(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~) Hello, Mari-chan is here ★★★ A cheerful, sweet, innocent and light idiot girl who loves Trafalgar Law more than anyone ♡♡♡ Trafalgar Law's Wife ♡ Fushichou Marco's Niece ★★ Sabo & Echizen Ryoga's Sister★ ★ Whitebeard Pirates & Heart Pirates ★★ Kaidou Kaoru and Momoshiro Takeshi's Bestfriend ★★ One Piece ── One Piece Live Attraction ★ Prince of Tennis ★ Hunter X Hunter ★ Death Note ★ MarcoAce is Life. MarcoAce is Love ♥ Sweet Combi ♥ Rival Pair ♥ Seigaku ★ Extremely biased towards Ishiwatari Mashu and Kimura Tatsunari ♥ Yoroshiku ♥ and welcome to my (weird) blog (ノ゚▽゚)ノ

Thursday 10 November 2016

School

Kaki-kaki kecil nan lincah milik Mari berjalan dengan semangat setelah keluar dari mobil. Sebuah tas mini berwarna biru cerah menempel di punggungnya. Di sampingnya, seorang pemuda tinggi berhelai pirang dengan model aneh berjalan pelan, berusaha mengimbangi langkah sang gadis kecil.

Hari ini adalah hari yang spesial. Karena ini hari pertama Mari masuk sekolah. Meski hanya di bangku Kelompok Bermain, tapi gadis ini terlihat sangat bersemangat.

Selama ini Mari selalu ingin ikut Sabo ketika Sabo berpamitan untuk pergi ke sekolah. Makanya Marco berinisiatif memasukkannya ke Kelompok Bermain. Itu sekolah yang cocok untuk usianya yang belum genap empat tahun.

"Marco-jichan, apakah sekolah Mari sudah dekat?"

Marco tersenyum dan menggenggam tangan malaikat kecilnya erat, "sebentar lagi sampai, yoi~ Mari sudah tidak sabar kah?"

Mari mengangguk semangat dan mengayunkan tangannya yang masih bertautan dengan tangan sang Ojisan. Marco memarkirkan mobilnya di tempat yang lumayan jauh dari gedung sekolah, ia sengaja melakukannya untuk membuat Mari penasaran.

Tiga menit berlalu, gedung Kelompok Bermain yang dituju oleh dua orang ini sudah terlihat di depan mata. Gedung berwarna hijau lembut itu tidak terlalu besar, namun terlihat sangat nyaman dengan banyaknya pohon di sekelilingnya dan juga bunga-bunga yang tumbuh di sekitar sekolah. Lingkungannya juga nampak bersih.

Untuk ukuran pemuda dua puluhan tahun dan belum berpengalaman dengan hal-hal yang berkaitan dengan pengasuhan anak, Marco ternyata lumayan pintar dalam memilih sekolah yang bagus.

Wednesday 5 October 2016

Marco and Law's Birthday


"Marco-jichan!!!!" 

Suara nyaring seorang gadis yang tiba-tiba terdengar dari arah pintu ruangannya membuat Marco menoleh, manik birunya melebar ketika mendapati keponakan perempuannya berlari memasuki kantornya dengan terburu-buru. Dua anak laki-laki yang sangat ia kenali berjalan santai di belakang sang gadis.

"Otanjoubi omedetou, Ojichaaan~" ucapan gadis tujuh tahun yang kini tersenyum lebar ke arahnya itu tak ayal membuat Marco terkejut luar biasa.

Ia hanya bisa mematung di tempat duduknya memperhatikan gadis bernama Mari yang kini berdiri di depan meja kantornya itu, tangan kanannya membawa sebuah kotak sedang terbungkus kado bercorak biru cerah─Yang kini diulurkan padanya. Sedangkan tangan kirinya membawa sebuah kotak yang lain. Sepertinya itu juga kado.

Marco menatap bergantian antara kado di tangan Mari dan ekspresi wajah gadis itu sendiri, ia mengedipkan mata birunya sekali sebelum akhirnya senyuman lembut nampak menghiasi wajahnya yang awalnya disinggahi oleh raut wajah lelah karena seharian bergelut dengan laptopnya.

Pria pirang ini bangkit dari duduknya, ia meraih tubuh kecil gadis kesayangannya dan memeluknya dengan erat. Bisikan 'arigatou' yang terdengar sangat pelan meluncur dari bibirnya sukses mengundang tawa dari sang keponakan.

Saturday 10 September 2016

Mari's Bestfriend

"Hei, hei... lihat itu! Itu kan 'Kaoru-chan~' haha."

Sebuah suara seorang anak lelaki merasuk ke telinga Mari.

"Lagi-lagi dia memakai baju seperti itu, haha, dasar anak aneh!"

Suara tawa menyertai ucapan seorang lagi. Mari yang sedang berjalan santai bersama Kaoru menuju rumahnya, spontan menghentikan langkahnya dan bergegas menoleh ke arah suara-suara yang jelas-jelas membicarakan sahabatnya itu.

Sebenarnya Mari tidak tahu apa artinya sahabat, ia mendapat kata itu dari Sabo ketika Mari bercerita panjang lebar tentang Kaidou Kaoru. Dan kakaknya itu menyimpulkan bahwa Kaoru adalah sahabatnya. Alasan yang dikemukakan Sabo saat itu tidak begitu jelas bagi Mari, tapi apa pun itu, Mari senang menganggap Kaoru sebagai sahabatnya. Itu terdengar keren. 

Ah, lupakan itu dan fokus ke apa yang terjadi sekarang ini.

Mata hitam Mari berkilat menatap tiga anak lelaki yang usianya sedikit lebih dewasa dari mereka tengah tertawa puas seolah mereka baru saja sukses membuat lelucon yang bisa membuat dunia tertawa. Hah, mimpi saja sana. 

Demi apa pun, Mari ingin sekali melempar sepatunya ke wajah anak-anak menyebalkan itu.

Saturday 13 August 2016

Tutor

Prince of Tennis by Konomi Takeshi 

One Piece by Eiichiro Oda 

Tutor by Mari-chan 


Inui Sadaharu.

Siapa yang tidak mengenalnya?

Pemuda tinggi dengan rambut jabrik seperti durian dan berkacamata kotak nyentrik itu adalah salah satu murid terpintar Seishun Gakuen.

Tidak hanya itu, Inui juga salah satu anggota reguler klub tenis Seigaku. Iya, yang juara nasional junior jepang itu, lho.

Kepintarannya di sekolah dan kehebatannya dalam dunia tenis itulah yang membuat pemuda jangkung ini populer di kalangan gadis-gadis.

Eeerr—Atau lebih tepatnya itu hanya berlaku untuk satu gadis?

Tuesday 26 July 2016

Visitors

"Kami ingin bertemu dengan Fushichou Marco, apa dia ada di rumah?"

Mari membuka dan menutup mulutnya mendengar ucapan tamunya yang kini masih berdiri di depan rumahnya. Ia ingin mengatakan sesuatu tapi urung, terutama saat otaknya selesai mencerna kalimat yang baru saja dikatakan oleh salah satu dari mereka.

Wanita bersurai hitam panjang dan terlihat sangat anggun ini tadi mengatakan 'Fushichou Marco' kan? Iya, telinga Mari masih normal, tidak mungkin ia salah dengar. Apalagi salah dalam mendengar nama asli dari ojisan-nya.

Nama depan Marco memang lebih dikenal dengan Edward sekarang, tapi tetap saja Fushichou adalah nama lahirnya. Mari tahu itu dari Marco sendiri. Meski nama Fushicho terdengar sedikit eerr─aneh─tapi Marco tetap bangga pada namanya.

Dan tentu saja Mari juga.

"Benarkah di sini rumah Marco?"

Wednesday 15 June 2016

You Want What?

Dua pasang mata berbeda warna menatap tajam pemuda pertengahan duapuluhan tahun yang masih duduk tenang di salah satu ruangan di dalam rumah pemilik dua pasang mata tadi. Pemuda yang ditatap oleh dua manusia pirang di depannya hanya memutar bola matanya.

"Kau mau apa?"

Pertanyaan yang sama dan masih berasal dari sosok yang sama, si pirang yang lebih dewasa. Sementara si pirang yang lebih muda masih menatapnya dengan pandangan kau-pasti-bercanda.

"Sudah kukatakan tadi, Marco-ya... perlukah kuulangi," Law menjawab datar.

"Ulangi sekali lagi, Dokter Menyebalkan!" Sabo menghardik cepat, tidak suka saat ada seseorang bersikap tidak sopan kepada Marco.

"Yare yare... Maksud kedatanganku ke sini. Ingin meminta izin kalian berdua untuk menikahi Mari."

"KAU PASTI BERCANDA!" Marco dan Sabo berteriak kompak, memberikan tatapan tajam kepada sang dokter muda.

Law menghela napas, sepertinya ini akan sedikit lebih susah dari perkiraannya.

Sunday 12 June 2016

Fujisaki Mari

Suuuupp~

Jadi... saya menyadari bahwa trivia untuk oc kesayangan ini terlihat berantakan karena hidup di dua dunia (?) Dan akhirnya, saya memutuskan untuk menggabungkan dua dunia dari Mari menjadi satuuuu, lalalalala (kalo nyari postingan yang lalu, sudah Mari hapus semuanya, gomen *bungkuk-bungkuk*)

Iyap, Fujisaki Mari dari Tenipuri Universe digabung dengan Fujisaki Mari One Piece Universe, karena saya juga kangen nulis kebersamaan Mari dengan sahabatnya, Kaoru-chan dan Momo-chii, juga senpai-tachi-nya dia di Seigaku :D

Tapi Mari juga masih ingin nulis tentang Traffy dan keluarganya yang keren itu wkwkwkwkwk

Kayaknya pernah bikin ya yang sejenis ini, dua universe digabung... itu lho, yang Mari ngajak MomoKai ketemu Law, wkwkwkwk nah, kayak gitu sih konsepnya...

Maka diputuskanlah /GAYAMU/ dua universe itu disatukan jadi satu universe bernama Crossover #krik

Saturday 21 May 2016

Shirohige Mansion

Getaran ponsel perak yang berada di atas meja belajar tak dihiraukan sedikit pun oleh sang pemilik. Tangan-tangan kecil namun cekatan masih terlalu asyik dengan kegiatannya; menata koper kecil dengan barang-barang yang akan menemaninya selama dua hari penuh di rumah sang kakek.

Gadis yang selalu ceria dan hobi tebar senyum ini memasukkan beberapa baju ke dalam tas, lalu jepit rambut─ia wajib mambawanya jika ingin bertemu Izou dan Haruta─dan beberapa manga.

Mari sengaja tidak membawa laptop karena dia ke sana untuk berlibur, bukan untuk menyibukkan diri dengan laptop. Marco juga sering mengatakan, jika berlibur, tinggalkanlah apa yang akan mengganggu liburanmu. Sudah jelas ojisan-nya itu merujuk pada laptop.

Uuuu, lagipula dirinya sangat yakin tidak akan punya waktu dengan laptop saat berada di sana. Shirohige Mansion itu sangat besar, mungkin sama besarnya dengan bangunan sekolahnya. Terlebih lagi, penghuni rumah itu juga orang-orang yang akan selalu membuat dirinya sibuk. Meski anak-anak dari kakeknya sudah punya tempat tinggal pribadi, tapi Shirohige Mansion tetap menjadi pilihan utama mereka tinggal.

Wednesday 4 May 2016

Heavy Rain

Suara gemuruh hujan beserta petir masih menjadi pendamping sesosok gadis yang masih berkutat dengan tugas sekolahnya. Manik hitamnya bergerak resah. Tugasnya harus selesai besok tapi dirinya sama sekali tidak bisa konsentrasi.

Salahkan saja petir di luar sana.

Kilatan cahaya terlampau terang memaksa kepala berhelai hitamnya menoleh, meninggalkan buku bersampul tebal di meja dan menatap horor jendela kamarnya.

"Ugh," ia bergegas membawa kedua tangannya ke telinga, menekannya kuat dan menutup matanya rapat. Suara petir yang lumayan keras membuat detak jantungnya menggila seketika.

Tak berselang lama, suara benturan benda keras terdengar dari ruangan sang gadis bersurai hitam panjang, kursi yang ia duduki menghantam lantai saat sosok yang dari tadi duduk di sana melompat dan berlari keluar kamar.

"Sabo-niiiiiiiiiiiii."

Sunday 24 April 2016

Hug


One Piece © Eiichiro Oda 

The Prince of Tennis © Konomi Takeshi 

Hug © Mari-chan 


Brak!!!

Suara pintu yang dibuka secara paksa membuat sekelompok remaja di ruang tamu rumah Mari menoleh. Tiga pasang mata berbeda warna menatap sosok pemuda berambut pirang yang baru saja membuka pintu dengan kasar itu.

"Sabo-nii?" Mari menggumam lirih memperhatikan sang kakak yang tidak seperti biasanya. Wajahnya yang biasanya tetap tenang meski dalam keadaan lelah itu tergantikan oleh raut wajah penuh emosi. Ia bahkan tidak mengucapkan 'Tadaima.' Pasti ada sesuatu yang terjadi?

Sabo yang sepertinya sedikit kaget karena kehadiran teman-teman Mari hanya bisa menatap satu persatu remaja yang ada di ruang tamunya itu, meski dengan tatapan kosong. Semenit kemudian, pemuda dua puluh tahun itu berjalan cepat meninggalkan Mari dan teman-temannya, menuju kamarnya di lantai dua. Tanpa mengatakan apapun.

"Mari? Ada apa dengan kakakmu?" tanya Momoshiro, mata ungunya masih mengarah ke tempat menghilangnya Sabo, pemuda jabrik itu terlihat heran dengan sikap Sabo barusan

"Sabo-san sepertinya ada masalah," tambah pemuda tujuh belas tahun itu.

"Entahlah, aku juga tidak tahu," balas sang tuan rumah. Ia khawatir kepada kakaknya dan ingin segera tahu apa yang terjadi, tapi ia jelas tidak bisa meninggalkan Kaoru dan Momo begitu saja. Apalagi mereka sedang belajar.

Tuesday 19 April 2016

One Day

One Day By The Rootless

Apa yang ada di pikiran kalian tentang lagu satu ini?

Kalo bagi Mari pribadi, lagu satu ini tuh sebagai pertanda bahwa, OTP SAYA TENGGELAM, HAHAHAHAHAHA /gak

Ehm!

One Day adalah Opening ke 13 dari One Piece. Lebih tepatnya ini adalah opening dari Marineford Arc, arc terkamfret dari semua Arc di One Piece *kutuk botak Kurohige*

Kenapa saya bilang Arc ini kamfret, YA, TOLONG DIPIKIR YAAAA... DARI AWAL UDAH DIJELASIN, LAGU INI PERTANDA KAPAL SAYA KARAM, KURANG KAMFRET APA LAGI SIH, HAH! #cukup

Di arc yang punya opening lagu ini juga kelompok bajak laut kesayangan saya mengalami mimpi terburuk :'( rasanya sedih banget, dalam sehari, mereka kehilangan sang Kapten a.k.a Shirohige dan Bang Ace, itu nyesek, demi apa itu nyeseeeeeek *kutuk Kurohige lagi* /kenapa sih

Dan lagu ini juga gak kayak lagu-lagu Opening One Piece yang biasanya ceria, lagu ini lebih hnnnngggg (?)

Lebih kedengaran serius dan bikin mewek, INI ASLI GAK FOTOKOPI (?)

Monday 21 March 2016

Family

Marco Memijit keningnya yang dari tadi berdenyut karena ulah salah satu keponakannya. Laki-laki usia akhir 30-an ini menghela napas dan kembali membaca sebuah surat dari guru Mari yang tak lain adalah teman sekelasnya dulu saat SMA, Smoker.

Smoker adalah seorang guru bahasa inggris di sekolah Mari dan iya, sudah jelas kalau Smoker itu gurunya Mari.

Selama ini Mari selalu mendapat nilai bagus dari mata pelajaran yang diajarkan oleh pria berambut putih itu. Bahkan Smoker secara pribadi mengatakan kepadanya kalau Mari adalah siswi yang berbakat dalam pelajaran bahasa inggris. Iya, itu wajar mengingat dokter pribadi Mari─Trafalgar Law─juga sangat memahami bahasa inggris. Apalagi Marco sangat mengerti bagaimana hubungan Mari dan dokter pribadinya itu. Pasti Law juga sering mengajari Mari tentang bahasa inggris.

Marco tidak akan heran jika yang memberikan surat kepadanya adalah Monet karena nilai Mari yang anjlok di pelajarannya, karena Marco sangat paham, keponakannya itu benar-benar bodoh level dewa dalam pelajaran matematika. Dan entah sudah berapa kali ia menerima surat pemberitahuan dari wanita cantik itu yang mengatakan nilai Mari buruk lagi dan jika tidak diperbaiki dia tidak akan naik kelas.

Friday 8 January 2016

Hat and Date


Bagi seorang Trafalgar Law, topi miliknya itu sangat penting, mungkin tidak seperti Mugiwara No Luffy yang menganggapnya sebagai separuh nyawa, tapi baginya, topinya itu sama dengan... entahlah, identitasnya mungkin.

Dan Law merasa sangat bukan dirinya saat ia tidak mengenakan topi bulunya itu.

Kenapa di hari yang cerah ini Law malah memikirkan topinya? Ya karena tidak lain dan tidak bukan, sejak ia dan krunya turun dari kapal dan berjalan-jalan di pulau yang mereka singgahi, ia sudah merasa kehilangan jati diri karena si bodoh Mari itu dengan senyum sok manis mengatakan ingin meminjam topinya.

Sebenarnya Law bisa saja menolaknya tapi ia ingat hari ini adalah hari yang penting bagi Mari, karena itu ia tidak bisa menolak permintaan sang gadis.

Tapi melihat Mari yang masih bersikap wajar dan tidak neko-neko, sepertinya gadis itu lupa tentang hari ini.

Powered By Blogger

Translate

Awesome Inc. theme. Powered by Blogger.