(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~) Hello, Mari-chan is here ★★★ A cheerful, sweet, innocent and light idiot girl who loves Trafalgar Law more than anyone ♡♡♡ Trafalgar Law's Wife ♡ Fushichou Marco's Niece ★★ Sabo & Echizen Ryoga's Sister★ ★ Whitebeard Pirates & Heart Pirates ★★ Kaidou Kaoru and Momoshiro Takeshi's Bestfriend ★★ One Piece ── One Piece Live Attraction ★ Prince of Tennis ★ Hunter X Hunter ★ Death Note ★ MarcoAce is Life. MarcoAce is Love ♥ Sweet Combi ♥ Rival Pair ♥ Seigaku ★ Extremely biased towards Ishiwatari Mashu and Kimura Tatsunari ♥ Yoroshiku ♥ and welcome to my (weird) blog (ノ゚▽゚)ノ

Monday, 12 October 2015

Menyebalkan

Menyebalkan.

Itulah satu-satunya kata yang bisa mendeskripsikan bagaimana Mari di mata Law.

Gadis itu selalu berteriak "Traffy..." "Traffy, ini..." "Traffy ituu." "Traffy... senyum dong..." belum lagi yang lebih menyebalkan "Traffy, ayo makan roti~" 

Oh, ralat, gadis itu sangat menyebalkan.

Sejak mereka bertemu kembali di Kepulauan Sabaody, suara gadis yang merupakan teman sejak kecilnya itu selalu sukses memekakan telinganya.

Sebenarnya dibilang teman juga bukan, setidaknya bagi Law.

Tapi Law berhutang nyawa pada orang tua Mari yang waktu itu menolongnya sejak insiden yang melibatkan Cora-san, Ope ope no mi dan dirinya.

Orang tua Mari lah yang merawatnya sampai ia sembuh total dari penyakitnya dan kulitnya tidak putih lagi.

Dan selama proses penyembuhan, sudah pasti Law selalu bersama dengan Mari, meskipun saat itu Mari masih seorang gadis kecil yang belum lancar berbicara. Ia bahkan tidak bisa menyebutkan namanya dengan benar dan berakhir dengan memanggilnya "Traffy." 

Panggilan macam apa itu. 

Tapi sosok Mari kecil sedikit banyak membantu Law melewati semua masalahnya. Gadis kecil berusia 7 tahun itu juga setiap hari menemani Law yang berusia 6 tahun lebih tua darinya berlatih menguasai Ope ope no mi. 

Law juga masih ingat benar bagaimana gadis kecil itu menangis saat ia memutuskan pergi dari rumah setelah hampir 5 bulan ia tinggal bersama mereka.

Tapi, siapa yang menyangka, ia malah bertemu kembali dengan gadis itu di kepulauan Sabaody.

Mari sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang manis, dan masih sering menebar senyum ke siapa saja. Tidak sadarkah dia kalau senyumnya itu berbahaya?

"Apa yang kau lakukan di sini, cepat pergi, Gadis Kecil," ucap Law pada sosok gadis berambut hitam panjang yang baru saja ia selamatkan dari perampokan yang berniat dilakukan oleh sekumpulan bajak laut. 

"Kalian bajak laut rendahan yang hanya bisa mengganggu orang lemah, tak pantas memasuki dunia baru," lanjutnya seraya menatap tajam para bajak laut tersebut. 

Dan para bajak laut itu pun lari menjauh dari Law karena ketakutan "Che, memalukan," gumam Law, ia memasukkan sang Kikoku ke tempatnya dan bermaksud kembali melangkah menuju Human Shop saat sebuah suara terngiang di telinganya. 

"Traffy?" 

Tubuh Law membeku mendengar panggilan itu, terakhir kali ia mendengar seseorang memanggilnya seperti itu adalah... 10 tahun yang lalu, dan yang memanggilnya seperti itu hanyalah satu orang. 

Tapi itu tidak mungkin 'dia' kan? Dia berada jauh di North Blue. Tidak mungkin dia bisa sampai ke sini. 

"Traffy... kah?" 

Law masih diam, ia perlahan memutar badannya dan memperhatikan gadis yang tadi ia tolong, mata hitam yang besar, rambut hitam itu dan cara dia memanggilnya-- 

"Kau?" 


One Piece © Eichiro Oda 

Menyebalkan © Mari-chan 


Itulah awal mula pertemuan Law dengan Mari setelah sepuluh tahun.

Mari menceritakan tentang desanya yang diserang oleh bajak laut dan kedua orang tuanya menjadi korban. Dan ia 'diselamatkan' oleh seseorang yang kata Mari adalah 'Ojisan'-nya. Tunggu? Ojisan katanya?

Ketika mereka kecil, ada satu sosok pemuda bersurai pirang dengan model aneh seperti buah nanas dan Mari memanggilnya Marco-jichan. Dan orang itu bisa berubah menjadi burung.

Sebentar, Ojisan Mari yang dulu nampak sangat asing di mata Law kini mulai nampak familiar dan mengerikan.

Ojisan Mari adalah Marco! Fushishou Marco! Komandan divisi pertama dan tangan kanan Shirohige.

What the....

Pantas saja dia bisa membawa Mari dari North Blue ke Sabaody tanpa gangguan monster laut dari Calm Belt? ya tinggal terbang saja kan.

Law tahu Marco, tahu reputasinya. Dan sepertinya Marco pun mengenalnya, meski sejak sepuluh tahun lalu ia tak pernah lagi berbicara atau bertemu dengannya.

Sejak saat itu, Law memutuskan membawa Mari bersamanya. Ia jelas tidak bisa meninggalkan teman masa kecilnya 'kan? Entah kenapa, ia merasa kalau dirinya harus melindungi Mari.

Bagaimanapun juga, Mari sudah tidak memiliki siapa pun, bahkan orang yang katanya 'Ojisan'-nya itu malah meninggalkannya di Sabaody. Sudah menjadi tanggung jawabnya untuk menjaga Mari sebagai satu-satunya orang yang 'dekat' dengannya. Mengingat dulu kedua orang tua Mari juga menjaganya dengan sepenuh hati dan penuh kasih sayang tanpa memikirkan siapa dirinya dan berasal dari mana dirinya.

Setidaknya itu yang saat itu ia pikirkan.

Kenapa ia bisa berpikir sampai seperti itu? Entahlah. Pikiran yang sangat menyebalkan.


(*^_^*)(*^_^*)(*^_^*) 


"Ne, Traffy," Law yang sedang duduk santai di atas kapal selamnya mendadak merasakan sedikit beban pada punggungnya dan Ia tahu, pasti gadis itu menyenderkan tubuh kecilnya ke punggung tegapnya.

Sebenarnya kalau mau, Law bisa saja menghindar supaya gadis itu jatuh tapi setelah dipikir lagi, Law merasa nyaman saat gadis itu menyenderkan tubuh kecilnya ke dia seperti ini.

"Apa!" Law menjawab sok ketus dan ia merasakan tubuh gadis di belakangnya bergetar, dia pasti sedang tertawa, ia juga merasakan tubuhnya sedikit terdorong ke depan. Gadis ini.

"Kira-kira Penguin masak apa ya hari ini? Aku ingin ayam goreng," suara cempreng sang gadis mengalun memasuki telinganya dan itu sedikit membuat Law menyeringai.

"Tidak ada ayam goreng untukmu, kau pikir sudah berapa lama kita di tengah laut? Kita bahkan belum menemukan pulau untuk berlabuh, makanlah seadanya," jawabnya.

Ah, lagi-lagi ia menjadi orang yang banyak bicara kalau gadis itu sudah bertanya. 

"Mou... Ya sudah, aku mau membantu Penguin memasak saja, siapa tahu ada yang bisa kulakukan di dapur, dari pada di sini, bersama makhluk menyebalkan sepertimu," Law terhenyak saat merasakan beban yang tadi menempel di punggungnya mendadak lenyap, gadis itu sudah bangkit dari duduknya yang semula menyender kepadanya.

Kepala Law pun menoleh, mengikuti langkah kecil sang gadis yang berjalan dengan ringannya memasuki kapal.

Menyebalkan. Kenapa sekarang Law menginginkan gadis itu kembali menyamankan diri di punggungnya?

Gadis itu memang menyebalkan.


(*^_^*)(*^_^*)(*^_^*) 


"Traaaaafffyyyy."

Shhhhh... Law mengerjapkan mata dan bangun dari tidurnya saat ia mendengar suara pintu kamar diketuk dari luar dan ia juga mendengar suara Mari dari luar kamarnya.

Dilihat dari kondisi dirinya yang sangat mengantuk, ini pasti sudah malam, lagipula kenapa gadis itu belum tidur? Ini sudah lewat jam tidurnya.

Dengan setengah malas, Law turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah pintu, ia membuka pintu dengan perlahan dan melihat Mari berdiri di depan kamar dengan cengiran lebar di wajahnya.

Tatapan bosan pun Law berikan pada gadis berusia tujuh belas tahun itu, ia ngantuk, tapi gadis ini masih saja semangat.

Tumben?

"Aku tidak bisa tidur."

Law mendelik mendengar ucapan Mari barusan, "Lalu kenapa kau ke sini?" tanyanya.

....

Setelah melakukan perdebatan yang tak berujung (alasan utamanya karena Law terlalu ngantuk dan ucapan gadis itu terlalu melebar ke mana-mana) akhirnya Law pun mengalah, ia memutuskan untuk menemani Mari yang katanya tidak bisa tidur itu, kali ini mereka berdua duduk santai di geladak kapal.

Law melirik singkat gadis yang berada tepat di samping kanannya, ia heran, kenapa Mari malah diam saja? Padahal tadi dia terlihat semangat sekali.

Dan bola mata hitam milik Law sedikit melebar saat melihat tubuh gadis itu gemetaran, "Kau kedinginan, Ahou! Kenapa tidak bawa selimut!" bentaknya tiba-tiba. Ugh, sifat khawatirnya mendadak kambuh.

Jelas saja Law khawatir, bagaimana kalau Mari sampai jatuh sakit? Kalau Mari sakit, dirinya juga yang repot.

Gadis ini kalau sakit sangat merepotkan dan yang lebih menyebalkan, dirinyalah yang harus merawatnya.

Tapi kemudian Law menyadari sesuatu, sejak Mari mengetuk pintu kamarnya, gadis itu sudah membawa sebuah selimut yang ia pakai untuk menutupi kepalanya. Lalu? Kenapa dia seperti ini?

"Hei--"

"Aku tidak bisa tidur lagi, aku mengalami mimpi buruk, Traffy."

"..." Law tak berkata apa pun saat suara Mari mulai terdengar, ia hanya menatap gadis di sampingnya itu sambil menunggu lanjutan dari ucapannya.

Mari terlihat merapatkan selimut yang ia bawa sebelum membuka suara, "Aku memimpikan peristiwa 10 tahun yang lalu, lagi-lagi aku melihat dengan jelas bagaimana para bajak laut itu memperlakukan ayah dan ibuku, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menangisi mereka, aku benar-benar tidak berguna... Traffy, kenapa aku memimpikan hal itu lagi, aku tidak mau mengingatnya, itu menyakitkan--"

Law menutup kedua matanya dan secara insting melingkarkan tangan kanannya ke pundak kecil Mari yang masih bergetar karena mimpi buruknya, ia sedikit mengangkat tangannya yang semula berada di pundak Mari dan mengusap kepalanya dengan pelan, Law juga menyenderkan kepalanya yang kali ini tak memakai topi bulu itu ke kepala Mari. Berusaha menenangkan sang gadis. Sebisanya. 

"Traffy?"

Law mengeratkan rangkulannya saat mendengar suara Mari sedikit lain; dia menangis.

Kenapa ia merasakan sesak di dadanya saat melihat Mari menangis? Perasaan ini lagi.

Law belum juga bersuara, ia termasuk orang yang sangat tidak berpengalaman dalam menenangkan seorang gadis yang menangis, maka dari itu yang dia lakukan hanya mengusap kepala Mari.

Tapi...

Law menghela nafas. Mendengar mimpi buruk dari Mari yang berkaitan dengan masa lalunya itu membuatnya berpikir.

Sebenarnya ia juga masih sering memimpikan peristiwa yang terjadi di masa kecilnya, tentang keluarganya, negeri asalnya dan juga Cora-san, tapi selama ini ia sudah belajar menguasai seluruh emosinya sehingga tak ada yang tahu apa pun tentang masa lalunya.

Tapi Mari berbeda, dia hanya gadis kecil yang rapuh, menjadi saksi peristiwa mengerikan di usia yang masih sangat muda pasti membawa trauma tersendiri.

"..." Law menghentikan gerakan tangannya yang semula berada di atas kepala Mari saat ia tidak merasakan tubuh Mari gemetaran lagi, ia sedikit menjauhkan gadis yang sedari tadi dirangkulnya darinya untuk melihat apa yang terjadi dan Law kembali menghela nafas saat melihat gadis itu menutup matanya. Nafasnya teratur.

Dia sudah kembali tertidur?

Menyebalkan.

Law kembali merangkul Mari, membawanya mendekat.

Kenapa sekarang rasanya Law ingin sekali mengganggunya supaya gadis itu bangun dan tidak meninggalkannya sendirian seperti ini.

(*^_^*)(*^_^*)(*^_^*) 


"Kapten! Di depan sana ada pulau!" Law yang sedang membaca buku dengan tenang di perpustakaan mini yang terdapat di dalam kapal selamnya segera menoleh ke arah Bepo, beruang kutub itu berlari ke arahnya sambil tersenyum lebar.

Hah, akhirnya mereka menemukan sebuah pulau untuk berlabuh. 

"Kita akan berhenti sejenak di pulau itu, Bepo, segera cari lokasi yang aman untuk berlabuh," perintahnya. Ia meletakkan kembali bukunya ke rak dan berjalan keluar ruangan.

"Aye aye! Kapten!"

Law berjalan dengan pelan mengikuti langkah Bepo yang sudah berlari terlebih dahulu menuju ruang kendali. Seperti biasa, ia membawa sang Kikoku di atas pundak kanannya.

"Are? Benarkah kita akan berlabuh? Yattaaaaa..." 

Law memberikan deathglare sempurna kepada satu sosok gadis yang baru saja memasuki ruangan yang sangat dikuasai oleh Bepo itu, "Jangan berisik!"

Mari meringis lebar ke arah Law dan mulai mendekati Bepo yang tengah bersiap memarkirkan kapal selam mereka.

"Jangan mengganggunya," ucap penyandang gelar Shinogekai itu lagi, ia ingat kejadian yang lalu saat Bepo akan menghentikan kapal, Mari dengan segala keidiotan yang dia miliki, berhasil mengganggu Bepo dan itu berakhir dengan Bepo yang tidak fokus dan terjadi masalah di bagian permesinan.

Jelas saja Law marah dan menghukum keduanya. 

"Siap Kapten! Mari tidak akan mengganggu tuan Navigator!" teriak Mari, ia mengangkat tangan kanannya dan memposisikannya di sebelah kepala, dengan kata lain, dia memberi hormat kepada Law. Mari juga perlahan mundur dari Bepo dan berdiri sejajar dengan pemuda jenius itu.

"Bagus! Kalau kau melakukan kesalahan, kau akan kembali dihukum. Kau pasti masih ingat hukuman yang kuberikan 'kan?" Law menyeringai mengingat bagaimana pucatnya wajah Mari saat ia menyuruhnya memakan tomat.

"Dasar setan."

"Kau mengatakan sesuatu?"

"Ti-tidak kok, hahahaha."


(*^_^*)(*^_^*)(*^_^*) 


Setelah memarkirkan kapal selam dengan sukses, Law, Mari dan Bepo memutuskan untuk menjelajahi tempat yang baru saja mereka kunjungi itu.

Tempat yang ramai, Law membatin. Mata gelapnya melihat kanan dan kiri, sepertinya ini kota pelabuhan yang damai. Tak ada sinyal-sinyal bahaya dari wajah penduduknya. Law hanya melihat marine base di sudut kota yang lumayan jauh dari tempatnya memarkir polar tang. Tidak akan terjadi apa-apa. Batinnya.

"Bepo-chii, ayo kita ke sana~"

Law melirik dua orang yang bersamanya, oh ralat, maksudnya seorang gadis dan seekor beruang kutub, gadis bertubuh kecil itu dengan semangat menarik-narik si beruang untuk mengikutinya.

"Kapten?"

Law hanya menghela nafas "pergilah," katanya pelan. Ia mengibaskan tangan kirinya ke arah keduanya.

Bepo dan juga Mari pun bersorak kegirangan mendengar izin dari sang penguasa kapal dan langsung melesat menuju ke—entahlah mereka menuju ke mana. Law tidak peduli.

Senchou dari Heart Pirates hanya menggeleng sesaat, "Jangan sampai tersesat, dan jangan mendekat ke marine base yang di sana," ia menunjuk sebuah tempat dengan bendera yang nampak familier sebelum melanjutkan, "kalian tahu ke mana harus mencariku kalau ada masalah," katanya.

Sudahkah ia mengatakan kalau gadis menyebalkan itu tidak tahu arah sama sekali? Meskipun Mari pergi bersama navigator kapal sekalipun, gadis itu pasti akan membawa masalah. Pikir Law.

"Tidak akan! Traffy juga jangan sampai tersesat."

Law memicing mendengar teriakan gadis itu, kau pikir aku siapa?


(*^_^*)(*^_^*)(*^_^*) 


Dan akhirnya, apa yang ehem—ditakutkan oleh Law benar-benar terjadi. Saat dirinya sedang mengunjungi sebuah toko buku di bagian dalam kota, Bepo berlari menuju tempatnya dengan keringat mengucur dari seluruh tubuh berbulunya dan mengatakan kalau Mari tidak lagi bersama dengannya, iya maksudnya dia nyasar entah ke mana.

"Baka, gadis itu!"

Seluruh kru Heart Pirates akhirnya mencari keberadaan sang gadis, sesuai perintah sang kapten. Mereka berpencar ke seluruh kota. Hanya demi seorang gadis kecil berusia 17 tahun.

"Summimasen, Kapten," Bepo yang mungkin merasa paling bertanggung jawab atas menghilangnya Mari, masih menangis di samping Law, membuat Law merasa tidak nyaman.

"Bepo, kau cari dia bersama yang lainnya, jangan hanya menangis," ucap Law, berusaha menenangkan beruang kesayangannya itu tapi kalimatnya justru membuat Bepo semakin menangis.

"Kapten, maafkan akuuuu," beruang dari suku mink malah semakin menjadi. Ia menangis dan menubruk kaptennya.

Law hanya bisa sweatdrop di tempat melihat kelakuan dari navigator-nya yang kadar sensitifnya sudah level yonkou itu, "Sudahlah, bukan salahmu," ujarnya lagi, sepertinya susah sekali membuat beruang ini paham.

Tapi daripada mengkhawatirkan Bepo dan tangisan tidak penting darinya, Law lebih mencemaskan keadaan Mari.

Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada gadis itu? Diculik misalnya? Memikirkan hal itu membuat Law menggeram dalam hati, dia harus menemukan Mari sebelum gelap.


(*^_^*)(*^_^*)(*^_^*) 


"Bagaimana, Shachi?"

"Summimasen, Senchou."

"Penguin!"

"Aku tidak menemukannya di manapun, Senchou." 

Law meninju tembok terdekat dengan tangan kirinya saat mendengar jawaban dari dua rekannya. Sial. Ia tidak bisa mengontrolnya lagi. Sudah hampir seharian sejak mereka berlabuh dan Mari langsung hilang, mereka mencarinya sampai langit gelap dan tidak ada tanda-tanda keberadaan sang gadis.

"Che, awas saja kalau sampai kau kutemukan--" Law menggumam lirih, sebenarnya itu harapannya, ia ingin segera menemukan Mari, memastikan kalau gadis itu baik-baik saja bersamanya. Tapi, bagaimana kalau ada campur tangan dari orang lain?

"Mari... kau di mana?"

......

"Senchou, ini sudah malam, lebih baik kita kembali ke kapal, kita lanjutkan besok--"

Shachi langsung menghentikan ucapannya saat Kikoku milik Law terhunus dari sarungnya, meskipun pedang panjang itu tidak mengarah ke arahnya, tetap saja keringat dingin mengalir dari pelipis pemuda itu, apalagi saat melihat ekspresi lain dari sang kapten. Kapten Law. Dia mengerikan.

"Tidak ada yang boleh kembali ke kapal sampai Mari ditemukan!"

"..."

Semua awak kapal terdiam mendengar perintah dari Law. Ugh!

Law sendiri masih terlihat kacau, ia tidak peduli kalau teman-temannya menganggapnya egois, tapi seharusnya mereka juga tahu kalau Mari itu tidak pernah terpisah dari mereka di malam hari seperti ini. Mari pasti ketakutan. Walaupun sejak awal memang gadis itu yang salah karena tidak tahu arah.

"Aye! Captain!" 

Law tersentak dari lamunannya saat mendengar Bepo, Shachi dan lainnya berteriak seperti itu, Ia menghembuskan nafas dan mencoba untuk bisa tenang kembali.

Law tahu, anak buahnya ini pasti juga mengkhawatirkan Mari. Seperti dirinya.

Ke mana perginya gadis menyebalkan itu! Pemilik Ope ope no mi ini membatin seraya memasukkan kembali Kikoku-nya ke tempatnya semula.

(*^_^*)(*^_^*)(*^_^*) 


"Mungkin dia baru saja berlabuh, aku tidak pernah melihat gadis itu sebelumnya di sekitar sini."

"...." Law memasang baik-baik telinganya saat ia mendengar dua orang wanita tengah berbincang satu sama lainnya tak jauh dari tempatnya berdiri. Keduanya sedang membicarakan seorang 'gadis'. 

Gadis, eh?  

"Wah, beruntung sekali ada gadis itu, kalau tidak, entah bagaimana nasib Keita-kun, lalu bagaimana keadaannya sekarang?"

"Oh, Keita-chan baik-baik saja, dia sedang bersama gadis itu sekarang, Keita sepertinya tidak mau gadis itu pergi, dia bahkan memintanya untuk tinggal, Keita juga memanggilnya 'Mari-neechan'," ucap wanita yang satunya.

"Eh? Bagaimana kalau keluarga gadis itu mencarinya?"

"Aku juga mengatakannya tapi gadis itu hanya tersenyum saja, sepertinya dia tidak punya keluarga."

"Apakah gadis bernama Mari itu benar-benar tidak punya keluarga?"

Law bergegas menyusul dua wanita yang sepertinya baru pulang dari sebuah acara itu dengan kecepatan penuh. Ia tidak salah dengar, kedua wanita paruh baya itu membicarakan gadis bernama Mari. Kalau dugaan Law benar, pasti Mari yang dimaksud adalah Mari-nya. Fujisaki Mari.

Tak ada salahnya memastikan. Tekad Law dalam hati.

"Permisi," Law pun sukses menghentikan keduanya meskipun reaksi dua wanita di hadapan Law itu sedikit banyak mengganggu kinerja otaknya.


(*^_^*)(*^_^*)(*^_^*) 


Law, Bepo, Shachi dan Penguin hanya bisa menganga melihat pemandangan yang ada di depan mereka. Ralat, Law tidak menganga, dia hanya syok. Ya, dia syok!

Keempatnya tidak bisa berkata apapun, mereka seolah kehilangan kata-kata.

Pasalnya, di depan mereka, ada seorang gadis bermahkota hitam panjang sedang tertidur pulas di atas sebuah tempat tidur berukuran besar dengan memeluk seorang anak lelaki kecil yang berusia sekitar 6 tahun.

Pakaian gadis itu masih sama seperti terakhir kali Law dan kawan-kawan melihatnya, rok terusan berwarna biru, celana tanggung sebagai bawahan dan jaket tipis berwarna putih.

Dan Law tebak pasti ini adalah kamar dari anak itu, kalau dilihat dari isi kamar tersebut yang penuh barang-barang milik anak kecil.

"Gadis ini--" Law memegang kepalanya sendiri, dalam hati ia lega bisa melihat Mari dalam keadaan sehat dan tidak terjadi sesuatu yang buruk padanya tapi ia juga kesal setengah mati.

Bisa-bisanya dia santai sedangkan Law dan yang lainnya mencari dirinya dengan susah payah.

"Jadi, kalian keluarganya Mari?"

Law mengalihkan pandangan dari Mari dan anak kecil di pelukannya saat mendengar suara wanita memasuki gendang telinganya.

Law hanya mengangguk sekilas tanpa menjawab.

Wanita itu meletakkan nampan berisi beberapa cangkir kopi ke atas sebuah meja dan mempersilahkan Law dan kawan-kawannya untuk duduk di sebuah kursi di sekeliling meja tersebut.

Kamar ini... batin Law. Tidakkah ini kamar yang terlalu besar untuk ukuran kamar anak kecil itu.

"Gomennasai ne, kalian pasti mencarinya ya, sebenarnya tadi siang Mari ingin pulang, tapi Keita menangisinya dan melarangnya pergi, jadilah dia menemani Keita main di sini, sepertinya sejak Mari menolong Keita dari orang-orang yang berusaha berbuat jahat padanya setelah pulang sekolah tadi siang, Keita jadi tidak mau ditinggal oleh Mari, gomennasai," wanita yang sepertinya adalah orang tua dari anak kecil itu menundukkan kepalanya ke arah Law yang hanya bisa mematung di tempatnya duduk.

Law tidak tahu harus berkata apa, jadi alasan kenapa Mari menghilang adalah karena gadis itu menolong anak kecil dari tindak kekerasan yang berniat dilakukan pada anak kecil itu?

Dan alasan dirinya tidak bisa menemukannya adalah karena Mari berada di dalam sebuah rumah besar dengan penjagaan super ketat.

Sekarang ia mengerti. Keita yang ia tebak adalah anak kecil itu adalah anak tunggal dari keluarga kaya raya ini. Sudah jelas dia banyak diincar orang jahat.

Tapi, kenapa Mari bisa menolongnya? Bukankah Mari itu payah dalam hal berkelahi dan semacamnya?

Gadis ini benar-benar... membahayakan nyawa sendiri demi menolong anak kecil yang tidak ia kenali.

"Baru kali ini aku sebagai ibunya melihat Keita tersenyum dan itu semua karena Mari, teman-teman Keita menjauhinya karena status dari kami, tapi kehadiran Mari benar-benar membuat Keita bahagia, karena itu kalau tidak keberatan, bolehkah Mari tinggal di sini? Untuk menjadi kakak sekaligus teman bagi Keita. Aku berjanji akan menjaga Mari seperti anak kandungku sendiri."

"......."

Law merasa seperti disambar petir di malam hari yang cerah saat mendengar ucapan wanita di depannya. Apa katanya?

Jujur, Ia tidak tahu harus menjawab apa.

Di satu sisi, ia jelas tidak mau meninggalkan Mari dengan orang asing, tapi mendengar ketulusan wanita itu saat mengatakan ingin menjaga Mari sedikit membuatnya tertegun.

Mari sudah kehilangan kedua orang tuanya di usia yang masih sangat muda dan ia pasti merindukan kasih sayang dari seorang ibu dan juga ayah.

Kalau terus bersama dengan mereka, hidup Mari tidak akan tenang, mereka kan bajak laut. Mereka bisa menghadapi musuh kapan saja. Yang terburuk, jika mereka tertangkap oleh angkatan laut, Mari yang bukan bajak laut pun otomatis akan terlibat.

Tapi kalau di sini, mungkin saja Mari akan mendapatkan kebahagiaan. Apalagi, wanita di depannya ini sepertinya bersungguh-sungguh.

Law sedikit menurunkan kepalanya sehingga sebagian wajahnya tertutup oleh topi putihnya.

"Kapten?"

"Law senchou?" 

(*^_^*)(*^_^*)(*^_^*) 


"Kapten?" panggil Bepo dengan suara yang sangat pelan kepada kaptennya yang berjalan beberapa langkah di depannya.

Beruang kutub berwarna putih ini merasa khawatir kepada kaptennya karena sejak keluar dari rumah Keita, Kapten Law tidak berbicara sepatah katapun dan itu membuatnya cemas.

Apakah Kapten baik-baik saja? Batin Bepo.

"Bepo."

Bepo sontak menahan nafas dan menghentikan langkahnya saat sang kapten memanggilnya dengan suara super datar tanpa membalik tubuhnya.

"Aye! Kapten!"

Sesaat, hening menyelimuti jalanan sepi yang dilewati oleh Heart Pirates tersebut. Hanya suara deburan angin yang mengalun di  tengah keheningan malam itu.

"Kita akan berlayar malam ini juga."

Setelah mengatakan hal itu, Law kembali berjalan tenang menuju kapal selam mereka. Meninggalkan Bepo, Shachi dan Penguin yang syok bukan main.

"Tapi, Senchou, Mari masih--"

"INI PERINTAH KAPTEN! KALIAN DENGAR!"

Bulu kuduk ketiga makhluk yang berada di belakang Law itu berdiri saat mendengar nada suara Kapten mereka yang meninggi dan terdengar marah. Tapi di antara semua itu, mereka juga menemukan kesedihan dalam nada bicaranya.

"Aye! Kapten!"

Dengan berat hati, Bepo dan yang lainnya akhirnya mengalah dan mulai kembali mengikuti langkah sang Kapten.


(*^_^*)(*^_^*)(*^_^*) 


Law berdiri di depan kapal selamnya dan menatap rumah berjalan itu dengan tatapan kosong, di dalam sana Bepo sedang menyiapkan segala keperluan untuk berlayar.

Ia mengepalkan tangan. Ini sudah keputusannya. Tak ada yang ia sesali. Iya, tidak ada.

"Traffy... jadi kau mau meninggalkanku nih! jahatnyaaaa... mou..."

Law dengan cepat menolehkan kepala ke belakang saat ia merasa kalau dirinya mendengar suara Mari tapi hatinya mendadak kosong saat ia tak menemukan siapapun di sana. Mari.

Bodohnya. 

Bukankah dia meninggalkan Mari di keluarga Keita? Saat Ia melihat kesungguhan hati dari ibu Keita yang ingin merawat Mari, Law merasa kalau Mari akan aman bersama mereka. Jika terus bersama dirinya, bukan tidak mungkin nyawa Mari juga akan berada dalam bahaya.

Ia tidak mau terjadi sesuatu yang buruk pada gadis itu. Lebih baik Mari bahagia jauh darinya daripada—

Cih! Apa yang kau pikirkan lagi, Law. Seharusnya kau senang kan, gadis yang selalu mengganggumu itu akan berada jauh darimu.

Kau tidak akan mendengar lagi panggilan Traffy darinya. Bukankah kau selalu mengganggapnya sebagai gadis yang menyebalkan.

"............"

Tapi, kenapa dadanya terasa sakit saat memikirkan bahwa tidak akan ada lagi sosok Mari di sekitarnya?

Benarkah ini keputusan yang paling tepat? Meninggalkan Mari di pulau ini? Atau--

"Kapten! Persiapan sudah siap!"

Law tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Bepo dari dalam kapal, beruang kutub yang menjabat sebagai navigator itu terlihat melambaikan tangan dari atas kapal. Mengisyaratkan kalau segala persiapan sudah selesai dan kapal akan kembali berlayar.

Law masih belum bereaksi sedikitpun, ia kembali menatap kapal selam berwarna kuning miliknya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Bahkan oleh dirinya sendiri. 

"Kapten?" panggil Bepo lagi.

"..."

"Kapten, ada ap—Ittai!" 

"Bepo! Aku akan segera kembali!"

Bepo masih mengusap kepala putihnya yang baru saja mendapatkan jackpot dari sang kapten berupa benturan dari Kikoku sehingga ia tidak menyadari bahwa Kaptennya sudah berlari menjauhi kapal mereka.

"Kapten?" Bepo mengerjapkan matanya berkali-kali sampai akhirnya ia sadar apa yang sedang terjadi "Eeeehhh??? Kapten?????"

(*^_^*)(*^_^*)(*^_^*) 


"Aku tahu aku mengatakan akan meninggalkan Mari di sini, tapi maaf, aku menarik kembali kata-kataku." 

Bodoh! 

Law mengumpat dalam hati. Umpatan itu sebenarnya ditujukan untuk dirinya sendiri. Ternyata ia memang tidak bisa berlayar tanpa Mari.

Maka dari itu, dirinya kembali menuju rumah besar itu dan menjemput Mari yang masih juga tertidur. Ibu dari anak yang ditolong oleh Mari terlihat syok luar biasa saat melihat Law berdiri di depan pintu rumahnya dan mengatakan hal itu.

Tapi dia tetap mengantarkan Law menuju kamar yang tadi sempat Law masuki bersama Bepo dan lainnya.

Dengan pelan, dokter bedah ini mengangkat tubuh kecil Mari dan membawanya keluar dari rumah besar tersebut.

Law tahu, pasti berat bagi wanita itu untuk mengatakan hal yang sebenarnya pada anaknya esok hari, tapi ia tidak punya pilihan. Dari awal seharusnya Law mengatakan 'tidak' pada permintaannya.

Karena... 

Setelah dipikir lagi... kehadiran gadis cerewet ini di sekitarnya memang menyebalkan, sangat. Tapi, akan lebih menyebalkan lagi kalau gadis ini tak lagi ada di sampingnya.

"Traffy?"

Law berhenti sejenak saat ia mendengar suara dari gadis yang ia gendong di punggungnya, sepertinya dia akan bangun "tidur saja," potong Law dengan cepat, ia bermaksud kembali berjalan tapi suara gadis di belakangnya sukses membuatnya kembali berhenti melangkah.

"Aku pikir, kau tidak akan kembali, tapi... aku percaya Traffy tidak akan meninggalkanku, arigatou." 

Mata tajam milik Law melebar dan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya saat mendengar ucapan Mari barusan. Jadi? Mari tahu kalau dia berniat meninggalkannya?

Tapi sedetik kemudian Law merasakan sebuah perasaan hangat mengaliri dadanya dan menetralkan detak jantungnya kembali saat merasakan tangan kecil milik Mari semakin erat melingkari lehernya.

"..."

Gadis ini... kenapa dia selalu bisa membuat perasaan Law campur aduk seperti ini?

Menyebalkan.

Sangat menyebalkan.

Mari adalah gadis paling menyebalkan yang pernah ia temui. Gadis menyebalkan yang berhasil membuat Law tidak bisa berhenti memikirkannya sedetik saja.

"Baka," Law menyeringai saat menyadari bahwa Mari kembali tertidur di punggungnya.

The End 

HAH HAH HAH, IKI OPO! LOOOOL

Ini ngetiknya udah berhari-hari yang lalu dan baru di-publish sekarang... habisnya Mari gak pede sama fictnya /menggelundung

Tapi syukurlah akhirnya jadi jugaaaa... hahahahaha.. butuh perjuangan lho ini nulisnya wwwww

Pokoknya beginilah hasil tulisan Mari. Wkwkwkwkwk... sekali lagi, ini blog pribadi milik Mari, jadi otomatis yang ada di sini ya hasil fangirlingannya Mari... kalau gak suka ya jangan baca, kan gampang, ulululu...
SOOOOO HAWT!!! 
Hih... itu pict ngedit sendiri lho :") meskipun yang diedit bukan pict sendiri #jedeeerrrr

Tapi 4 pict itu emang mood booster banget sih buat Mari... HAHAHAHAHAHA... kalo udah gak semangat langsung buka twitter dan pas liat ava-nya langsung semangat lagi /jiah

Traaaaafffyyy~ 
Sudah yaaaaa... hiks...

Maaf kalau ceritanya kayak gitu OAO itu juga udah gak tahulah gimana ceritanya bisa nulis cerita macam ini (?) Intinya sih, ini fict perdana LawMari yang mengambil setting di dunia One Piece! HAHAHAHAHA

Itu ceritanya sebelum time skip, bagi yang belum tahu aja XDD

Apakah akan ada cerita lainnya dari Mari tentang pair ini? Ya gak tahu, kita liat aja nanti, LOOOOL #digebuk

Akhir kataaa....

BYE BYEEEE~ 

No comments:

Post a Comment

Powered By Blogger

Translate

Awesome Inc. theme. Powered by Blogger.