Tapi, ia menyukai hari valentine.
Sangat.
Bukan. Mari bukan tipe gadis yang menyukai valentine karena menunggu setahun untuk memberikan cokelat buatannya pada Law yang tampan itu. Uhuk.
Dan tolong digaris bawahi. Mari. Tidak. Bisa. Membuat. Kue.
Terima kasih pada Paman Thatch-y yang selalu memanjakannya dengan kue-kue lezat buatannya sehingga Mari pikir jika ingin makan kue lebih baik minta Thatch-y saja.
Oh iya, Mari juga terhitung anak yang tidak bersahabat dengan segala jenis camilan. Ia bisa memasak, bahkan jika diberi kebebasan menguasai dapur untuk menyediakan makan malam, Mari bisa memenuhi meja makan dengan masakannya... tapi dirinya sama sekali tidak bisa membuat kue atau apa pun yang berbahan dasar tepung.
Mari pernah mencoba membantu Thatch-y membuat roti tapi hasil adonannya malah bantet sedangkan adonan Thatch-y mengembang dengan sangat cantik.
Sejak saat itu Mari memutuskan bahwa membuat kue dan segala jenis camilan itu bukanlah bidangnya. Ia pun lebih memilih masak lauk yang jumlahnya sangat banyak dari pada membuat satu jenis kue.
Luar biasa kah?
Tidak juga sih.
Sekali lagi ia tegaskan, Mari tidak merayakan hari valentine dan alasannya menyukai tanggal 14 februari ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan Law.
Lalu, apa alasan gadis ini menyukai hari valentine jika tidak berhubungan dengan orang yang disukainya?
Iya, semuanya berawal dari kejadian beberapa tahun yang lalu.
Jika ingatannya tidak salah, itu terjadi lima tahun yang lalu ketika dirinya duduk di bangku kelas satu SMP.
(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~)
The Prince of Tennis © Konomi Takeshi
One Piece © Eiichiro Oda
Valentine Day (?) By Mari Chappy Chan
(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~)
Flashback.
"Eiji-senpaaaai," suara cempreng Mari mengalun memekakan telinga, kedua tangannya melambai di udara, berusaha memanggil kakak kelasnya yang terlihat berlari melewati kelasnya.
Kikumaru Eiji menolehkan kepala merahnya, senyumnya melebar beberapa centi mendapati Mari berlari ke arahnya, "Nyaa, Mari-chaaaan," pemuda tiga belas tahun berseru riang.
"Eiji-senpai kenapa terburu-buru, ada apa?" tanya Mari.
"Sebenarnya aku bukannya terburu-buru, aku memang mencarimu, Mari-chaaan."
Alis Mari terangkat sebelah, "Hah? Mencari Mari? Kenapa?" tanyanya heran.
"Nyaaa, tak ada waktu menjawabnya, ayo ikut saja!"
Dan dalam waktu singkat, Mari sudah diajak mengelilingi lorong-lorong kelas Seigaku.
Diajak lari oleh Kikumaru Eiji yang selalu memecahkan rekor lari tercepat Seishun Gakuen itu lebih horor dari pada diajak Marco bertemu dengan teman-temannya yang menyeramkan.
Lalu, kenapa jagoan lari ini mengajak Mari yang sangat lemah dalam hal berlari ini lari-lari begini?
Semoga Eiji-senpai punya alasan yang bagus untuk ini, atau dia akan merasakan kemarahan dari Marco-jichan.
Eh... keren, di saat seperti ini Mari masih sempat-sempatnya memikirkan hal yang melenceng jauh.
(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~)
"Waaaaaaaaaaiiii, cokelaaaaaaaaaaat~" manik hitam Mari berbinar cerah melihat tumpukan cokelat yang jumlahnya sangat banyak di atas meja klub tenis Seigaku.
Rasa lelahnya akibat berlari mengelilingi sekolah dan rasa kesalnya pada Eiji langsung lenyap tak bersisa ketika ia melihat makanan yang sangat disukainya itu.
"Kenapa ada banyak sekali cokelat di sini?" tanyanya seraya mendekat ke arah tumpukan makanan manis tersebut.
"Itu semua cokelat yang ada di dalam loker kami," sebuah suara menjawab santai dan tanpa menoleh pun Mari tahu siapa yang menjawab pertanyaannya, itu suara teman sekelasnya; Momoshiro Takeshi.
"Fuji-senpai dan Eiji-senpai yang mendapat cokelat terbanyak."
Mari terkekeh mendengar ucapan pemuda jabrik itu, "Hebaaaat, luar biasa Seigaku Reguler..." katanya terkagum.
"Jadi, maksud Eiji-senpai mengajak Mari ke sini karena ini? Hahahaha," tanpa sadar Mari tertawa.
"Kaidou mengatakan tidak ada yang bisa menyaingi Mari dalam hal makan cokelat, nyaa," Eiji menyahut dengan cepat.
"Mihihihi," Mari masih tertawa, diambilnya sebuah bungkusan berwarna pink dengan tulisan 'Untuk Fuji Syusuke' yang sangat cantik. "Fuji-senpai, apa Senpai yakin tidak mau cokelatnya?" tawarnya.
"Aku kenyang hanya dengan sekali lihat."
Mari meringis kaku, 'bisa dimengerti sih' batinnya.
"Sebenarnya itu tidak semuanya, kita belum tahu ada berapa banyak cokelat di lokernya Tezuka-buchou."
Dan suasana tiba-tiba hening.
Jika Fuji-senpai dan Eiji-senpai saja mendapat cokelat sebanyak ini, lalu bagaimana dengan Tezuka-Buchou?
Aih, tapi Mari bisa menebak pasti para fans dari Buchou tidak berani mendekati kapten klub tenis itu. Mari saja takut padanya.
Meski Tezuka-buchou itu keren, tapi dia agak kaku dan beraura seram.
"Oh iya, Mari-chan, cokelat-cokelat milikku kuserahkan padamu, ya, makanlah sepuasnya."
"...." Mari hanya bisa mematung menerima banyak bungkusan cokelat dari Fuji Syusuke.
"Oh, meski jumlahnya tak sebanyak Kikumaru-senpai dan Fuji-senpai, aku juga mendapat beberapa cokelat, untukmu saja, aku juga tidak suka cokelat," Kaidou Kaoru menambahi.
"Nyaa, meski aku suka cokelat, tapi kalau sebanyak ini tetap saja aku tidak akan kuat memakannya, kubagi dengan Mari-chan, ya?" Dan jumlah cokelat di tangan Mari pun bertambah.
"Aku─"
"Stooooop!" Mari berteriak lantang, menghentikan niatan Oishi yang juga berniat menyerahkan cokelat padanya.
Anggota Seigaku Regular lainnya terdiam sejenak.
"Mari memang suka cokelat dan dengan senang hati akan memakan cokelat-cokelat pemberian fans kalian, tapi Mari tidak akan kuat membawa semua cokelat-cokelat ini sendirian dong, Senpai-tachiiii! Paling tidak, kalian membantu Mari membawakan cokelat-cokelat itu sampai ke rumah Mari, hehehehehehe," ucapnya sambil cengengesan.
Dan sepertinya anggota Seigaku Regular sudah salah memilih Mari sebagai penerima cokelat-cokelat mereka, niat mereka kan ingin jauh dari cokelat sebanyak itu, eh ini malah disuruh membawakan cokelatnya sampai ke rumah Mari.
Adik kelas yang sungguh kurang ajar.
(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~)
"Mari? Ini cokelat milik siapa? Kenapa banyak sekali, yoi?"
Mari yang tengah santai sembari bermain dengan laptopnya di ruang keluarga segera berlari menuju dapur begitu mendengar suara Ojisan-nya.
Dan gadis ini hanya bisa nyengir lebar ke arah Marco yang berdiri di depan kulkas dan terlihat syok melihat banyaknya cokelat di dalamnya, "Hehe, itu dari Fuji-senpai, Eiji-senpai, Oishi-senpai, Taka-san... lalu sebagian dari Momo-chii dan keseluruhan cokelat Kaoru-chan," jawabnya mencoba mengingat siapa saja yang memberinya cokelat tadi siang dengan masih nyengir.
Marco berkedip beberapa kali dan menepuk keningnya, pria usia awal tiga puluhan ini menghembuskan napas panjang, "Mari... Marco-jichan tidak pernah melarangmu makan cokelat, tapi..." Marco menghentikan ucapannya dan mengacak surai pirangnya. Sepertinya ia agak frustasi menghadapi hobi makan cokelat keponakan perempuannya ini.
"Tapi jangan makan cokelat sebanyak ini juga, yoi," Marco kembali menyambung ucapannya.
"Eh? Tapi Mari suka kok, Marco-jichan kan juga suka cokelat, kalau mau ambil saja... "
Marco hanya tersenyum tipis menanggapinya,"Oh iya, kenapa tidak ada nama Inui-kun, Mari melupakannya?"
Mari menggelengkan kepalanya, "Tidak... Inui-senpai mengatakan padaku akan membuat minuman dengan cokelatnya, entahlah minuman apa yang jelas Mari tidak mau mencicipinya," katanya.
"Lho, katanya suka cokelat, tapi kenapa menolak minuman cokelat buatan Inui-kun?"
Mari memutar otaknya, mencoba mencari kalimat yang pas untuk menjawab pertanyaan dari Marco tanpa menjatuhkan nama Senpai kesayangannya itu, "Ah, Mari menyukai segala jenis cokelat, tapi Mari tidak menyukai apa pun yang dibuat oleh Inui-senpai."
"Hah?"
Jika Marco-jichan tahu bahwa Inui-senpai itu punya hobi membuat apa pun menjadi racun, pasti Marco-jichan tidak akan mengijinkan Mari dekat-dekat dengannya. Sudah biarkan saja...
"Ne... hari ini kan hari valentine, apakah tidak ada yang memberi cokelat pada Marco-jichan?" Mari mencoba mengganti topik pembicaraan.
Marco mendelik mendengar pertanyaan dari gadis kecilnya itu sebelum kembali menepuk keningnya, "Cokelatmu sudah sebanyak itu, masih mau nambah lagi? Kalau sampai sakit perut, Marco-jichan tidak mau tahu, yoi," ujarnya.
"Eeeeeehhh.... kok begitu? Huh!" Mari mulai manyun.
"Iya iya, jangan cemberut begitu. Coba lihat di ruang tamu, Marco-jichan membawa sesuatu," kata Marco, ia tak bisa menahan tawanya melihat Mari yang langsung manyun begitu ia melarangnya makan banyak cokelat.
"Waaaaai, Marco-jichan juga dapat cokelat, yaaaa... hahaha Sasuga Mari no Ojisan," lagi-lagi Mari memekik kegirangan. Ia langsung berlari ke arah ruang tamu.
Dan hanya butuh waktu satu menit bagi Mari untuk mengambil 'sesuatu' yang tadi dikatakan oleh Marco.
Tangan kecilnya kini penuh dengan beberapa bungkus kado yang ia yakini pasti cokelat. Hooo, Ojisan-nya lumayan populer juga ternyata.
"Sepertinya kakakmu juga akan membawa pulang banyak cokelat, yoi," gumam Marco saat melihat Mari sudah membawa semua cokelat yang ia terima dari kantor dan beberapa temannya.
Senyum Mari pun mengembang... aih... Ia jadi tidak sabar menunggu kepulangan sang kakak, "Ne... cokelat milik Marco-jichan boleh untuk Mari 'kan, hehe."
End of Flashback.
(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~)
Ah, kurang indah apa lagi sih hari valentine?
Sejak panen cokelat lima tahun yang lalu dan hampir di setiap tahunnya setelah itu (terima kasih untuk senpai-tachi dan teman-temannya yang selalu mendapat cokelat dari fans mereka dalam jumlah yang tidak wajar) Mari jadi memfavoritkan hari valentine, kapan lagi bisa makan cokelat gratis. Haha.
"Jangan banyak-banyak makan cokelat."
Tapi sepertinya kecintaannya pada cokelat sedikit tertahan karena orang bernama Trafalgar Law yang kini duduk santai di depannya sambil minum kopi ini.
"Traaaffffy, jangan hancurkan valentine-ku yang indah dooooong," protesnya.
"Heh, kau ini sebenarnya hanya ingin makan cokelat saja 'kan, padahal tidak paham maksud dari valentine."
"Memang iya."
Law pun sukses tersedak kopi hitamnya mendengar jawaban super polos dari Mari, "Ya ya terserah kau lah."
"Tapi... kenapa setiap tahun Mari tidak pernah mendapat cokelat, ya? Masa Mari tidak punya penggemar sih, Mari 'kan manis?" gadis ini mulai ngelantur.
Di depan tempat duduknya, Law kembali terbatuk, "Heh, memangnya siapa yang mau memberimu cokelat?" ejeknya.
"Huh! Tapi ini aneh ah, kenapa Mari tidak pernah dapat cokelat sendiri, kan aneeeeeh."
"Sudah diam! Cepat habiskan es krimmu, bukankah kau ada janji dengan senpai-tachi dan teman-temanmu setelah ini."
"Oh iyaaaa... Cokelaaaaat."
Ah, masa bodoh selama ini Mari tidak pernah mendapat cokelat, asalkan dirinya bisa makan cokelat dari teman-temannya, itu sudah cukup.
Sekarang ketahuan alasan kenapa Mari sangat menyukai hari valentine -.-
"Baka," Law menggumam lirih memperhatikan Mari yang mulai kembali memakan es krimnya. Sebuah senyum tipis terukir manis di bibirnya.
The End
(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~)
UWOOOOUOUOOOO (?) BERAPA LAMA MARI GAK BUKA BLOG???????
Sejak Desember *nangis*
H-habisnya Mari sibuk banget, maafkaaaaaan *bungkuk-bungkuk*
Yay, tapi Mari akhirnya kembali lagiiiiii *nyeduh teh* #dibalanggelas
Ini ceritanya agak gimana gitu lol genrenya Friendship aja deh ya wakakaka kasihan abang Sabo, gak muncul sama sekali :'( habisnya Mari sudah kehabisan ide jadi dipotong di sini, HAHAHAHA /janganbangga
Oh iyaaaa, pengen tahu gak sih alasan kenapa Mari gak pernah dapet cokelat? WKWKWKWK
Enggak, ya? Hiks kasihan amat diriku *mojok di kamar*
Hokelah, cukup di sini saja, besok-besok kalau ada waktu dan ide cerita baru, kita ketemu lagi di sini~ /GAYAMU
TRAFFY KOK GANTENG SIH O/////O |
Omake
"Heh, kau mau apa di depan loker Mari!"
"Aku─"
"Kuizinkan kau dekat dengan Mari setelah kau mengalahkanku dalam tenis, fshuuuu."
"..."
(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~)
"Doryaaaaaa!"
"Gyaaaaaa, ampuuuuun!"
"Mengembalikan Dunk Smash-ku saja tidak bisa dan kau mencoba dekat dengan Mari? Kau punya nyali juga ternyata."
"...."
(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~)
"Cokelat untuk Mari, kah?"
"I-Inui-senpai?"
"Aku punya minuman khusus untukmu, ini bisa meningkatkan kepercayaan dirimu ketika berbicara dengan Mari."
"A-aku, aku... sepertinya aku harus ke kamar mandi!"
"Eh? .......Kenapa malah kabur? Padahal ini enak."
(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~)
"Kaoru, Momoshiro, Inui, ternyata bodyguard Mari lumayan juga," gumam Law.
"Jangan bilang kau yang menyuruh mereka bertiga, Trafalgar."
Seringai Law mengembang, "Eustass-ya, kau pikir aku hanya akan menyuruh mereka menantang anak-anak itu bermain tenis atau sekedar meminum racun?" tanyanya.
Eustass Kid membuang muka, "Seharusnya aku tahu tindakanmu akan lebih sadis dari pada anak-anak SMP itu."
Law terkekeh, "Setidaknya aku tahu mereka tidak akan mendekati Mari lagi, tapi kalau masih nekat, aku tidak tanggung jawab, sih."
"Dasar posesif."
"Oh, terima kasih."
"Itu bukan pujian, Ahou! Ayo kembali ke kampus sebelum terlambat."
OH! TERNYATA ITU ALASAN MARI TIDAK MENERIMA COKELAT SELAMA BERTAHUN-TAHUN! DASAR KALIAN SEMUA JAHAAAAAT!!!! #yha
Owari
No comments:
Post a Comment