One Piece © Eiichiro Oda
The Prince of Tennis © Konomi Takeshi
The Prince of Tennis © Konomi Takeshi
Hug © Mari-chan
Suara pintu yang dibuka secara paksa membuat sekelompok remaja di ruang tamu rumah Mari menoleh. Tiga pasang mata berbeda warna menatap sosok pemuda berambut pirang yang baru saja membuka pintu dengan kasar itu.
"Sabo-nii?" Mari menggumam lirih memperhatikan sang kakak yang tidak seperti biasanya. Wajahnya yang biasanya tetap tenang meski dalam keadaan lelah itu tergantikan oleh raut wajah penuh emosi. Ia bahkan tidak mengucapkan 'Tadaima.' Pasti ada sesuatu yang terjadi?
Sabo yang sepertinya sedikit kaget karena kehadiran teman-teman Mari hanya bisa menatap satu persatu remaja yang ada di ruang tamunya itu, meski dengan tatapan kosong. Semenit kemudian, pemuda dua puluh tahun itu berjalan cepat meninggalkan Mari dan teman-temannya, menuju kamarnya di lantai dua. Tanpa mengatakan apapun.
"Mari? Ada apa dengan kakakmu?" tanya Momoshiro, mata ungunya masih mengarah ke tempat menghilangnya Sabo, pemuda jabrik itu terlihat heran dengan sikap Sabo barusan
"Sabo-san sepertinya ada masalah," tambah pemuda tujuh belas tahun itu.
"Entahlah, aku juga tidak tahu," balas sang tuan rumah. Ia khawatir kepada kakaknya dan ingin segera tahu apa yang terjadi, tapi ia jelas tidak bisa meninggalkan Kaoru dan Momo begitu saja. Apalagi mereka sedang belajar.