu kan? Ah, saya baru ingat kalau saya melupakan namanya, hehehe."
"......"
"Summimasen... saya benar-benar tidak ingat, ugh... saya bertaruh semuanya pasti salah Akutsu Jin, karena dia saya lupa nama pemilik jaket ini, tapi namanya memang susah sih, ahahaha."
PLAK!
Pemuda yang bahkan belum Mari ketahui namanya itu memukul pipi kanannya sendiri. Kenapa dia? O.O
"Eh? dajobu desu ka? jangan memukul dirimu sendiri, eh?" siswi Seigaku ini berujar khawatir, pasalnya baru kali ini melihat seseorang memukul dirinya sendiri, ia sering melihat Kaoru-chan dan Momo-chii berkelahi tapi mereka kan tidak memukul diri sendiri? Lha ini?
Hei, hei, kau pikir ini salah siapa?
"Ne, ne, kau bisa membantuku 'kan? Err--"
"Muromachi Touji, kelas 2."
Wajah Mari langsung berbinar mendengar ia menyebutkan namanya dan juga kelasnya, apalagi dia sesama junior sepertinya, ini akan menyenangkan...
"Waiii... sama dong, aku juga junior loh..." pekiknya semangat dan langsung merubah 'saya' menjadi 'aku' begitu tahu bahwa pemuda itu seumuran dengannya, "jadi, Muromachi-kun bisa membantuku kan? Aku ingin mengembalikan jaket ini--"
"Tapi kau tidak ingat siapa nama pemilik jaket itu dan kau ke sini untuk meminta bantuanku menyiarkannya ke penjuru sekolah supaya pemilik jaket itu bisa datang ke sini dan bertemu denganmu, begitu?"
Mari sempat terdiam mendengar junior Yamabuki itu menyahut cepat dan sesuai dengan yang ia harapkan, "Hai! bisa membantu kan?"
Muromachi mengangguk sekilas dan mulai mengutak-atik apapun itu benda yang ada di depannya, "Kita coba saja," katanya.
"Arigatou~~~" Mari kembali memekik dengan riang gembira, ia segera mendudukkan dirinya pada kursi yang tepat berada di depan Muromachi yang masih sibuk sendiri.
"Ne, kau sering siaran di sini yah?" tanya sang gadis, ia menyangga dagunya dengan kedua tangan dan mata hitamnya masih terfokus ke tangan-tangan terampil milik Muromachi.
"Tidak."
"EEEEEEEEEEEHHH?? Tidak? Kenapa? Kau terlihat sangat menguasai alat-alat itu."
"Aku dari klub tenis," jelas sang pemuda dengan singkat dan itu membuat Mari mengangkat alisnya heran.
"Masa sih? kok tidak meyakinkan kalau kau bisa bermain tenis?"
"Kau sadar tidak ucapanmu itu menohokku."
"Eh, ahahaha, gomen...."
Tanpa diduga, mereka cepat akrab yah? O____O
********
***
*********
"Konnichiwa, Minna-san... Siapapun yang mendengar berita ini,tolong beritahukan kepada siapapun yang merasa bahwa dirinya telah kehilangan sebuah jaket karena insiden tabrakan kemarin, dimohon untuk segera menuju ke ruang siaran, jaket anda saat ini ada di tangan orang coretanehcoret yang saat ini bersamaku. Tolong secepatnya ke sini atau anda akan melihatku gila setelah tugas siaranku selesai. arigatou. Muromacho Touji, kelas 2, menyiarkan langsung dari tempat kejadian perkara."
"......." Mari hanya bisa sweatdrop level dewa di kursi tamu ruang siaran saat mendengar Muromachi selesai menyiarkan tentang dirinya. Terdengar aneh dan kalau orang yang mendengarnya kurang pintar pasti akan bingung, "Anoo--Muchi-kun, kenapa siaranmu aneh sekali?" tanyanya heran, ia tanpa sadar menggaruk rambut panjangnya.
"Hei, sejak kapan namaku jadi Muchi hah?" junior Yamabuki langsung protes begitu ia mendengar namanya berubah jadi aneh begitu. Ia juga terlihat ngos-ngosan tak jelas. Ia baru beberapa menit bersama gadis bernama Mari ini tapi itu sudah lebih dari cukup untuk membuat dirinya hampir gila.
Gadis ini dari tadi ngoceh tak jelas di depannya dan kebanyakan tidak penting. Seperti halnya saat ia menceritakan tentang dua sahabatnya yang Muromachi tahu salah satu dari mereka pernah mengalahkan salah satu senpai-nya, Sengoku. O.O
"Hehehe, namamu terlalu panjang, Muchi 'kan lucu, hehehe."
'Kami-sama, ini benar-benar menyebalkan, ini bahkan lebih menyebalkan daripada melihat Sengoku-san menggoda para gadis.' batin anggota reguler Yamabuki ini, akhirnya ia hanya bisa menggelengkan kepalanya pasrah, "Sudahlah, aku pusing mendengar ucapanmu, kita tunggu saja, cepat atau lambat pemilik jaket itu pasti akan datang ke sini."
*********
***
*********
BRAK!!!!
"GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!"
Mari dan bahkan Muromachi serentak berteriak saat pintu ruang siaran tiba-tiba dibuka dengan sangat kencang sehingga menimbulkan suara yang membuat dua junior ini kaget luar biasa. Mereka menutup kepala dengan tangan masing-masing dan menunduk takut.
"MARI!"
"MUROMACHI-KUN!"
"SEDANG APA KAU DI SINI!"
"APA MAKSUD SIARANMU, ANAK MUDA!!"
"JAKETKUUUUUU!"
Teriakan demi teriakan memenuhi ruang siaran yang awalnya sunyi, tentu saja hal ini membuat Mari dan Muromachi heran.
Ruang siaran yang tadinya hanya berisi dua orang itu mendadak penuh sesak oleh manusia. Ada yang mengenakan seragam Seigaku (ah, kalau itu sudah jelas kedua sahabatnya) ada yang mengenakan jersey Yamabuki, bahkan Mari juga melihat ada satu sosok guru di antara mereka.
Ada apa ini?
Mari perlahan berdiri dari kursinya dan mencoba mencari tahu apa yang terjadi, "Doushite minna?"
"BAKA! KAU MEMBUAT KAMI KHAWATIR!"
Bentakan super itupun membuat Mari bungkam, huhu, mereka tetap saja membentaknya, "Gomennasai," ucap Mari seraya membungkuk singkat.
"Muromachi-kun, siaranmu barusan membuat kepala sekolah tersedak sushi!"
"Eh, hountou? Maa, summimasen, sensei," respon Muromachi datar.
"Jaketku, jaketkuuuuu."
Ini kenapa rusuh begini?
*********
***
*********
"Summimasen," Mari dan kedua sahabatnya membungkuk sopan kepada salah satu sensei yang tadi memarahi Muromachi tentang siaran itu, apa katanya tadi, kepala sekolah mereka tersedak sushi. Pppfftt--
"Daijobu, ahahaha, kamu jujur sekali mau mengembalikan barang yang bukan milikmu yah, bagus, bagus..." pria paruh baya itu menepuk pundak Mari penuh bangga dan hanya dibalas cengiran kaku sang gadis.
"Maaf sudah membuat sekolah ini kacau sejenak," kata Mari, ia memundurkan langkahnya guna menghindari tepukan sang sensei karena lama-lama tepukan itu sakit juga.
"Sudah biasa kok, sekolah ini kacau setiap harinya,"celetuk Muromachi yang langsung mendapat tatapan diam-kau-anak-muda-kau-masih-harus-bertanggung-jawab-atas-siaran-tadi dari sensei.
"Ahahahaha," Mari tertawa garing mendengar celetukan teman barunya itu, kali ini ia menuju ke satu sosok yang dari tadi ia cari-cari--Higashikata Masami--akhirnya ia ingat nama pemuda itu, "Anoo, Higashikata-san, summimasen sudah membawa jaketmu seenaknya."
"Tidak apa-apa, arigatou juga sudah mengantarkannya."
"Hai,... kalau begitu kami permisi..." ketiganya kembali membungkuk sopan dan mulai meninggalkan sekolah yang sempat mereka kacaukan itu. Tapi baru beberapa langkah, Mari kembali berbalik, ia melambaikan tangan kanannya dan berteriak kencang, "Muchi-kun, arigatou na... katakan pada Akutsu-san juga, arigatou~"
"Hai, hai, pergi sana," jawab Muromachi, ia tersenyum menatap kepergian gadis yang tadi sempat bersamanya itu, gadis itu lucu tapi sedikit aneh dan sangat berisik... tapi Muromachi merasa kalau bersamanya itu menyenangkan.
*********
***
*********
"Muchi? namanya Muchi? nama yang aneh," gumam Momoshiro saat ketiganya berjalan pulang dari Yamabuki chuu. Ia sepertinya pernah melihat orang tadi, tapi di mana yah? Benarkah namanya Muchi?
"Namanya Muromachi Touji, tapi terlalu ribet, ya sudah kuputuskan memanggilnya Muchi, lucu kan?"
"........" Kaidou dan Momoshiro terbengong mendengar alasan sahabat mereka memanggil pemuda itu seperti--itu. Serius, lama kelamaan, sifat Mari yang hobi memberikan panggilan aneh kepada orang-orang di sekitarnya itu makin parah.
Seperti halnya saat ia memanggil Tezuka-buchou 'Alien' dan membuat kapten berkaca mata itu memberikan hukuman lari keliling lapangan 50 kali dan tentu saja Kaidou dan Momoshiro yang menggantikannya.
Yang mencari masalah siapa dan yang mendapat hukuman siapa?
"Sudahlah, tidak penting, oh iya, kalian lapar? aku lapar nih, kita makan yuk?" tawar Momoshiro, ia memegangi perutnya yang sepertinya benar-benar minta di isi. Pasti ia kelaparan karena teriak-teriak mencari Mari.
"Maaaauuu... Momo-chii yang traktir kan? asik.. Kaoru-chan mau makan apa?" Mari menjawab semangat, ia menarik lengan sahabat dari kecilnya itu untuk berjalan lebih cepat. Meninggalkan Momo yang masih terbengong.
"Ramen," ucap Kaidou pelan. Ia hanya menurut saja ditarik-tarik oleh Mari.
"Ramen... boleh... ayoo.. Momo-chiii~" kok sepertinya malah gadis ini yang semangat sekali.
"HEEEEEEEIII... KENAPA AKU YANG MENTRAKTIR KALIAN, HA?" Momoshiro berteriak tak terima, ia berlari menyusul dua temannya yang berada beberapa meter di depannya.
Mari dan Kaidou menoleh bersamaan lalu menyeringai, "Sudah jelas 'kan, karena kau yang mengajak kami."
"....LINTAH DARAT! DAN MAMUSHI, KENAPA KAU JUGA IKUT-IKUTAN DIA!!"
"Fshuuu."
"KALIAN MEMANG MENYEBALKAN... TAHU BEGINI AKU TIDAK AKAN MENGAJAK KALIAN!"
The End
HIAAAAAAAAAAAAAAAAA.... AKU TAHU CERITANYA GAK JELAS, SUMMIMASEEENNNN *makan coklat* #woi
Sebenarnya ini sudah pernah kutulis di fb sih... tapi aku edit lagi dikit, ahahahaha... dan seperti biasa, gak afdol kalau gak ditulis di sini :D
Sudah yah, gak mau ngomong panjang lebar.. oh iya... sebenarnya aku dibuatin fanart unyu loh sama temenku, namanya Kaori-chan... itu fanart tentang Mari, Kaoru-chan dan Momo-chii..
Pas itu aku nanya, boleh gak, gambar ini aku jadiin ava di akunku? Dia bilang boleh, gambar ini punyamu kok, dan aku jelas seneng banget dong >/////<
Tapi pas kucoba, ternyata gak bisa jadi ava :v karena gambarnya terlalu gede orz :'(
Ya sudah... akhirnya aku upload di sini saja yaaahhh.... ini diaaa....
Mari and The Rival Pair |
Duh... wkwkwkwkwk... Kaori-chan bilang gambarnya agak gagal sih, tapi apapunlah, gambar kaya gitu dibilang gagal T_____T itu keren :'') Mari-nya keliatan kecil banget... tapi emang kenyataannya aku kecil sih yah, wkwkwkwk....
Ngomong soal Kaori-chan.. kalau mau kenalan sama dia, bisa loh temui dia di Facebook HOKEEEHHH....
Sudah yah, saya capek T____T jaaaaaaaaaaaa..... *winks*