"Mau cokelat?"
Mari yang tengah membaca buku dengan tenang di kursi belajarnya menoleh singkat, memperhatikan kakaknya yang tersenyum menyebalkan di sampingnya. Tangan kirinya masih membawa raket yang dia sandarkan di pundak sedangkan tangan kanannya membawa sebuah jeruk.
"Abang lain kali kalau masuk kamarku ketuk pintu dulu!" bentaknya pada Ryoga yang selalu seenaknya masuk kamar tanpa mengetuk pintu.
'Krauk'
Tanpa sedikitpun peduli akan protes yang dikeluarkan sang adik, Ryoga hanya mengangkat bahu dan menggigit jeruk kesukaannya.
Mari meringis mendengar suara gigitan jeruk kakaknya, sejak kecil ia melihat Ryoga makan jeruk tapi tetap saja dirinya tidak terbiasa. Bagaimana bisa makan jeruk seperti makan apel? Apa kulitnya tidak pahit?
Mari menghembuskan napas karena merasa protesnya hanya akan menjadi sia-sia belaka jika sudah berurusan dengan Echizen Ryoga, "Memangnya Abang punya cokelat?" dengan malas ia akhirnya bertanya.
Ryoga menggeleng, "Kita beli dong," jawabnya pede.
Mari ingin sekali melempar kakaknya ke rumah Ryoma, "Yeeee Mari kira Abang mau memberi Mari cokelat karena sebentar lagi valentine. Hih dasar pelit!" gadis berhelai hitam panjang ini menjulurkan lidah ke arah sang kakak, "Keluar dari kamarkuuuuuu!" Mari berdiri dari kursi dan mendorong tubuh kakaknya untuk keluar dari kamarnya.
"Ei, Mari. Tunggu-"
Brak!