Kaki-kaki kecil nan lincah milik Mari berjalan dengan semangat setelah keluar dari mobil. Sebuah tas mini berwarna biru cerah menempel di punggungnya. Di sampingnya, seorang pemuda tinggi berhelai pirang dengan model aneh berjalan pelan, berusaha mengimbangi langkah sang gadis kecil.
Hari ini adalah hari yang spesial. Karena ini hari pertama Mari masuk sekolah. Meski hanya di bangku Kelompok Bermain, tapi gadis ini terlihat sangat bersemangat.
Selama ini Mari selalu ingin ikut Sabo ketika Sabo berpamitan untuk pergi ke sekolah. Makanya Marco berinisiatif memasukkannya ke Kelompok Bermain. Itu sekolah yang cocok untuk usianya yang belum genap empat tahun.
"Marco-jichan, apakah sekolah Mari sudah dekat?"
Marco tersenyum dan menggenggam tangan malaikat kecilnya erat, "sebentar lagi sampai, yoi~ Mari sudah tidak sabar kah?"
Mari mengangguk semangat dan mengayunkan tangannya yang masih bertautan dengan tangan sang Ojisan. Marco memarkirkan mobilnya di tempat yang lumayan jauh dari gedung sekolah, ia sengaja melakukannya untuk membuat Mari penasaran.
Tiga menit berlalu, gedung Kelompok Bermain yang dituju oleh dua orang ini sudah terlihat di depan mata. Gedung berwarna hijau lembut itu tidak terlalu besar, namun terlihat sangat nyaman dengan banyaknya pohon di sekelilingnya dan juga bunga-bunga yang tumbuh di sekitar sekolah. Lingkungannya juga nampak bersih.
Untuk ukuran pemuda dua puluhan tahun dan belum berpengalaman dengan hal-hal yang berkaitan dengan pengasuhan anak, Marco ternyata lumayan pintar dalam memilih sekolah yang bagus.