Pagi yang cerah menyapa kapal selam kuning milik Heart Pirates. Cahaya matahari yang hangat menyinari kapal yang sedang mengapung di lautan itu.
Suasana kapal yang tadinya sunyi pun kini mulai semakin terasa ramai. Terutama bagian dapur... Penguin adalah koki yang rajin, dia selalu bangun paling pagi untuk menyiapkan sarapan bagi semuanya.
Begitu juga dengan suasana salah satu ruangan di dalam kapal tersebut.
Sinar matahari yang mulai memasuki jendela salah satu kamar dan ditambah suara burung yang terdengar mengalun sukses menyapa seorang gadis yang masih tertidur lelap di dalam kamarnya.
Sang gadis yang merasa terganggu sedikit menggeliat dari tidurnya, ia merenggangkan otot-ototnya dan merentangkan kedua tangannya.
"Hoaaam─eh?" dan mata hitam gadis ini langsung terbuka lebar saat tangan yang ia rentangkan menyentuh sesuatu.
Menyentuh sesuatu? Sesuatu yang berada di atas tempat tidurnya, lebih tepatnya sih itu.
Lho? Ia kan tidur di kamarnya? Dan dia tidurnya sendirian? Lalu? Kenapa sekarang gadis ini merasa kalau dirinya tidak sendirian di dalam kamarnya?
Dengan pelan, gadis bernama Mari ini menolehkan kepalanya ke arah tangannya yang tadi menyentuh sesuatu itu dan dalam sekejap, wajahnya memucat (atau malah memerah) luar biasa melihat siapa yang masih tidur dengan lelapnya di atas tempat tidurnya.
Seorang pemuda dengan kaos biru dongker tengah terlelap tepat di sebelahnya. Napas pemuda itu juga teratur dan Ia tidak mengenakan topi bulu putih yang biasanya selalu menutupi kepalanya, rambutnya yang berantakan itu malah menambah keren sang pemuda.
Wajahnya yang biasanya selalu datar itu kini terlihat lebih lembut saat sedang tidur. Tangannya yang dipenuhi tato menumpu kepala tak bertopinya. Dan demi apapun di dunia ini... pemuda di depannya ini terlihat─tampan.... He?
"Tra─" sang gadis yang baru menyadari apa yang ia pikirkan segera menggelengkan kepala dan menjauhkan diri dari tempat tidurnya, Ia menutup mulutnya karena syok.
Pikiran bodoh! Kenapa kau malah memikirkan sampai ke sana-sana sih! Tunggu? Bagaimana bisa? Pemuda itu ada di dalam kamarnya? Sedang tidur nyenyak lagi?
Jangan-jangan─
Blush!
"TRAFFY NO AHOU! APA YANG KAU LAKUKAN DI SINI! KELUAR DARI KAMARKU SEKARANG JUGA!"
Gubrak!
"Au, ittai!"
(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~)
One Piece © Eiichiro Oda
The Most Important Person In My Life is The Most Idiot Person in The World © Mari-chan
(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~)
Meja makan Heart Pirates pagi ini terasa sedikit lain dari biasanya, pasalnya, dua orang yang biasanya bertengkar itu kali ini terlihat saling berdiam diri.
Bukan. Bukan dua orang.
Lebih tepatnya, seorang gadis yang selalu ngoceh tak jelas dan hanya dijawab gumaman oleh seorang pemuda.
Iya, pagi ini, gadis itu hanya diam saja, bahkan, melihat ke arah pemuda yang biasanya ia bentak habis-habisan pun tidak?
"Ada apa dengan mereka berdua?" bisik Penguin kepada Shachi, dua pemuda inilah yang paling memperhatikan gerak-gerik keduanya dan ternyata mereka menyimpulkan bahwa keduanya memang aneh.
"Entahlah," jawab Shachi, ia menggeleng pelan dengan tatapan mata yang masih mengarah ke dua orang di seberang mereka. Kapten mereka dan seorang gadis.
"Apa kau mau bertanya?" tawar Shachi pada Penguin dan jitakan langsung diberikan oleh sang koki pada makhluk idiot itu.
"Sakit oi!" protes Shachi mengalir deras bagai air terjun ditambah deathglare yang jelas tidak akan mempan kepada sang penguasa dapur.
"Kau mau dicincang Senchou?" bentak Penguin dengan suara lirih.
"Ya jelas saja tidak!"
"Makanya─"
"Ada apa dengan kalian berdua?"
JEDEEERRRR!
Wajah Penguin dan Shachi langsung memucat begitu mereka mendengar suara seorang gadis yang jelas-jelas sedang mereka gosipkan itu menginterupsi. Apakah gadis itu dari tadi memperhatikan mereka?
"Penguin? Shachi?"
Keduanya nyengir bersamaan dan menggeleng kompak "Ti-tidak ada apa-apa kok, hahaha, ayo lanjut makan, Mari-chan juga makan yang banyak ya, hehe," ujar Penguin, ia mulai kembali fokus ke piringnya meski tak bisa dipungkiri, keringat mengalir deras dari pelipisnya.
"Kalian dari tadi bisik-bisik di depanku, iya 'kan Tra─" Mari menolehkan kepalanya ke kanan di mana ada seorang pemuda yang balik menatapnya dengan tatapan datar. Dan saat Mari menyadari apa yang terjadi, buru-buru gadis ini menghentikan ucapannya.
Ugh, dirinya hampir saja menyebutkan nama seseorang yang sedang tidak mau dia pikirkan saat ini, dalam sekejap, ekspresi ceria yang biasanya selalu nampak menghiasi wajahnya berubah masam, ia pun berbalik arah dan kali ini ia menoleh ke arah Bepo, "Huh!"
Penguin dan Shachi sweatdrop di tempat melihat kejadian ajaib di depan mereka itu.
Apakah mereka berdua baik-baik saja?
Sepertinya tidak.
(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~)
Mari masih cuek membaca buku kesayangannya di perpustakaan yang terdapat di dalam kapal selam kuning milik Heart Pirates saat mendengar suara seseorang dan langkah kaki yang mendekatinya. Ia belum sedikitpun menolehkan kepalanya ke arah datangnya suara.
Ia paham betul siapa pemilik suara itu, suara milik sang dokter , Trafalgar Law.
"Oi!"
Tepukan pelan mendarat di pundak sebelah kiri sang gadis yang masih duduk manis di salah satu kursi yang berada di sana.
"Apa sih, aku sedang membaca!" balas Mari, ia menyingkirkan tangan Law dari pundaknya tanpa melihat bagaimana ekspresi pemuda itu dan kembali fokus ke bukunya.
"Kau jelas-jelas mengacuhkanku! Dan aku tidak suka itu, cepat katakan padaku ada apa!"
Tatapan mata hitam milik Mari masih asik menjelajahi buku di tangannya meskipun kini pikirannya sudah tidak sejalan dengan matanya.
Ia sedang kesal tahu!
Dasar makhluk tidak peka, makhluk bodoh, tidak berperasaan. Bagaimana bisa dia bersikap datar dan kalem layaknya tidak terjadi apa-apa pada mereka?
Apa ia benar-benar tidak memikirkan bagaimana perasaan Mari tadi pagi? Tadi pagi? Atau lebih tepatnya sih tadi malam ya? O.o
Hih! Apa sih! Bodoh! Ia benci Law. Ia benci pemuda itu!
"Ma─"
"Pergi dari sini! Aku tidak konsen membaca tahu! Traffy no baka! Kau hanya menggangguku di sini!"
"..."
Law tidak berkata apapun sejak bentakan yang diucapkan oleh Mari, tebakan gadis itu, pasti Law keluar dari perpustakaan.
Pemuda itu kan orang yang sangat malas kalau harus berdebat. Ditambah lagi, Mari juga mendengar suara pintu ditutup oleh seseorang. Sudah jelas yang menutupnya adalah Law 'kan?
"..."
Selang beberapa menit setelah ia yakin bahwa dirinya sendirian, sang gadis menutup bukunya dan menaruhnya di atas meja, ia mengangkat kedua kakinya naik ke atas kursi dan memeluk lututnya, "Baka, baka, Traffy baka! Dasar makhluk tidak peka! Bodoh!" ia pun mulai terisak pelan di kursinya.
(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~)
Pemuda itu hanya bisa menatap gadis di depannya dengan tatapan datar meski tadinya ia sempat terkejut juga, kenapa Mari seperti ini?
Tadinya ia memang berniat keluar dari perpustakaan saat mendengar nada bicara Mari yang lebih tinggi dari biasanya, tapi hatinya mengatakan kalau Mari yang tidak seperti biasanya itu pasti sedang ada masalah dan ia tidak bisa meninggalkannya begitu saja.
Karena itu, dirinya hanya berjalan ke arah pintu dan menutupnya, lalu dengan gerakan yang teramat pelan, ia kembali menuju tempat Mari duduk dan berdiam diri di sana.
Sampai ia terbelalak melihat Mari yang terisak dan mulai menangis.
Aduh, gadis ini... kalau ada masalah kenapa tidak bilang, kalau seperti ini kan Law juga yang bingung harus berbuat apa?
Law menghembuskan napas pelan saat suara tangis Mari mulai terdengar semakin keras dari yang tadi dan itu demi apapun benar-benar mengiris hatinya, ia tidak suka melihat Mari menangis, apalagi karena dirinya?
Maka dari itu, Law memberanikan diri melangkah ke depan dan berdiri di samping sang gadis yang masih menangis dalam posisi duduk itu.
"Hhhhh, kalau kau tidak bicara, bagaimana mungkin aku bisa tahu, Ahou!" ucap Law, tangannya mulai meraih kursi tempat duduk gadis berhelai hitam itu dan memutarnya dengan pelan sehingga kursi tersebut kini mengarah kepadanya.
Suara tangis Mari terhenti seketika, mungkin ia syok karena perbuatan Law?
Sang pemuda menyeringai menatap Mari yang kini mulai mengangkat kepala dan menghapus kasar air matanya. Mata hitam gadis itu membulat saat ia balik menatapnya.
"Tr-traffy? Ke-kenapa kau─"
Law mengulurkan tangannya untuk membelai lembut rambut hitam Mari dan berbisik pelan, "Ba-ka!"
(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~)
"Sudah tidak marah?"
Mari menggembungkan pipinya kesal. Mendengar nada bicara Law yang kembali enteng dan terdengar menyebalkan seperti biasanya itu malah membuat dirinya semakin kesal.
Jelas saja ia kesal.
Kenapa ia selalu kalah sih jika berhadapan dengan Law?
Padahal ia sudah berniat mengacuhkan pemuda yang terlalu cuek dan tidak ada peka-pekanya sama sekali itu seharian ini, biar, biar dia tahu rasa bagaimana rasanya dicuekin.
Tapi.... tadi itu apa? Saat di perpustakaan. Ia malah dengan mudahnya jatuh ke pelukan pemuda itu hanya karena senyumannya dan usapan lembut yang ia lakukan di kepalanya.
Ggggrrhhhh... Mari, kau benar-benar bodoh!
"Masih marah?"
Bibir Mari sukses maju lima senti dari posisi semula, ia masih belum menatap dokter di sampingnya yang ia yakin pasti sedang menyeringai sok cakep! Hih! Menyebalkan!
"Mau kutinggal?" ucap Law pelan.
Mari terbelalak mendengarnya dan dengan gerakan cepat, ia menarik kaos kuning yang dipakai pemuda itu untuk mencegahnya menjauh.
ADUH! MARI! APA YANG KAU LAKUKAN! KAU SUDAH GILA YA?! Batin sang gadis yang heboh sendiri.
"Baiklah, aku akan di sini."
Sungguh, Mari ingin sekali menenggelamkan dirinya ke laut saat ini juga karena terlalu malu. Tapi saat mengingat bahwa Law juga tidak bisa berenang, maka dirinya mengurungkan niatnya. Siapa yang akan menolongnya nanti?
Ia bahkan belum berani menatap Law sejak kejadian memalukan di perpustakaan itu.
"Ne, Traffy," Mari membuka suara, ia mengeratkan genggaman tangannya pada kaos Law untuk mengurangi kegugupan.
"..."
Ugh, kenapa Traffy diam saja sih!
Melihat tak adanya respon dari Law malah semakin menambah gugup gadis bersurai panjang ini, lagi-lagi ia hanya bisa menelan ludahnya.
"Ti-tidak jadi, tidak jadi," katanya pasrah. Ternyata susah sekali mencari tahu kebenaran apa yang tersembunyi dari kejadian semalam.
Aku harus bagaimana? Rutuk Mari dalam hati.
"Tentang kejadian semalam, kenapa aku berakhir tidur di kamar yang sama denganmu?"
Checkmate!
(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~)
Law menghembuskan napas pelan dan mulai menyenderkan tubuhnya ke tubuh kecil Mari, ia menyeringai memikirkan apa yang sudah terjadi semalam.
Gadis bodoh!
"Tubuhmu berat tahu, minggir!" teriak Mari, ia berusaha mendorong tubuh Law menjauh darinya tapi sudah jelas tenaganya tak sebanding dengan tenaga Law.
"Semalam kau menangis di dalam kamarmu," sang Shinogekai mulai bersuara, ia berhenti sejenak dan mengacak rambut Mari "Kau pasti mimpi buruk lagi."
"..."
"Saat mencoba membangunkanmu, kau malah menarikku sampai aku jatuh ke kasur juga, kau juga memelukku dengan erat sambil menangis, karena sudah malam dan aku terlalu lelah untuk membangunkanmu, jadinya aku ikut tidur di situ," Law mengakhiri ceritanya. Tangannya juga berhenti mengacak rambut sang gadis.
"..."
Law melirik gadis di sampingnya yang hanya diam saja setelah mendengar ceritanya, kenapa lagi dia ini? "Oi, kau mendengar─"
"Su-summimaseeeen..."
Law pun sukses tersentak saat gadis itu malah berlari menjauhinya, tak lupa Mari juga mendorong tubuhnya kuat-kuat sampai ia terjatuh.
Kadang kala tenaga gadis itu lumayan juga. Atau karena dirinya sedang lengah saja makanya dia dengan mudah mendorongnya atau menariknya mendekat?
"Kenapa dengannya?" gumam Law pelan, ia kembali menghembuskan napas melihat kelakuan dari Mari.
(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~)
"Uso... darou?" Mari menutup wajahnya dengan bantal dan menggelinding tak jelas di atas kasurnya setelah ia mendengar penjelasan dari Law tentang apa yang terjadi?
Benarkah apa yang dikatakan oleh Law?
Oh keren! Jadi semua karena dirinya? Hih! Memalukaaaaaaan...
Dan parahnya, dirinya juga yang berinisiatif menjauhi Law... padahal pemuda itu sudah berusaha menolongnya... semalam....
Blush!
Aduh! Wajahku yang manis... berhentilah memerah plis, batin Mari narsis.
"Ba-bagaimana ini... Kenapa hal ini bisa terjadi... ini hal paling memalukan yang pernah kualami seumur hidup... aduuuh... pikiran bodoh, tangan bodoh, kenapa semalam kau melakukan hal memalukan begituuuuuuuu... tapi, tapi... kenapa juga Traffy malah ikutan tidur di sampingku! Aaaaarrrggghhh..."
Mari mengacak rambutnya karena frustasi, bagaimana ini?
Ia benar-benar malu. Ia tidak akan punya keberanian lagi untuk bertatap muka dengan pemuda itu.
Memikirkan kejadian semalam benar-benar membuat wajahnya panas. Oke, dirinya memang tidak begitu ingat kejadian semalam sih, tapi... itu...
Aaaaaaaaaaarrgghhh...
Mari semakin menjadi, kali ini ia berguling-guling bersama boneka kesayangannya.
Tok tok tok!
"Oi, Mari, kau di dalam?"
Deg!
Wajah Mari kembali memerah mendengar suara seseorang dari balik pintu kamarnya. Jantungnya juga mendadak berdetak ribuan kali lebih cepat dari biasanya.
Tidak... ia tidak siap bertatap muka dengan Law. Tidak. Tidak sekarang! Law pasti akan menjahilinya seharian karena kejadian ini. Membayangkannya saja sudah membuat gadis ini ingin melompat dari atas kapal.
"Oi! Aku tahu kau di dalam, cepat keluar!"
Mari menggelengkan kepalanya, berusaha untuk mengusir suara dari pemilik Ope ope no mi itu. Hih, lagian, kenapa juga Law masih bersikeras bicara pada Mari sih? Dia tidak sadar apa, kalau sekarang Mari benar-benar sedang tidak ingin bertemu dengannya.
Aduuuuuuuhhh....
Hey, jantung, berhentilah berdetak secepat ini. Yang di luar itu hanya Traffy.
Hanya. Traffy?
"....."
Ugh! Sial, memikirkan bahwa yang sedang mengetuk pintu di luar kamarnya adalah Law malah semakin membuat Mari gugup setengah mati. BAGAIMANA INI!
"Kalau kau tidak mau keluar, aku yang akan memaksamu."
Eh?
"Room."
Eeeeeeehhhh?
Sang gadis yang masih berguling-guling di kasurnya itu tersentak saat ada sebuah selaput berwarna biru melingkupinya. Tidak mungkin.
Ia tahu benar apa itu? Itu kekuatan Law? He? Heeeee??????? Jangan-jangan yang dimaksud memaksa keluar itu adalah─
"Shambles."
(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~)
"Traffy baka! Apa yang sudah kau lakukan hah? Menggunakan kekuatanmu padaku di saat seperti ini, baka, baka! Bagaimana aku akan masuk ke sana, aku menguncinya dari dalam kamar, tahu! Traffy bodoooohh!"
Law memutar matanya bosan mendengar bentakan dan teriakan dari gadis yang baru saja ia paksa keluar dari kamar dengan shambles-nya itu.
"Itu karena kau keras kepala," balas Law kalem.
"Keras kepala dari mananya sih, jelas-jelas Traffy itu orang paling keras kepala dan egois di sini! Makhluk menyebalkan!"
Law masih mencoba sabar, sepertinya berdebat dengan Mari ini malah lebih menghabiskan energinya daripada mengeluarkan kekuatannya.
Tuk!
Dua jari Law maju dan menyentil kening Mari sampai akhirnya gadis itu diam dan hanya menggerutu tak jelas. Ia menyeringai melihat ekspresi dari gadis di depannya. Bodoh!
"Kau mau apa, hah!" tanya Mari. Tapi dari nadanya itu lebih terdengar seperti bentakan dari pada pertanyaan.
"Kau tidak mau mengatakan apapun padaku?" jawab Law. Eh, atau malah tanya Law?
"Aku tidak punya kalimat apapun yang harus kukatakan padamu, baka!"
"Terima kasih karena sudah menenangkanku semalam, mungkin?"
Blush!
Law ingin sekali tertawa melihat perubahan warna pada wajah gadis yang selalu ia jahili itu, tapi ia tetap bisa mengontrol emosinya, tertawa bukanlah hal yang biasa dilakukan oleh Trafalgar Law.
"Ba-baka! Aku tidak memintamu me-melakukannya!" elak Mari, gadis itu mengalihkan pandangan ke sisi yang tidak bisa dilihat oleh Law.
Tapi Law bisa menebaknya, pasti gadis itu tengah blushing sekarang.
"Oh,.. baiklah, kalau kau mimpi buruk lagi, aku tidak akan datang untuk menenangkanmu," setelah mengatakan hal itu, Law beranjak dari sebelah sang gadis yang masih tidak mau menatapnya. Ia menoleh sejenak ke arah Mari dan mulai berjalan meninggalkan dek kapal.
"..."
1 detik
5 detik
"Ch-chotto matte!"
Smirk!
(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~)
Mari menundukkan kepalanya di hadapan Law yang masih berdiri santai dengan memasukkan kedua tangannya ke saku celananya.
Ia sudah tidak punya pilihan lagi, tinggal bilang terima kasih saja 'kan? Oke. Ia bisa kok.
Dengan gerakan yang sangat pelan, Mari mulai mengangkat kepalanya, tapi begitu ia bertatapan dengan Law, secepat kilat juga ia langsung mengalihkan pandangannya dari pemuda di depannya.
Ugh!
Tidak bagus. Melihatnya saja sudah membuat Mari hampir mati berdiri. KENAPA IA HARUS TERJEBAK DENGAN MAKHLUK SEJUTA PESONA SEPERTI DIA SIH! Sabar ya, jantung... batinnya.
"A-ari... ga-tou, Traffy," ucap Mari dengan nada putus-putus dan tanpa melihat ke arah Law sedikitpun. Masa bodoh, ia sudah mengatakannya 'kan?
"Kau berterima kasih padaku tapi kau bahkan tidak menatapku?"
SIAL!
Apa sih maunya si dokter menyebalkan ini! Tidak sadarkah ia kalau Mari benar-benar malu sekarang.
Apa sih maunya si dokter menyebalkan ini! Tidak sadarkah ia kalau Mari benar-benar malu sekarang.
"Mo-mooou, baka! Pokoknya aku sudah mengatakannya!" sembur Mari, ia langsung berlari menjauh dari Law setelah mengatakan hal itu, ia sudah tidak punya keberanian macam apapun untuk berhadapan langsung dengan kapten kapal itu.
Tidak.
(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~)
"..." sementara di belakang Mari, Law menyeringai memperhatikannya yang berlari memasuki kapal dengan terburu-buru, "Baka," gumamnya.
Dan lima menit kemudian...
"TRAFFY NO AHOU! BAGAIMANA CARANYA AKU MASUK KE KAMARKU!!!!!"
Law tersenyum tipis menatap birunya laut yang tersaji di depannya. Tenang saja, beberapa menit lagi, pasti Mari akan mendatanginya.
Ternyata menyenangkan sekali menjahili gadis itu dan tanpa ia sadari, itu malah sudah menjadi rutinitasnya sejak Mari ikut berlayar bersamanya.
"Traaaafffyyy!!!!"
Lebih menyenangkan melihat gadis itu mengeluarkan berbagai ekspresi yang sangat jarang diperlihatkan oleh Law daripada melihatnya menangis.
Bagi Law, melihat gadis itu tersenyum merupakan kebahagiaan tersendiri. Ia sudah melihatnya menangis hampir setiap malam saat mimpi buruknya datang dan ia jelas tidak mau keseharian gadis itu juga dipenuhi oleh air mata.
Ah, entah sejak kapan Law begitu memikirkan orang lain seperti ini?
"Traaaffyy!"
Law menoleh ke arah pintu yang menghubungan dek dengan bagian dalam kapal. Ia lagi-lagi menyeringai melihat Mari yang menggembungkan pipinya dan berjalan dengan langkah berat menuju tempatnya berdiri.
Tapi selama orang itu adalah Mari, Law tidak keberatan. Karena saat ia mulai mempertanyakan apa arti Mari di hidupnya, ia sadar bahwa Mari adalah segalanya baginya.
"Ada apa?" tanyanya pelan.
"Bukakan pintu kamarku!"
Mendengar nada bicara Mari yang penuh kekesalan tapi dengan wajah memerah itu benar-benar tidak bisa menahan Law untuk menyeringai. Dasar gadis bodoh.
The End
Gyaaaaaaaaaaaaaa ahahahahahaha
Judulnya.... #krik
Gak ngerti kenapa bisa bikin fict macam ini dan pake judul macam itu -.-"
Tapi... eerrr─TRAFFY MEMPESONAH SEKALI SIH, MASYAALLAH!!!!! /kalap
Ugh! Bwahahahahaha... Mari... kau harus pertahankan kesehatan jantungmu di hadapan makhluk sejuta pesona itu, nak #dor
Traffy >//////< |
SENYUM TIPISNYA ITU SESUAMTING SEKALIIIIII.... AKU MAU PINGSAN! /ya udah sana #eh
Sudah ya... saya mau berendam dulu, nulis ginian malah membuatku makin gak karuan lol
OMG!!!!!! |
SYUDAAAAAHHH.... Hahahahaha...
Tatapannya gak manusiawi banget sih diaaa *gelindingan*
Bye now... sampai jumpa di postingan selanjutnyaaaa *geret Traffy pulang* XD
No comments:
Post a Comment