(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~) Hello, Mari-chan is here ★★★ A cheerful, sweet, innocent and light idiot girl who loves Trafalgar Law more than anyone ♡♡♡ Trafalgar Law's Wife ♡ Fushichou Marco's Niece ★★ Sabo & Echizen Ryoga's Sister★ ★ Whitebeard Pirates & Heart Pirates ★★ Kaidou Kaoru and Momoshiro Takeshi's Bestfriend ★★ One Piece ── One Piece Live Attraction ★ Prince of Tennis ★ Hunter X Hunter ★ Death Note ★ MarcoAce is Life. MarcoAce is Love ♥ Sweet Combi ♥ Rival Pair ♥ Seigaku ★ Extremely biased towards Ishiwatari Mashu and Kimura Tatsunari ♥ Yoroshiku ♥ and welcome to my (weird) blog (ノ゚▽゚)ノ

Wednesday 2 September 2015

Meet My Personal Doctor

"Apa!"

Cengiran nampak menghiasi wajah Mari saat ia melihat sosok tetangganya yang juga menjabat sebagai sahabatnya, Kaidou Kaoru, yang baru saja keluar dari rumahnya. Mari yang memang sudah stand by di depan rumah sang sahabat jelas langsung berhadapan dengannya. Dan tak lupa Mari juga langsung mendapat bentakan super darinya. Ugh. 

"Ne, Kaoru-chan tidak sibuk 'kan? Hehehe," Mari bertanya dengan pelan dan mulai mendekati sang pemuda berbandana yang masih berdiri di depan pintu.

"Fshuuuu, memangnya kenapa?" Kaidou balik bertanya, ia menatap bosan sang gadis yang kali ini sudah berdiri tepat di sampingnya dengan masih nyengir tak jelas.

"Hari ini jadwalku check up, dan tidak ada yang menemaniku... Marco-jichan masih di kantor dan Sabo-nii ada acara dengan teman-temannya... Kaoru-chan kan tidak sibuk, temani aku yah, hehe."

Hening beberapa saat sebelum desisan dari Kaidou kembali terdengar, kali ini ia juga menggaruk kepalanya, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu, "Aku sibuk, Mari," jawabnya.

Bola mata hitam milik Mari memicing mendengar jawaban sang sahabat dan lagi jika dilihat dari gelagatnya sih, sahabatnya itu seperti tengah menyembunyikan sesuatu.

"Hmmmm," Mari menatap sahabatnya dengan tatapan penuh kecurigaan.

"Jangan tatap aku seperti itu!" Bentak Kaidou. Bola mata gelapnya bergulir ke kanan dan kiri, enggan bertemu dengan bola mata hitam milik Mari.

"Sebentar... Kaoru-chan mau pergi yah? Eh? Ada janji dengan Momo-chii kah?" Tebak Mari sambil tersenyum jahil dan ia semakin menguarkan seringainya saat melihat Kaidou gelagapan di depannya.

"A-apa! Tidak kok! Aku hanya ingin jalan-jalan saja," elak Kaidou dengan cepat, ia menggelengkan kepalanya dan beralih menatap halaman rumahnya yang luas.

"Hoooo," gumam sang gadis, ia mengusap dagunya dan kembali menyeringai "jadi tidak ada janji dengan Momo yah? Hmmmm... ya sudah, pasti Momo tidak ada kerjaan, kalau begitu aku ajak Momo-chii saja deh," putusnya seenak jidat dan mulai berlari meninggalkan halaman rumah keluarga Kaidou.

"Heh, iya iya, aku temani!"

Smirk! 

Dalam hati Mari tertawa setan. Sahabatnya ini ternyata gampang sekali ditipu. Hahahahaha


Meet my personal doctor © Mari-chan  

Disclaimer 

Tenipuri © Konomi Takeshi 

One Piece © Eiichirou Oda 



"Kaoru-chan pernah bertemu dengan dokterku tidak?"

Gelengan kepala menjadi jawaban dari Kaidou atas pertanyaan dari Mari barusan dan itu menjadi alarm bagi Mari untuk melebarkan kedua matanya "HAH! BELUM PERNAH! MASA SIH????" Teriaknya heboh.

Kaidou mendesis dan mengabaikan protes dari Mari yang hampir membuat semua mata tertuju pada mereka, "Memangnya kenapa kalau aku belum pernah bertemu dengannya, hah?"

"Aneh."

Empat sudut berbentuk siku langsung nempel di jidat sebelah kiri dari Kaidou begitu mendengar satu kata itu, "Heh! Memangnya kau pernah mengenalkan dia padaku atau bagaimana, hah? Tidak kan? Sudah diam atau akan kutinggalkan kau sendiri!" Ancamnya dan mulai berjalan sedikit lebih cepat dari Mari.

"Mou, galaknyaaaa...." Mari mencibir, "Tapi... selama ini perasaan, aku sering bercerita padamu tentang dokterku, bahkan kau pernah bertemu dengannya kan saat ke rumahku?" ia lanjut ngoceh.

"Itu hanya perasaanmu, aku tidak tahu siapa doktermu, sudah diam!"

Kedua murid Seishun Gakuen ini akhirnya berjalan dalam diam menuju halte bus. Rumah sakit tempat Mari check up tidak begitu jauh tapi tetap saja mereka tidak mungkin ke sana dengan jalan kaki. Memangnya Kaidou mau mengambil resiko Mari pingsan di tengah jalan. Geh? Padahal dia mau menemui dokternya.

Bisa-bisa Kaidou kena sembur dokter pribadi Mari.


(~●ω●)~  ~(●ω●)~  ~(●ω●~) 


Tak sampai sepuluh menit akhirnya Mari dan Kaidou sampai di rumah sakit kota Seishun, Mari segera menuju ke tempat informasi dan menyeret tangan Kaidou untuk mengikutinya.

"Mari-chan? Tunggu sekitar lima belas menit lagi yah, Sensei sedang ada pasien," Yumiko dengan senyuman ramah memberi tahu Mari tentang jadwalnya check up. 

"Arigatou, Yumiko-nee," Mari membungkuk hormat ke arah petugas rumah sakit berwajah cantik itu dan kembali menyeret Kaidou untuk duduk di ruang tunggu.

"Hei, hei, kau dari tadi menyeretku ke sana dan sini, aku bisa jalan sendiri!"

"Aku takut Kaoru-chan tersesat!"

"Memangnya aku ini kau?"

"Apa katamu?"

"Fshuuuuu."


(~●ω●)~  ~(●ω●)~  ~(●ω●~) 


Kriiiiinnggg... 

Mari yang tengah duduk santai di ruang tunggu rumah sakit sedikit terperanjat saat ia mendengar suara ponsel dari seseorang berdering. Iapun menolehkan kepalanya dan memperhatikan Kaidou yang tengah menatap ponselnya dengan wajah aneh, "Dari siapa?" tanyanya.

Suara dari Mari sepertinya sukses menyentakkan Kaidou yang masih diam memperhatikan ponselnya. Buru-buru ia memasukkan kembali ponselnya itu ke saku celana dan beralih menatap Mari sembari menggelengkan kepalanya sok polos, "Bukan siapa-siapa," jawab Kaidou dan diakhiri desisannya.

Tapi Mari bukanlah sosok yang mudah dibohongi, apalagi dibohongi oleh seorang Kaidou Kaoru. Itu tidak pernah ada dalam kamusnya. Mari tahu benar sifat Kaidou, Kaidou itu tidak pandai berbohong! Jadi ia juga tahu kalau sahabatnya itu sedang menyembunyikan sesuatu.

Mari melirik jam di pergelangan tangannya, masih ada waktu sebelum ia menemui sang sensei, ia harus tahu apa yang disembunyikan oleh Kaidou. HARUS! 

Mari bertekad dalam hati.

Tak sampai dua menit, ponsel milik Kaidou kembali berdering dan lagi-lagi Kaidou tidak menjawab panggilan itu dan berniat kembali memasukkannya ke saku.

"Wah, telepon dari Momo-chii kah?" celetuk Mari dengan suara agak keras dan itu lagi-lagi membuat Kaidou terdiam. Wajah sang pemuda yang tadinya dipenuhi kegelisahan kini terlihat semakin mengkhawatirkan.

"A-apa! Bukan!" elak Kaidou, dan Mari berani bersumpah demi dokternya yang keren itu, Ia benar-benar melihat wajah Kaidou memerah. Serius???

"Coba sini hapemu!" pinta Mari, ia mati-matian menahan tawanya saat melihat ekspresi sang sahabat yang sangat jarang ia lihat itu. Tangan kecilnya terulur ke arah Kaidou, mengisyaratkan sang pemuda untuk memberikan apa yang ia minta.

"Hah? Sudah kubilang bukan si Idiot itu yang menelepon!" dan Kaidou pun masih mencoba mempertahankan ponselnya.

"Aku akan minta maaf pada siapapun yang meneleponmu karena kau membatalkan janji dengannya karena menemaniku, apa itu salah? Sudah berikan!" gadis tiga belas tahun ini semakin memaksa dan memberikan tatapan maut ke arah Kaidou. Tumben ia bisa seperti ini?

"Ti--"

Kriiiiinnngg! 

Dan ucapan Kaidou terhenti saat sang ponsel kembali berdering untuk ke tiga kalinya. Seringai Mari semakin mengembang saat Kaidou mengambil ponselnya dari saku dan tanpa basi-basi, Mari pun menyambar ponsel berwarna hitam milik Kaidou.

"Hei--"

"Sssssst, ini rumah sakit, dilarang berteriak, Kaoru-chan... jadi kau diam saja! Oke?"

"......."


(~●ω●)~  ~(●ω●)~  ~(●ω●~) 



Mari cengengesan tak jelas melihat nama yang tertera pada layar hape milik Kaidou, di situ tertulis jelas siapa yang menelepon pemuda berbandana ini, meskipun nama yang terpasang di situ adalah "Idiot" tapi Mari paham seribu persen siapa yang dimaksud Idiot oleh Kaidou itu. HAHAHAHA

Piip! 

Pelan-pelan Mari menempelkan ponsel Kaidou ke telinganya, "Moshi-mo--" 

"MAMUSHI NO BAKA! KAU KE MANA SAJA HAH! BUKANKAH KITA ADA LATIHAN DOUBLES MELAWAN KAMIO DAN IBU, KENAPA KAU KABUR, SIAL!!!!!" 

Mari langsung menjauhkan sang ponsel dari telinganya saat suara seseorang dari seberang sana terdengar luar biasa marahnya. Aduh! Sekarang ia paham betul kenapa sahabatnya enggan mengangkat telepon dari makhlu bodoh itu. Ia berharap telinganya masih normal sejak ia mendengar teman sekelasnya itu berteriak tepat di telinga kanannya barusan.

Kaidou yang duduk di sampingnya mendesis pelan.

Setelah mengumpulkan kesadaran akibat serangan maut suara milik Momoshiro, akhirnya Mari kembali nenempelkan ponselnya ke telinga dan ia mendengar suara di seberang tengah ngos-ngosan. Oh, sepertinya dia marah sekali.

Eh? Sebentar, bukankah itu berarti, Kaoru-chan ada janji dengan Momo? Ooooohhh... Mari mengangguk-angguk tak jelas dan tersenyum sumringah, yah, padahal tadi dia sempat berniat menggampar Momo sih karena membuat telinganya hampir budek mendadak.

"Momo-chii, kah?" ucap Mari dengan pelan.

"....." suara di seberang telepon mendadak lenyap.

"Are? Momo-chii... halooooo..." panggil Mari lagi, kali ini dengan suara yang lebih nyaring.

"Ma-mari? Hah? Mari? Ini hape Kaidou kan? Kenapa ada padamu!" cengiran menghiasi wajah sang gadis saat mendengar suara Momo yang juga gelagapan, "hahaha, Kaoru-chan ada di rumah sakit bersamaku," jawabnya.

"Rumah sakit? Hah? Mamushi sakit? Jangan bercanda! Mana mungkin ular jejadian itu sakit, hahaha!" 

Mari mendelik mendengar kalimat super enteng dari Momo tapi mendengar itu juga, Mari jadi punya ide yang cukup bagus untuk mengerjai makhluk jabrik itu. HAHAHAHAHA

"Ne, Ahou! Kaoru-chan juga manusia! Semua manusia bisa sakit, kau tahu, tadi dia mengalami musibah saat akan pergi entah ke mana--" Mari menoleh ke arah Kaidou yang sudah mendelik tak karuan di sampingnya, mungkin Kaidou mencoba protes akan kebohongan dari Mari. Tapi Mari juga memberi kode untuk sahabatnya itu agar diam saja dan duduk manis di sampingnya.

"...." 

Setelah sibuk menenangkan sahabat ularnya, Mari kembali fokus ke Momo dan ia sedikit terhenyak saat suara di seberang telepon tidak terdengar lagi, "Momo-chii, kau masih di sana?" Tanyanya penasaran.

"....... A-aah." 

Smirk! 

Mendengar suara Momo yang seperti itu membuat Mari menyeringai. Entah berapa kali Mari menyeringai hari ini, ia benar-benar tidak menyangka akan semenyenangkan ini mengerjai Momoshiro, "Ne, jadi Kaoru-chan mau pergi menemuimu yah, uh... kasihan Kaoru-chan-ku yang malang, sensei belum keluar dari ruangannya, apa kau tidak khawatir padanya, Momo-chii?" 

"...." 

"Sensei mungkin akan menemuiku 10 menit lagi--"

Tuuuuut! 

"Are? Putus," guman Mari sok cuek, ia meringis dan mengembalikan ponsel Kaidou yang sudah berwajah merah padam di sampingnya.

"Kau!" Kaidou mendesis menahan marah--atau malu--entahlah, ia tidak paham. Yang jelas raut wajah Kaidou saat ini terlihat mengerikan. Ugh, gawat, aku bermain-main dengan ular berbisa! Matilah aku! 


(~●ω●)~  ~(●ω●)~  ~(●ω●~) 


"Ja-jangan marah dong, Kaoru-chan, HEHEHE," Mari perlahan mundur dari duduknya saat Kaidou mulai melemaskan jari-jarinya dan mendekatinya. SIAL APAKAH DIA AKAN MENJITAKKU? ATAU MENJEWERKU? AAAA MARCO-JICHAAAAAN! 

"Kau ini--"

"Ne, ne, memangnya kau tidak penasaran yah, Momo-chii beneran datang ke sini apa tidak? Kalau Momo-chii benar-benar menganggapmu sebagai seseorang yang penting, dia pasti akan sampai di sini kurang dari--" Mari melirik jam tangan birunya dan mengguman pelan "7 menit," lanjutnya, ia masih mencoba mengulur waktu sebelum sahabatnya itu membunuhnya.

"Memangnya aku peduli, hah?" Kaidou seakan tak termakan rayuan dari Mari dan ia terlihat semakin marah. GAWAT! 

"Ne ne ne, mau taruhan tidak, kalau Momo-chii datang ke sini kurang dari tujuh menit, Kaoru-chan harus memaafkanku, HEHEHEHE," dan ucapan Mari semakin ngaco saja.

"SIAPA PEDULI PADA SI IDIOT ITU, HAH!" Kaidou mulai mengarahkan tangannya untuk menjitak kepala Mari atau apapun itu, Mari benar-benar tidak siap menerimanya, ia menutup kedua matanya dan berteriak takut.

"AAAAAAA ADA MONSTER--"

"Mari--"

"MARI!"

Dua panggilan dari dua suara tapi memanggil satu nama itu sukses menghentikan aksi Kaidou Kaoru yang berniat melakukan apapunlah itu kepada Mari. Dalam hati Mari bersyukur dirinya masih selamat.

Lha suara tadi? 

Gadis ini perlahan membuka matanya dan melihat sekeliling, senyumnya mengembang begitu melihat dua sosok yang sangat ia kenali, "Traffy!" Ia berseru saat melihat dokter pribadinya yang sudah berdiri santai di depan ruangannya.

Dan setelah itu, Mari menolehkan kepala ke sisi lain dari tempatnya duduk dan ia tersenyum lebar menatap sosok yang baru saja sampai di rumah sakit dengan ngos-ngosan, "Momo-chii!" pekiknya semangat dan ia menjulurkan lidahnya ke arah Kaidou yang hanya bisa mematung di tempat duduknya.

"He? Mamushi?" Mari mendengar dengan jelas gumaman dari Momoshiro saat melihat Kaidou yang dalam keadaan baik-baik saja, "Mari, kau mengerjaiku!" katanya geram.

"Ahahahaha... sudahlah, Momo-chii," siswi Seishun Gakuen berjalan dengan langkah super ringan ke arah Momo dan menarik lengannya guna mengajak sang pemuda ikut bergabung dengannya dan Kaidou. INI AKAN MENYENANGKAN! HAHAHAHA 

"Nani!" 

"Traffy! Bolehkah mereka ikut masuk?"


(~●ω●)~  ~(●ω●)~  ~(●ω●~) 


"Bagus, semuanya bagus, Mari tidak bandel, dosis obatnya akan aku kurangi."

Mari meringis mendengar ucapan dokternya setelah selesai memeriksa dirinya. Akhir-akhir ini ia memang tidak bandel sih, ia selalu menurut kata Ojisan-nya, makanya hasil pemeriksaan kali ini memuaskan dan yang lebih menyenangkan, dosis obatnya akan dikurangi. Bagus! 

Tuk! Tuk! 

"Hn?" Tarikan pelan pada lengan bajunya membuat Mari menoleh dan ia melihat salah satu sahabatnya tengah menatap dokternya tanpa berkedip, "...ada apa, Momo?" Tanyanya.

"Ne, Mari, itu doktermu? Yang benar saja?" Bisik Momo sangat pelan, ia mencoba sepelan mungkin agar manusia yang tengah mencoret-coret resep obat dari Mari itu tak mendengarnya.

"He? Iya, dia dokterku, memangnya kenapa?" Dengan polosnya Mari kembali bertanya.

"Kau gila ya, jadi selama ini dia yang merawatmu kalau sakit? Dia? Kau ini... lihat saja penampilannya, siapa yang percaya kalau dia dokter? Penampilannya mengerikan!" Ujar Momoshiro. Agak tidak sopan memang.

"Hmmm, Law-sensei tidak mengerikan kok," gumam Mari agak sedikit keras dan itu membuat sang dokter beralih menatap murid Seigaku itu.

"Baka! Dia dengar!" Pekik Momo, ia menjitak pelan kepala Mari.

"ITTAI!" dan sudah jelas Mari balas menjitak kepala Momo.

"Hentikan, baka!" Bentak Kaidou yang sedari tadi diam di tempat duduknya, ia jengkel juga ternyata karena dua makhluk di sampingnya itu tidak bisa diam barang sedetik. Dan ia juga kesal ternyata dokter yang dimaksud Mari adalah Trafalgar Law.

Kalau Law sih Kaidou sering bertemu dengannya. Ternyata Law itu dokter? Dia dokter? Tapi penampilannya tidak meyakinkan sebagai seorang dokter.

"Hmmmm, jadi, siapa yang mengerikan, hmm??" Dokter bernama lengkap Trafalgar Law itu bertanya seraya menyeringai menatap Mari dan kedua sahabatnya.

Aku merasakan perasaan aneh.


(~●ω●)~  ~(●ω●)~  ~(●ω●~) 


"Namaku adalah Trafalgar Law, dan iya aku seorang dokter, dokter ahli penyakit dalam dan dokter bedah," jelas Law masih dengan seringainya, "lalu, kalian berdua?" ia melirik teman-teman Mari dan alisnya terangkat saat mata gelapnya melihat sosok Kaidou, "....Kaidou Kaoru?" gumamnya.

Kaidou hanya mendesis dan membuang muka.

"..." Momoshiro masih mematung di depan meja dokter yang barusan memperkenalkan diri itu.

'Orang bodoh mana yang akan percaya kalau manusia penuh tato dan pakai tindik di telinga itu adalah dokter.' teriaknya dalam hati, dan ia lebih heran lagi menyadari bahwa dokter itu mengenal Mamushi.

Dan.... Itu juga yang Mari tebak dari ekspresi Momo saat ia memperhatikannya. Iya juga sih, kalau dipikir, dokternya memang nyentrik, ia punya tindik di telinganya, dan tangannya juga penuh tato? O.O

Sudah begitu, tato di tangannya juga seram, D.E.A.T.H. Eeerrr--agak membuat merinding juga ternyata dokternya ini.

"Se-seigaku ninen, Mo-momoshiro Takeshi desu."

"Seigaku ninen, Kaidou Kaoru, tapi sepertinya kau sudah mengenalku, Law-san."

Law menyeringai, "Kau teman sekelas Mari?"

"Traffy sudah mengenal Kaoru-chan, kan... dan Momo-chii ini juga sahabatku..." potong Mari. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Oh, itu?"

Mendengar gumaman dokter seram itu yang seolah mengerti sekali tentang cerita mereka berdua, Momoshiro dan Kaidou pun menghujani Mari dengan tatapan 'apa maksudnya itu, heh!' Tapi Mari seolah cuek dan malah kembali fokus ke sang dokter.

"Anoo, sebenarnya yah, Traffy, mereka ini penasaran," ucap Mari sambil menunjuk ke dua sahabatnya yang hanya bisa mendelik galak ke arahnya, "kenapa Traffy punya tato? Bukankah dokter itu pekerjaan yang sangat baik, tapi tato itu membuatmu terlihat seperti yakuza, ya kan, minna?" lanjutnya terlalu jujur, Ia tersenyum sok manis ke arah dua sahabatnya dan juga dokternya.

"Apa maksud kalimatmu itu, baka!" Kaidou dan Momoshiro memprotes bersamaan dan itu membuat Mari tertawa dan bertepuk tangan.

"Sasuga Rival Pair, kalian memang kompak! Hahahaha," gadis ini berteriak dengan penuh semangat. Serius minta digampar ya dia?

"Mari!!!"

"Oh, tato ini?"

Niat Kaidou dan Momoshiro untuk menjitak kepala Mari kembali terhenti saat mendengar gumaman seseorang dan itu adalah gumaman dari dokter Mari.

Sekarang Kaidou paham kenapa Mari sangat menyukai dokternya, dokter menyeramkan ini sering sekali menyelamatkan Mari dari penganiayaan yang akan dilakukan oleh orang-orang di sekelilingnya.

Oke, terlalu berlebihan memang.


(~●ω●)~  ~(●ω●)~  ~(●ω●~) 


"Aku membuat tato di tanganku sejak masuk fakultas kedokteran, mereka sempat menolakku tapi melihat prestasiku yang jauh di atas mahasiswa lain, mereka akhirnya mengalah, aku ini jenius," ujar Law-sensei dengan nada serius dan sedikit narsis.

"Jenius? Kenapa meragukan sih?" Mari menggumam dan sebuah kaki sukses menginjak kaki kecilnya "Hoi! Sakit!" Ia menggeram menatap Momoshiro yang barusan menginjaknya.

"Ahou! Diam deh!"

Mari menggembungkan pipinya kesal dan kembali menatap sang sensei, "Benarkah Traffy jenius? Palingan kalah sama Marco-jichan?" Celetuknya.

"Kalau aku tidak pintar, bagaimana bisa aku jadi dokter, hah! Lagipula kalau soal matematika, aku ratusan kali lebih pintar daripada Mari. Dan jangan samakan aku dengan Marco-ya, dasar bodoh."

JLEB!

Mari manyun seketika mendengar ucapan sang sensei. 

"Ppppfffftt," sementara Kaidou langsung menutup mulutnya dengan tangan saat mendengar celetukan dokter dari Mari itu, sedangkan satu orang lagi--

"HAHAHAHAHA, SENSEI, KAU BENAR SEKALI! Mari itu bodoh sekali dalam hal matematika, hahahaha--ittai!" Momoshiro langsung berhenti tertawa saat Mari mencubit pipinya dengan sangat keras, air mata juga mengalir dari matanya, "Mari, kau jahat sekali."

"Menyebalkan! Aku tidak bodoh tahu! Aku hanya kurang pintar dalam hal menghitung, caramu tertawa itu menyebalkan, Baka!" Dengus Mari, ia melipat tangannya di depan dada dengan bibir yang masih manyun.

"Kaoru-chan juga mau tertawa kan, padahal kau juga sama bodohnya dalam hal matematika!"

"Nani! Aku tidak bodoh!"

"Inui-senpai mengatakan nilai ulanganmu kemarin 4,1!"

"Lebih baik daripada nilaimu yang 3,2! Sabo-san menceritakannya padaku kemarin!"

"Nani!" 

"Kalian berdua itu sama-sama bodoh!"

"DIAM KAU! KAU YANG PALING BODOH DI ANTARA KAMI!"

Law hanya bisa sweatdrop melihat kelakuan pasien kesayangannya dan teman-temannya. Ia sering melihat Mari berdebat dengan Kaidou, tapi ia tidak menyangka dengan bertambahnya Momoshiro, trio ini menjadi trio yang sangat berisik.

Tapi kemudian, dokter tampan ini teringat teman-temannya dulu, Luffy dan lainnya yang tak kalah hebohnya dari tiga orang ini, ternyata di mana-mana yang namanya makhluk berisik itu ada. Law membatin pasrah.

"Sudah sore, kalian tidak pulang?" Ucap Law, sebenarnya dia berniat mengantar Mari pulang, tapi Mari sedang bersama dua sahabatnya, pasti akan terlihat aneh jika Law hanya mengajak Mari.

Dan lagi, bisa-bisa dua sahabatnya itu mengatakan hal-hal lain kepada Marco-ya, ia bisa berada dalam masalah.

"EH? EEEEEHHHHH???"

BAKA! 

(~●ω●)~  ~(●ω●)~  ~(●ω●~) 


"Aku heran kenapa Law-sensei bisa jadi dokter dan jadi dokter kesayanganmu pula!" Momoshiro bertanya kepada Mari dengan nada heran setelah mereka bertiga keluar dari rumah sakit dan kali ini tengah berjalan menuju rumah Mari. Iya, sudah pasti dia sedang mengantar Mari pulang.

"Soalnya dia keren! Agak galak sih tapi sebenarnya beliau baik! Iya, seperti Kaoru-chan, hehehe," jawab sang gadis, mata hitamnya berkilat entah karena apa dan ia juga meringis kaku ke arah Kaidou.

"Che!" Respon Kaidou singkat. Ah, tsundere, pasti dalam hati ia senang dipuji oleh Mari. Siapa lagi yang mau memujinya kecuali sahabat gadisnya ini? Eh?

"Seperti siapa?" Momoshiro berteriak tak terima sebelum kemudian tertawa mengejek, "HAHAHAHA JANGAN MEMBUATKU TERTAWA! Mamushi baik dari mananya?" katanya di sela tawanya yang terdengar menjengkelkan.

"Fshuuuuu, apa katamu!" Kaidou yang sepertinya tak terima akan ucapan Momoshiro pun mulai terpancing. Ia mendekati Momoshiro dan menyiapkan tangan kanannya untuk memberi hadiah pada pemuda jabrik itu.

"Ah, dasar tsundere," potong Mari, ia berjalan mendekati keduanya dan menjauhkan Kaidou dari Momoshiro, "kalau ada Kaoru-chan kau selalu mencari masalah tapi saat dia tidak ada kau khawatir setengah mati, khukhukhu," katanya jahil.

"A-apa katamu! Siapa yang khawatir pada si bodoh itu, hah!" Momoshiro menunjuk Kaidou dengan emosi, wajahnya juga terlihat merah. Hmmm, entah itu merah karena marah atau blushing? 

"Siapa yah???" Mari menolehkan kepalanya ke arah Kaidou yang sudah memalingkan wajah darinya, siswi kelas dua ini tersenyuk lucu melihatnya sebelum kemudian berjalan pelan meninggalkan kedua sahabatnya, "Aaaahh... aku baru ingat, saat aku mengatakan Kaoru-chan mengalami masalah, kau langsung berlari dari street tennis dan langsung menuju rumah sakit untuk melihat keadaannya kan? KYAAAAAAAA... MOMO-CHII KAWAAAIII~ Padahal musibah yang dia alami adalah aku yang menyeretnya ke rumah sakit sehingga ia gagal menemuimu. Itu musibah kan yah?"

"....." Momoshiro pun sukses mematung.

"....." dan hal yang sama juga terjadi pada Kaidou.

Momoshiro menggelengkan kepalanya dan menepuk kedua pipinya lucu sebelum kembali mencoba protes ke Mari, "Heh, itu karena kau bilang--" dan kalimatnya terhenti saat ia mengingat sesuatu, "MARIIIIII.... KAU BENAR-BENAR MENYEBALKAN! KAU MENIPUKU!"

"Salah sendiri mau ditipu, hehehe," celetuk Mari sambil menjulurkan lidahnya ke arah Momoshiro yang terlihat semakin merah padam. Dan gadis ini segera mengambil langkah seribu untuk menjauhi Momo yang siap ngamuk kapan saja.

"KAAAAAAUUUU..... JANGAN LARI KAU, HEEEEEEIII!!!"

Kaidou mendesis melihat Mari yang berlari menjauh dari Momoshiro dan Momoshiro yang berteriak mengerjarnya, "Dasar, seperti anak kecil saja!" gumamnya, tapi sedetik kemudian ia tersenyum saat ia mengingat semua ucapan Mari tadi, "Idiot."

Ah dasar pemuda satu ini. Bilang saja ia senang karena Momoshiro mengkhawatirkannya. LOL


The End! 


WAHAAAAAAAA RAMPUNG WOI! RAMPUUUNNGG!!!!!

ADA YAH! LAW JADI DOKTERNYA MARI DAN KETEMU SAMA MOMOKAI! HAHAHAHAHA INDAHNYA DUNIA IMAJINASIKU! #digaplok

Aiihh... Momo-chii manis banget sih aaaahh... khawatir sama Kaoru-chan sampe sebegitunyaaaaa... yhaaaa... HAHAHAHA SASUGA OTP SAYA!!!! Padahal belum dijelasin sama Mari musibahnya apaan, tapi dia langsung ke rumah sakit begitu. HAHAHAHAHAHA ADORABLE BANGET SIH >/////< *banting* #WOI
MomoKai 
Ugh... ugh... ugh... entah mau ngomong apa lagi... makasih buat yang udah baca...

TUMBEN A/N NYA KAYAK GINI DOANG, BIASANYA DIA BERISIK!!! #EH

Sudah gitu doang lah... bye byee~

No comments:

Post a Comment

Powered By Blogger

Translate

Awesome Inc. theme. Powered by Blogger.