(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~) Hello, Mari-chan is here ★★★ A cheerful, sweet, innocent and light idiot girl who loves Trafalgar Law more than anyone ♡♡♡ Trafalgar Law's Wife ♡ Fushichou Marco's Niece ★★ Sabo & Echizen Ryoga's Sister★ ★ Whitebeard Pirates & Heart Pirates ★★ Kaidou Kaoru and Momoshiro Takeshi's Bestfriend ★★ One Piece ── One Piece Live Attraction ★ Prince of Tennis ★ Hunter X Hunter ★ Death Note ★ MarcoAce is Life. MarcoAce is Love ♥ Sweet Combi ♥ Rival Pair ♥ Seigaku ★ Extremely biased towards Ishiwatari Mashu and Kimura Tatsunari ♥ Yoroshiku ♥ and welcome to my (weird) blog (ノ゚▽゚)ノ

Wednesday, 29 July 2020

Shocking! Second Brother Appears

"Echizen Ryoga?"

Mari yang tengah asyik menikmati makan siang bersama dua sahabatnya sejenak menoleh, menatap beberapa gadis yang berkerumun di sudut kantin dengan menyelidik. Jika telinganya tidak salah, ia benar-benar mendengar nama Echizen Ryoga tadi.

Tapi, apa benar yang mereka bicarakan itu Echizen Ryoga? Sebelah alisnya terangkat. Heran.

Tidak, tidak, tidak, tidak mungkin! Dari mana mereka mendengar nama itu? Ah pasti Mari salah dengar. Atau mereka salah bicara?

Lagipula, nama Echizen bukan nama yang bisa ditemukan dengan mudah di zaman sekarang. Dan sejauh yang ia tahu, hanya ada satu keluarga pemilik nama itu, yaitu keluarga Ryoma-kun. Dan juga—

"Ada apa?"

Mari terkesiap, pandangannya teralih dari sekumpulan gadis di pojokan dan kini tertuju ke mata hitam sang sahabat. Kaidou Kaoru. Pemuda yang sejak kecil sudah bersamanya, "Kaoru-chan?" gumamnya mendapati Kaidou memberikan tatapan khawatir.

"Kau dari tadi memperhatikan mereka, kenal?" tanya pemuda itu lagi, yang disambut gelengan kepala Mari. Jadi ia memperhatikan mereka toh? Padahal tak ada maksud seperti itu.

"Ne, Mari," suara pemuda lain—Momoshiro Takeshi—memanggil, memaksa Mari beralih menatapnya, pemuda enam belas tahun balas menatap sembari mengunyah makanannya, "Kau tidak suka makananmu kah? Dari tadi tidak dimakan, Sini biar aku saja yang memakan—"

Belum sempat Momo menyelesaikan ucapan, sebuah garpu sukses menancap di sela-sela jarinya, membuat sang pemuda berambut landak berjengit dan menarik tangannya, "Mari-chan kowaaaaaiii."

Mari tak peduli, ia menusuk sosis dan memakannya dengan lahap. Sepenuhnya mengabaikan cibiran Momoshiro. Dan mengabaikan gadis gadis dari kelas dua itu.

Ia pasti salah dengar.

One Piece © Eiichirou Oda

The Prince of Tennis © Konomi Takeshi

Shocking! Second Brother Appears © Mari-chan

Bel pulang sekolah telah berbunyi beberapa menit lalu, anak-anak kelas 1-4 pun sudah mulai meninggalkan kelas, menyisakan beberapa orang. Salah satunya, seorang gadis bernama Fujisaki Mari yang masih membereskan peralatan sekolahnya.

Raut wajahnya yang biasa cerah dan penuh semangat kini nampak lelah. Sehari menghadapi matematika dan sains benar-benar menguras habis energinya. Ingin rasanya bolos di dua pelajaran itu. Tapi jika ketahuan Marco-jichan, ia bisa dihukum mencabuti rumput di sekitar rumah selama seminggu. Hiks.

Drrtt drrttt

Getaran ponsel yang berada di dalam tas menghentikan sejenak aktifitas sang gadis, tangannya meraih benda berbentuk persegi panjang itu dengan tidak bersemangat. Ia menghela napas panjang, "Siapa?" gumamnya pelan.

Manik hitamnya melebar, sudut bibirnya tertarik dan membentuk sebuah senyuman tipis melihat sebuah nama yang sangat familiar menghiasi layar ponsel.

"Traffy!" Pekiknya, energinya melonjak lima puluh persen melihat nama sang tercinta. Mari membuka pesan sang dokter dengan cepat. Hanya untuk merasa kecewa mendapati pesan dari Law tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan, lima puluh persen energi yang baru saja bertambah mendadak lenyap lagi.

Law mengatakan tidak bisa menjemput Mari karena mendadak ada rapat di rumah sakit.

"Ugh," tanpa membalas pesan, Mari menggembungkan pipi dan memasukkan ponsel secara sembarangan ke dalam tasnya, "Moooou, hari ini Kaoru-chan dan Momo ada latihan sore... alamat pulang seorang diri lagi," untuk kedua kalinya Mari menghela napas lelah.

Sudahlah, mau bagaimana lagi. Ia tidak mungkin memaksa Law. Dirinya juga sudah lelah dan tidak punya energi untuk berdebat dengan dokter bedah itu.

Sebaiknya langsung pulang saja dan istirahat. Siapa tahu Sabo-nii atau Marco-jichan sudah pulang dan membawa jajan. Ehehe. Pikirnya polos seraya beranjak meninggalkan kelasnya.

(´・ω・`)  (`・ω・´ )

Satu

Dua

Empat (?)

...

Mari menghentikan langkah dan berkedip beberapa kali melihat siswi siswi SMA Seishun berlarian kembali ke sekolah—tidak, lebih tepatnya berlari menuju... kepalanya mengikuti arah gadis gadis itu berlari, dan benar dugaannya... Lapangan tenis. Are? Kenapa?

"Dia keren sekali! Kyaaaa."

"Benarkah, ayo kita lihat."

Suara para gadis yang berlarian ke lapangan membuat Mari semakin penasaran, ada apa sebenarnya? Siapa yang keren? Perasaan di SMA ini tidak ada pemain tenis yang keren deh. Aneh dan norak sih banyak.

Kalau ini SMP Seigaku, ia paham gadis gadis itu pasti membicarakan Tezuka-senpai, atau Fuji-senpai? Lha di sini?

Kapten klub tenisnya saja genit begitu ke cewek.

Mari meringis kaku mengingat bagaimana kapten klub tenis SMA Seishun pernah kena Boomerang Snake milik Kaoru-chan karena menggodanya.

Hia, kenapa malah mengingat hal tidak penting? Apa yang terjadi di sekolahnya?

Setelah berpikir dengan matang—tidak juga sih, Mari mana pernah berpikir secara matang? Dia kan mahkluk paling lempeng di dunia ini. Halah. Gadis kelas satu ini akhirnya memutuskan menuju lapangan tenis. Tidak ada salahnya 'kan? Toh di sana ada Kaoru dan Momo. Dan jika beruntung, Mari bisa pulang bersama mereka berdua, mihihihihi.

Ya Ampun, memang positif sekali pikiran gadis ini.

(´・ω・`)  (`・ω・´ )

"Mada mada daze!"

Mari tidak tahu bagaimana ekspresinya saat ini. Yang ia tahu, mulutnya terbuka dan matanya membulat sempurna. Sangat berbanding terbalik dengan gadis gadis di sekelilingnya yang berteriak.

Tunggu, mereka bilang apa?

"Kyaaaaaaa Kakkooooiiii."

Chotto!

Mari menepuk pipi, menyadarkan dirinya bahwa yang ia lihat bukan mimpi. Ia tidak bermimpi! Gadis berhelai hitam panjang ini mengucek matanya dan kembali menatap lapangan.

Sosok itu masih ada di sana, di tengah lapangan tenis. Masih dengan raket biru kebanggaannya. Masih dengan seringai andalannya. Lalu jaket dengan hoodie yang sangat familiar. Dan juga—jeruk itu. Jeruk yang ada di tangan kirinya itu.

Tidak salah lagi, itu benar-benar—Echizen Ryoga. HEEEEEEEEEEH???? Mari hampir kena serangan jantung.

"Kau hebat juga ternyata, selanjutnya giliranku!" Pemuda yang Mari tahu adalah kapten klub tenis SMA Seishun maju menantang Ryoga, membuat Mari menepuk jidatnya.

"Ppfftt hahahahaha," suara tawa itu menyentakkan Mari. Ia tidak tahu lagi harus berkata apa. Kenapa dia ada di sini? Di Jepang?? Dan—DI SEKOLAHNYA??????

"Kau tidak paham juga, Buchou-san. Aku sudah mengatakan padamu, tujuanku ke sini bukan untuk bertanding melawan kalian semua," suara pemuda itu terdengar percaya diri, ia menaruh raket biru di pundak dan menggigit jeruknya seolah menggigit apel.

"Lalu apa tujuanmu ke sini?"

Mari menutup telinga ketika suara para gadis kembali terdengar memekakan. Ugh, mereka ini berisik sekali sih.

Duk!

"Aduh," dorongan kuat yang didapat Mari dari para gadis menyebabkan ia terpental dan terdorong ke belakang, membuatnya kehilangan pandangan terhadap pemuda itu.

"Mooouuuuu!" Mari menggembungkan pipinya kesal.

"Aku mencari seseorang, yang bersekolah di sini."

Suara pemuda itu mulai samar terdengar, ugh. Mari berusaha menerobos kerumunan orang-orang tetapi hasilnya nihil, bukan hanya karena mereka banyak, tapi karena memang dia lemah. Payah.

(´・ω・`)  (`・ω・´ )


"Mari?"

Mari hampir saja berteriak mendapati seseorang menepuk pundaknya, jantungnya hampir berhenti karena kaget. Ia pikir semua siswa sudah pulang, iya kecuali orang-orang yang berkumpul di lapangan ini. Tapi ternyata ada yang lain. Dan dia menyadari keberadaan Mari yang tengah tertunduk lesu karena tidak bisa menerobos kerumunan orang. Ugh, ia mengingat hal menyebalkan.

"Ma-maaf, aku tidak bermaksud mengagetimu!"

Pemuda yang memiliki rambut ngejreng berwarna pink membungkukkan badan sembilan puluh derajat ke arahnya, membuat Mari tersenyum dan bangkit dari duduknya, "Tidak apa-apa, Coby... aku hanya sedikit terkejut saja, ahahaha," balasnya.

Pemuda bernama Coby itu ikut tersenyum, kepalanya menoleh ke arah lapangan tenis. Alis pink-nya terangkat, "ada apa ini, tumben ramai?" Tanyanya penasaran, ia menatap kerumunan manusia di sekeliling lapangan tenis dengan pandangan heran.

Dan barulah Mari menyadari apa yang sedang terjadi. DI SANA. DI LAPANGAN SANA! DI SANA!!!

"AH!!!" Pekiknya, membuat Coby melompat kaget, "G-gomen, Coby!" Mari balas membungkuk, tak paham ternyata Coby juga gampang kaget seperti dirinya.

"Kau mengagetkanku, Mari," Coby membenarkan letak kacamatanya yang miring karena pekikan Mari.

"Itu, di sana!!!!" Mari menunjuk arah lapangan tenis dengan penuh penekanan. Ugh, kenapa ia jadi lola begini sih! Ia mengutuk kinerja otaknya yang tiba-tiba melambat, ingin sekali berteriak kalau di sana itu ada seseorang yang sangat ia kenali. Tapi suaranya tidak keluar. Aduh!!!!

"Di sana ada apa?" Coby semakin terlihat kebingungan, "Mari? Hei?"

Gadis enam belas tahun membuka dan menutup mulut layaknya ikan koi, "Itu, itu, ituuu—" ucapnya masih menunjuk lapangan tenis, berharap Coby memahaminya. TAPI MANA MUNGKIN!

"Hei, ada apa?" Coby yang mulai khawatir akan keadaan teman sekelasnya menghampiri Mari dan memegang kedua pundaknya, "Fujisaki, bertahanlah! Hei—"

"—Yo, Pinky, got a problem with my little sister?"

(´・ω・`)  (`・ω・´ )


"....." tubuh Coby mematung sempurna, sebuah tangan menepuk—tidak, lebih tepatnya mencengkeram pundak kirinya, dan itu seketika menghentikan aliran darah Coby. Wajahnya memucat. Tidak, lebih tepatnya membiru. Peredaran darahnya seolah berhenti dan ia kesulitan bernapas.

Dengan gerakan patah patah, Coby melepaskan tangannya dari pundak Mari dan menoleh ke arah sang pemilik tangan.

Glek!

Di hadapannya, dua manik berwarna jingga kecoklatan menatap tajam. Tatapan itu begitu mengintimidasi hingga membuat sekujur tubuhnya gemetar hebat. S-siapa orang ini? Batin Coby.

"Hei, Pinky Boy, kau belum menjawab pertanyaanku," pemuda bertubuh tinggi itu kembali bersuara. Dan meski suaranya terdengar kalem, Coby berani bersumpah ia merasa bahwa dia sedang tidak dalam kondisi kalem.

Lalu apa katanya? Menjawab pertanyaan? Pertanyaan yang mana?

"Hoooo," Coby merasa dunianya berhenti berputar ketika pemuda itu mengangkat raket... tidak, dia akan memukulku dengan raketnya. Ia menutup rapat kedua matanya, berdoa semoga ia tidak dipukul, "sepertinya aku harus mengajari Pinky Boy sesuatu—"

"RYOGA-NIICHAN HENTIKAN!!!!!!"

"Eh?" Coby membelalak mendengar teriakan itu. Matanya melebar melihat raket biru milik pemuda itu berhenti di sisi kepalanya. Apa? Apa yang terjadi? Dan... Apa yang Fujisaki katakan tadi???

Eh, iya... sesaat setelah mencengkeram pundaknya, pemuda ini mengatakan 'Got a problem with my little sister?'

"EEEEEEEEHHHH, KAKAKNYA FUJISAKI?????????"

"Yo! Pink boy. Tenang saja, aku tidak pernah memukul orang dengan raket kesayanganku," pemuda itu menepukkan raketnya ke kepala Coby.


(´・ω・`)(`・ω・´ )

"Apa maksudanya ini? Bukankah Echizen-san kakaknya Echizen? Lalu, sekarang kakaknya Mari? Coba jelaskan Kaidou, kau sahabat Mari kan?" Momoshiro bertanya dengan bertubi-tubi, yang dibalas seringai Ryoga.

"Jangan tanya padaku, baka! Sejak kecil memang tidak ada dia di keluarga Mari!" Balas Kaidou, ia juga heran kenapa bisa begini? Yang ia tahu, kakak Mari hanya satu yaitu Sabo. Lalu Echizen Ryoga adalah kakak Echizen.

Kaidou mulai pusing.

"Siapa yang kau panggil baka, hah? Aku jelas terkejut ketika dia bilang ingin mencari Mari. Aku pikir dia memiliki hubungan dengan Mari! Aaaarrgghhh!"

"Kau pikir aku tidak terkejut? Aku juga sama! Idiot!"

"Siapa yang kau panggil idiot!"

"Berisik! fshuuuuu."

"Bhahahahahaha kalian lucu sekali," tawa Ryoga menghentikan pertengkaran Momoshiro dan Kaidou, mereka berdua menatap Echizen yang lebih dewasa dengan tatapan menyelidik.

"Kau, jawab jujur. Apa hubunganmu dengan Mari??!!!" tanya Momoshiro ditambah tatapan sinis.

Ia jelas tidak terima. Dulu dia datang tiba-tiba dan mengaku sebagai kakak Echizen. Momo yang sudah menganggap Echizen sebagai adik tentu saja syok.

Lalu sekarang dia mengaku sebagai kakaknya Mari???? SIAPA YANG AKAN PERCAYA?????? HELL! Jangan jangan dia ini orang berhobi aneh yang suka mengaku sebagai kakak dari orang yang dekat dengan Momo? What the

Ryoga terlihat tak terpengaruh, dan kini mencomot kue cokelat di piring Mari yang hanya menggerutu, "Aku kakaknya Mari," jawabnya santai.

"USOTSUKI!!!!" Momoshiro berteriak lantang sembari menggebrak meja cafe tempat mereka berempat ngobrol.

"Eh??? Tidak percaya??? Hmmmmm.... Bagaimana menjelaskannya, ya?" Ryoga mengusap dagunya seolah berpikir.

Mari ingin sekali menumpahkan susu cokelatnya ke kepala kakaknya. Ingin sekali.

(´・ω・`)  (`・ω・´ )


"Kenapa Ryoga-niichan muncul tiba-tiba?! Tidak memberi tahuku apa-apa, hah?!"

Ryoga menepuk pelan kepala Mari, kemudian mengusapnya dengan lembut, "gomen," katanya, "Tapi aku kangen Mari, makanya aku pulang~"

Hih! Apakah Mari sudah pernah bilang bahwa kakak keduanya ini menyebalkan???? Oh belum?

Baiklah.

"Dia memang kakakku, Momo-chi..."

Momo berhenti menatap tajam Ryoga dan kini memperhatikan Mari, "ulangi lagi," desaknya.

"Echizen Ryoga, dia kakakku!"

"KOK BISA??????!!"

Untuk ketiga kalinya Mari menghela napas panjang, tak pernah menyangka ia akan mengatakan hal ini pada Kaoru dan Momo dengan cara seperti ini.

"Kalian berdua pernah bertemu Ryoga-niichan, kah?"

Kaidou dan Momo mengangguk, "dia ikut pelatihan di Camp U-17 dua tahun yang lalu," jawab Kaidou. Membuat Mari mendelik ke arah kakaknya dan memakinya habis-habisan karena dua tahun lalu dia bahkan tidak pulang ke rumah. PADAHAL ADA DI JEPANG! KAKAK MACAM APA!!!!

Ryoga hanya meringis dan menepuk kepalanya, "Kalau aku pulang, Niisan dan Ojisan tidak akan mengizinkanku pergi lagi," katanya seraya menjulurkan lidah. MENYEBALKAN!!!

"Sejak kecil, Ryoga-niichan ada di Amerika bersama kakak dari ayah, tapi ternyata Ojisan tidak mengurusnya dengan baik sehingga dia diadopsi oleh Nanjirou-san."

"Jadi itu sebabnya dia memiliki nama Echizen?" gumam Kaidou.

"Yoi, Chibisuke juga adikku," Ryoga menimpali.

"Sebentar, apa hubungan keluargamu dengan Echizen?"

Mari mengetukkan jari ke dagu, menerawang, "Saudara jauh sih, Nanjirou-san itu saudara sepupu ayah, karena itu nama Ryoga-niichan menjadi Echizen Ryoga."

"Tapi, Echizen mengatakan dia tidak tinggal bersamanya lagi," Momo meminta kejelasan.

"Ah, Ryoga-niichan pergi bersama Obasan, dan diasuh oleh Obasan. Karena itu dia meninggalkan rumah Ryoma. Meski begitu, nama Echizen tidak bisa dilepaskan karena saat itu Ryoga-niichan masih kecil."

Rumit sekali keluarga kalian. Kaidou membatin.

"Begini saja deh biar lebih jelasnya," Mari mengambil kertas dari dalam tas dan mulai mencoret coret sesuatu.

"Ibu memiliki satu saudara yaitu Marco-jichan, kalian kenal Marco-jichan kan?" Momoshiro dan Kaidou mengangguk, Mari lanjut mencoret sesuatu di atas kertasnya, "sedangkan ayah memiliki dua saudara. Yang memutuskan merawat Ryoga-niichan dulu adalah kakak dari ayah. Tapi kemudian Ryoga-niichan diadopsi oleh Nanjirou-san, sebelum diasuh oleh adik ayah. Sampai sini paham?"

Momoshiro mengangguk, Mari bersumpah ia melihat asap mengepul di atas kepalanya. Kasihan.

"Ehm, kenapa Echizen-san tidak diasuh oleh Marco-san saja bersama kalian?"

Mari terdiam, ia mengaduk minumannya tanpa semangat, "Itu—"

"—meskipun aku tidak tinggal bersama mereka, aku tetap bagian dari keluarga Fujisaki. Niisan tetaplah kakakku, dan dia ini adikku," ucap Ryoga sembari menepuk kepala Mari, membuat Mari tersenyum.

"Lagipula Marco-ji sering mengunjungiku kok. Shirohige-jiji juga yang lain... Niisan dan Mari juga."

(´・ω・`)  (`・ω・´ )


"Traffy!"

Law membelalak mendapati Mari memanggilnya. Ia baru saja selesai rapat dan berniat pulang, tak menyangka akan bertemu Mari di sini, ini jalan yang biasanya mereka berdua lewati ketika pulang dari jalan-jalan atau sekedar jajan di cafe.

Dan yang lebih membuat Law syok adalah... Mari bersama seorang laki-laki dan Law tidak mengenalnya.

Apa-apaan?

"Traffy sudah selesai rapat? Mau pulang kah?" Law tak menjawab, matanya masih memperhatikan gerak-gerik pemuda di sebelah Mari. Siapa dia?

"Traffy, ne Traffy?"

Law menahan diri untuk tidak menghela napas, ia menatap Mari sejenak dan menjawab singkat, "Iya."

"Traffy kenapa? Apakah rapat hari ini membuatmu kelelahan? Mau mampir ke rumah tidak?"

Law ingin menjawab bukan karena itu! Tapi si bodoh ini mana sadar? Dia kan makhluk paling tidak peka di seluruh dunia. Ingin sekali Law berteriak, tapi itu sangat OOC, jadi lupakan saja.

"Tidak, tidak usah," elaknya, padahal ingin sekali dia mampir ke rumah Mari setelah lelah rapat. Tapi, cih mood-nya sedang buruk melihat Mari dengan lelaki lain. Bagaimana bisa dia menerima tawarannya segampang itu? Memang Law cowok apaan?

"Oh iya, Traffy... kenalkan, dia ini—"

"—Echizen Ryoga. Senang bertemu denganmu, Trafalgar Law-san," pemuda bernama Echizen itu tersenyum menyeringai seraya mengulurkan tangan.

Jika ada istilah cinta pada pandangan pertama, maka Law tengah mengalami benci pada pandangan pertama.

"Kau mengenalku?" Law berusaha tetap tenang menjabat tangan Echizen, padahal dalam hati ia sudah meledak ledak, terutama ketika melihat Echizen Ryoga merangkulkan tangan kanannya ke pundak Mari dan kembali tersenyum mengejek ke arahnya. WHAT THE FAK! Mau cari masalah dengan Trafalgar Law ini bocah? 

"Tentu saja aku mengenalmu, aku mengenalmu dengan sangat baik. Iya kan, Mari-chan?" Pemuda itu mengusap kepala Mari dan tersenyum, yang dibalas senyuman sumringah dari sang gadis, APA-APAAN?! Law ingin sekali menonjok seseorang, mungkin orang yang bersama Mari itu? Iya itu ide bagus.

"Mari," panggilnya dengan suara tenang, atau sebisa mungkin dia tetap tenang. Mari hanya merespon dengan 'ya' dan tanpa menjauh sejengkal pun dari Echizen Ryoga! FAK!

Sabar, Law. Sabar.... jangan tunjukkan emosimu, jangan...

"Traffy, ada apa?"

Ugh. Mari ini juga kenapa tidak protes ketika ada pemuda lain yang nempel nempel padanya? Biasanya dia didekati cowok lain langsung dia pukul. Lha kenapa yang ini tidak??? Apakah harus Law yang menghajarnya? Iya ia ingin sekali, tangannya sudah gatal.

Law mengepalkan tangannya, menahan amarah ternyata sangat susah. Terutama jika sudah berhubungan dengan gadis bernama Fujisaki Mari. Mari itu miliknya, tidak seharusnya ada pemuda lain yang dekat dengannya seperti—seperti itu?!

Duh, kenapa dia terdengar posesif sekali. BODO AMAT! Kalahkan dulu dirinya dalam pelajaran sains sebelum mendapatkan Mari—eh?

"Dia ini siapa?" tanya Law, padahal jelas-jelas tadi dia sudah memperkenalkan diri sebagai Echizen Ryoga. Ya ampun, bodohnya kau Law.

"Dia—"

"—sudah kubilang namaku Echizen Ryoga," pemuda itu memutar bola mata jingganya, "Kau ternyata lamban ya, Sensei," ucapnya, semakin membuat Law kesal.

Dokter bedah ini merasa kepalanya berasap, BUKAN ITU, MAKSUDNYA HUBUNGAN KALIAN! Hhhhhh sabar, Law... "Maksudku, ugh," Law menutup mulutnya, tak mungkin ia mengatakan hal itu. Nanti terlihat sekali kalau dia cemburu.

EH? SEBENTAR?

CEMBURU?

APA BENAR DIA CEMBURU? DIA CEMBURU KARENA MARI DEKAT DENGAN LAKI-LAKI LAIN? WHAT THE

"Hooo, penasaran ya dengan hubungan kami? Mufufufufu," Ryoga menyeringai, ia mendekatkan kepalanya ke Mari dan menempelkan kepala mereka berdua, membuat Law benar-benar ingin melayangkan satu saja pukulan ke wajahnya.

"Mou, yamete!" Mari mendorong kepala pemuda itu menjauh, tetapi si Echizen terlihat tak terpengaruh sama sekali, SIALAN.

"Oh iya! Traffy pasti tidak tahu dia siapa," pekik Mari kali ini dengan wajah berbinar. Law ingin melompat dari jurang saja rasanya.

Apa-apan, bukankah namanya Echizen Ryoga? Dia—

"Dia Ryoga-niichan! Kakakku! Hehe."

—Eh?

"Kakakmu?" Law merasa telinganya bermasalah.

"Yup?!"

The hell!!!

(´・ω・`)  (`・ω・´ )


"Hahahaha hahahahahahaha!"

"Diam kau!" Jika tadi Law ingin menonjok pemuda bernama Echizen Ryoga, sekarang Law ingin sekali menonjok pemuda pirang bernama Sabo! Dia seenaknya menertawakan Law begitu. HIH!

"Kau cemburu pada Ryoga! Kau cemburu pada Ryoga! HAHAHAHAHA HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA."

"Cih," decihnya, wajahnya sedikit bersemu mendengar Sabo mengatakan hal itu. Tidak salah sih, makanya ia malu. UGH. Memalukan. Ia cemburu pada kakak kandung Mari. KAKAK KANDUNG YANG TIDAK PERNAH IA TAHU KEBERADAANNYA. BAGAIMANA IA TIDAK CEMBURU?

Sial, tanpa sadar dirinya malah mengakui bahwa ia cemburu pada Ryoga.

"Wajar saja, Law-kun kan tidak tahu kalau Ryoga itu kakak Mari, yoi. Sabo-kun tertawamu puas sekali," suara Marco menyahut, pria itu berjalan menuju ke tempat mereka duduk sambil membawa sekeranjang buah jeruk.

"Oh ini untuk Ryoga-kun, dia sangat menyukai jeruk," jelas Marco seolah paham apa yang ada dalam pikiran Law. Ia tidak menyangka ternyata dirinya gampang sekali dibaca, atau itu hanya berlaku untuk Marco? Karena Mari sampai sekarang tetap tidak paham dengan bahasa tubuh Law.

Duh.

"Lalu, anak itu di mana?" Law mengalihkan pembicaraan, ia tidak suka jika Marco sudah membaca raut wajahnya karena tak ada yang bisa disembunyikan dari pria itu.

Dan sejak tadi Law juga tidak melihat batang hidung bocah menyebalkan itu.

"Ryoga? Sepertinya dia tidur. Mari mengatakan Ryoga mengalahkan para pemain tenis di sekolahnya sebelum akhirnya bertemu dengan Mari, dia pasti kelelahan. Belum lagi kena jetlag," jawab Sabo, ia mengambil satu buah jeruk dan menggigitnya seperti sang adik, "Hoeeee pahiiiit," pekiknya.

"Yeeee, Sabo-nii mau sok-sok'an meniru Ryoga-niichan," suara Mari membuat Law menoleh, mengalihkan pandangan dari Sabo yang masih misuh tak jelas dan kini menatap Mari. Dilihat dari pakaian gadis itu yang sudah berubah, sepertinya dia baru mandi.

"Apa maksudmu?" tanya Law. Mari tersenyum lebar membuat dada Law menghangat, "Ryoga-niichan memakan jeruk seperti memakan apel," kata gadis itu, Law sebenarnya tidak peduli cara Ryoga makan jeruk. Tapi melihat Mari sangat berapi-api menceritakan tentang kakaknya membuat Law tersenyum.

Rasa jengkelnya yang tadi sempat dirasakan juga menguap tak bersisa, ah ternyata membuat mood-nya membaik itu sangat mudah sekali.

"Traffy mau mencoba makan jeruk seperti Ryoga-niichan tidak? Hahaha," tawar Mari, ia mengambil sebuah jeruk dan memberikannya pada sang dokter muda.

Law menerima jeruk pemberian Mari dan menggeleng, "Bodoh," gumamnya seraya mengupas buah yang mengandung banyak vitamin C itu.

"Aku pernah memakan buah jeruk seperti Ryoga-niichan, DAN TERNYATA MEMANG PAHIIIIIT!"

Law tersenyum tipis, diambilnya satu bagian jeruk yang baru saja ia kupas dan memasukkannya ke mulut, manis.

"Heran deh, kok Ryoga-niichan suka ya?" lanjut Mari lagi, membuat Law mau tak mau ikut penasaran tentang Ryoga. Apa benar dia makan jeruk seperti apel?

"Kalau Ryoga-niichan bangun, dia pasti akan menunjukkan pada Traffy!"

Sang dokter bedah terkekeh, tidak mau membayangkan seabsurd apa orang makan jeruk sampai kulit kulitnya, "Tidak, terima kasih," responnya singkat dan lanjut menikmati buah jeruknya.

"Wah, wah, api cemburu berhasil dipadamkan, Komandan!" Sabo bersiul jahil.

"Roger, Kapten!" Dan Marco menyahut dengan mengedipkan sebelah mata ke arah Law.

EEEEEEEEEEHHHH????

"Hah? Api cemburu? Siapa yang cemburu?" pertanyaan polos Mari membuat tiga pria di ruang keluarga terdiam.

Haduh, ternyata Mari tidak sadar sama sekali bahwa Law cemburu padanya dan Ryoga.

Hhhhhhhhhhhhhhh sabar, ya, Law...

The End

MHUEHEHEHEHEHEHEHEHE AKHIRNYA PECAH TELOR DI TAHUN 2020!!! HUHUHUHU

NGEBUT INI NGETIKNYA, LANGSUNG DI-UPLOAD MHUEHEHEHEHEH /dor

YAY, INI TENTANG ABANG RYOGAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAA ABAAAAAAAAAANG /heh

Karena di sini pertama kali dia dikenalkan, jadi aku tidak akan merubah fanfict terdahulu... ya, ada sedikit sih yang perlu dirubah, tapi ga akan merubah keseluruhan kok... mhueheheheheh

Mau liat ga Abangnya Mari kayak apaaaa... YOSH! INI DIAAAAAAAAAA
Echizen Ryoga
SUBHANALLAH, GANTENGNYA ABANG SAYAAAAAA /NANGIS

CAKEPNYA GA ADA AKHLAK EMANG, SEBEL 
HUHUHUHUHUHU

Namanya Echizen Ryoga, ultahnya 23 Desember... ZODIAKNYA SAMA KAYAK MARI DONG, WKWKWKWKWKK /yha
NANGIS AJA AKU NGELIHAT DIA
MODE GALAU AJA CAKEPNYA GA NGOTAK BEGITU... HUEEEEEE

NAUDZUBILLAH TATAPANNYA T_T 
Udah ah, kalo udah bahas si abang bawaannya pengen tereak mulu dah heran... eh iya, sukses membuat Traffy jeleees mufufufufu sankyuu abang HAHAHAHAHA

Kapan lagi kan liat Traffy yang biasanya kalem tiba-tiba mencak-mencak begitu wkwkwkwk /udah

Udah gitu aja, lain kali Mari akan kenalkan si kakak satu ini, tunggu saja, kalo Mari ga mager /ditendang

Akhir kata... bubaaaaay

29 Juli 2020
Sign,
Istri Sah Trafalgar Law

No comments:

Post a Comment

Powered By Blogger

Translate

Awesome Inc. theme. Powered by Blogger.