(~●ω●)~ ~(●ω●)~ ~(●ω●~) Hello, Mari-chan is here ★★★ A cheerful, sweet, innocent and light idiot girl who loves Trafalgar Law more than anyone ♡♡♡ Trafalgar Law's Wife ♡ Fushichou Marco's Niece ★★ Sabo & Echizen Ryoga's Sister★ ★ Whitebeard Pirates & Heart Pirates ★★ Kaidou Kaoru and Momoshiro Takeshi's Bestfriend ★★ One Piece ── One Piece Live Attraction ★ Prince of Tennis ★ Hunter X Hunter ★ Death Note ★ MarcoAce is Life. MarcoAce is Love ♥ Sweet Combi ♥ Rival Pair ♥ Seigaku ★ Extremely biased towards Ishiwatari Mashu and Kimura Tatsunari ♥ Yoroshiku ♥ and welcome to my (weird) blog (ノ゚▽゚)ノ

Thursday 13 July 2017

Family Time

"Bowling?"

Mari menghembuskan napas panjang seraya menumpu dagu dengan tangan kanan, kepalanya mengangguk tak bersemangat menyahut ucapan sang kakak yang duduk berseberangan darinya di sisi lain ruang keluarga.

"Itu untuk perayaan kemenangan Seigaku atas Josei Shonan dan keberhasilan menembus empat besar Turnamen Kanto," jawabnya lesu. Ia bahkan tak minat menyomot camilan kue cokelat buatan Thatch yang tersedia di atas meja.

"Bowling kah... asyiknya~" terdengar suara Sabo yang berucap semangat.

Mata gelap Mari melirik sinis kakaknya yang masih sibuk membaca selembar undangan buatan Oishi-senpai, sinar mata sang kakak berbinar cerah melihat nama olahraga kesukaan terpampang jelas dalam kertas undangan pemberiannya, "Tapi itu untuk anak Seigaku," ujarnya singkat.



Raut Sabo berubah masam, "Dasar pelit," sang pemuda pirang menjulurkan lidah, "Lalu kenapa kau tidak ikut?" ia bertanya dengan nada bosan seraya melempar selembar kertas yang awalnya sangat menarik perhatian itu ke atas meja.

Untuk kedua kalinya Mari menghela napas, ia mengacak helaian hitamnya dan memekik, "Sabo-nii tahu tidak ini hari apa?"

Sabo mengangguk singkat.

"Semalam Marco-jichan mengatakan minggu ini beliau tidak sibuk dan ingin mengajak Mari jalan-jalan!" pekik gadis duabelas tahun.

"Kau tidak mengatakan tentang undangan dari Oishi?" Alis Sabo terangkat.

"Sudaaaaaah, mooooouuuu," Mari mulai emosi, "Tapi minggu-minggu ke depan Marco-jichan akan sibuk dengan urusan kantor lagi dan tidak akan ada waktu untuk Mari! Marco-jichan juga memberi pilihan. Jika hari minggu ini Mari memilih jalan bersama Seigaku, Marco-jichan bilang sih tidak masalah tapi Minggu depan minggu depannya lagi dan depannya lagi Marco-jichan akan sibuk jadi tidak bisa diajak jalan-jalan! Ih Mari tidak maaauuuu! Sudah jelas Mari lebih memilih bersama Marco-jichan dan akhirnya tidak bisa ikut Kaoru-chan."

Sabo berkedip berkali-kali mencerna ucapan adiknya yang sangat cepat dan tidak mengenal spasi sama sekali. Bagaimana bisa dia bicara sepanjang itu dalam sekali helaan napas? Ia menepuk keningnya.

Ya sudah kalau itu keinginan Mari sendiri, kenapa gadis itu muram terus dari tadi pagi?

"Sabo, Mari, kalian sudah siap, yoi?"

Sabo berdiri dari duduknya dan nyengir lebar ke arah Marco, pria itu mengenakan kaos putih dilengkapi kemeja ungu pendek yang tak dikancing beserta celana jeans berwarna krem, sangat Marco-san sekali. Ia tersenyum lebar dan berjalan santai menuju sang Ojisan, "Sepertinya Mari tidak mau pergi, Marco-san," ucapnya jahil.

"SABO-NII AHOOOUU!!!"



One Piece © Eiichiro Oda 

The Prince of Tennis © Konomi Takeshi 

Family Time © Mari-chan 



"Sebenarnya kita mau ke mana, Marco-san?" Sabo bertanya dari kursi belakang yang selalu menjadi singgahsananya jika naik mobil, kedua tangannya ia tumpu ke sandaran kursi kemudi yang diduduki Marco.

Marco hanya tersenyum tipis, dua tangannya masih cekatan mengemudikan mobil kesayangan, pandangannya pun masih fokus dengan jalanan di depan, "Ke tempat yang menyenangkan, yoi," ia menjawab tanpa menoleh ke arah keponakan laki-lakinya.

Sabo menggembungkan pipi dan kembali duduk menyender di kursinya, ia melipat kedua tangan di dada, "Kenapa setiap jalan-jalan bertiga, Marco-san selalu mengatakan hal itu," ocehnya sebal.

Marco tertawa pelan, "Mari-chan juga ingin bertanya?"

Mari menggeleng sekali, "Jawabannya pasti sama saja."

Tawa Marco kembali terdengar, "Sebulan ke depan, Marco-jichan akan sangat sibuk, jadi hari ini kita akan menghabiskan waktu bersama dengan cara yang menyenangkan."

Sabo dan Mari masih diam di kursi masing-masing.

"Family time, yoi."

Hmmmmm, kedengarannya memang menyenangkan sih. Batin Sabo.

"Nanti kalau sudah sibuk dengan urusan kantor, jangan lupa makan, ya, Marco-jichan."

Itu nasihat yang bagus, Mari.


.....


"Yo, Rocinante."

He? Sabo mendelik.

Tak percaya dirinya bisa datang lagi ke rumah ini. Dan bertemu lagi dengan makhluk pirang aneh yang mengaku sebagai ayah Law ini.

Terakhir ia datang ke rumah ini adalah saat hari ulang tahun Marco-san lima tahun yang lalu, sejak itu ia selalu menolak jika Marco berniat bertamu atau sekedar bertemu dengan orang aneh bernama Rocinante.

Tapi hari ini? Hanya dengan alasan family time dengan Marco dan Mari, Sabo mengiyakan ajakan ojisan-nya dan berakhir dengan kembalinya ia ke rumah Law.

Menyebalkan sekali. Mananya yang menyenangkan kalau akhirnya mampir ke tempat orang yang paling dibenci oleh Sabo!

"Marcoooo~" Rocinante melompat girang seraya menubruk Marco yang hanya tertawa diikuti oleh Mari. Sial, mereka sepenuhnya mengabaikan Sabo yang kini berwajah masam.

"Aku mau pulang," Sabo berujar sinis, ia melayangkan deathglare maut ke arah pemuda di sebelah Rocinante yang tak lain adalah alasan utama mood hari minggunya rusak, siapa lagi kalau bukan Trafalgar Law.

"Pulang saja sana," Law menyahut tak kalah sinis. Dua tangannya bersedekap di depan dada. Benar-benar angkuh, Sabo sangat ini meninju wajah pandanya itu. Hih.

"Nani! Kau mengusirku!" Bentak Sabo tak terima, ia bahkan sudah menggulung lengan kemejanya. Bersiap melayangkan sebuah pukulan.

Law hanya menyeringai setan, "Kau bilang mau pulang. Ya pulang sana," ucapnya.

Darah Sabo seketika mendidih, ia marah. Bagaimana bisa ada seseorang yang memiliki sifat kaku dan menyebalkan seperti si Panda ini.

"Kau──"

Donquixote Rocinante menepuk kedua tangannya, menghentikan ucapan Sabo seketika. Ayah Law itu merangkul pundak Sabo yang sedari tadi mencak-mencak serta pundak Law──Menghentikan perdebatan keduanya──dan membawa mereka masuk ke dalam kediamannya yang besar, "Kalian ini masih pagi sudah penuh semangat, ya~ hahaha."

Sabo tak pernah semenyesal ini mengikuti ucapan Marco. Tolong, ia lebih memilih main bersama Luffy dan Ace saja kalau tahu bakal seperti ini acara Family Time-nya.

....

"Jadi, apa rencana hari minggu kita, Marco~"

Sabo yang kali ini sudah duduk 'nyaman' di kursi ruang tamu keluarga Rocinante tak henti-hentinya menggumamkan kalimat cibiran. Ingin rasanya ia kabur dari sini. Ingin sekali. Benar-benar ingin!

"Kau sendiri punya rencana apa?"

Kenapa bertanya padanya, Marco-san? Tanya saja padaku dan aku akan menjawab 'Rencanaku tidur seharian!' Batin Sabo mulai ngawur.

"Sebenarnya aku dan Law ingin bermain bowling."

Tunggu.... Tadi Rocinante-san mengatakan bowling? Telinga Sabo langsung bereaksi mendengar nama olahraga kesukaannya.

Sepertinya tidak buruk juga. Apalagi Sabo sudah lama tidak bermain bowling karena tugas sekolahnya yang begitu mencekik sehingga rencananya bermain bowling bersama teman-temannya selalu berakhir dengan kegagalan.

Belum lagi rencana dirinya ikut anak Seigaku juga tidak terpenuhi karena ia memang bukan murid Seigaku dan karena ada acara Family Time ini. Yang berakhir seperti ini. Mood Sabo kembali turun.

Tapi memikirkan bowling membuat kadar kegembiraannya kembali naik meski hanya beberapa persen, ternyata Rocinante-san punya hobi yang menarik.

"Bowling kah? Sebenarnya Mari dan Sabo hari ini juga ingin bermain bowling sih," Suara Marco mengalun, membuat Sabo memasang telinganya sebaik mungkin. Ia tahu Ojisan-nya itu tengah memikirkan sesuatu, tinggal menunggu kata 'tapi' saja mengalun dari mulutnya, "Tapi 'kan Mari tidak bisa bermain bowling."

SUDAH KUDUGA! Sabo sukses tersedak jus jeruk yang entah sejak kapan sudah masuk dalam mulutnya.

"Baka Mari, berhenti mencekoki kakakmu dengan jus tanpa sepengetahuannya!" Bentak Sabo pada adiknya yang hanya menjulurkan lidah. MENYEBALKAN! 

"Habisnya Sabo-nii melamun saja dari tadi," balas Mari. Benar-benar minta dijitak anak ini.

"Itu bukan alasan kau boleh melakukan hal itu tahu!" emosi Sabo sudah memuncak.

"Mari-chan tidak bisa bermain bowling?" Pertanyaan Rocinante membuat Sabo dan Mari menoleh ke arahnya. Satu-satunya gadis di ruang keluarga mengangguk dan nyengir kaku.

Seharusnya Sabo tahu bahwa adiknya itu tidak bisa main bowling! Mengangkat bolanya saja dia tidak kuat!

Haduuuuh! Sabo menahan diri untuk tidak mengacak rambutnya!

"Mari jadi pendukung saja kalau begitu," suara ceria Mari membuyarkan isi pikiran Sabo.

Benar juga! Hahahaha... Ah, Mari-chan kau memang adik yang terbaik~ ingin sekali Sabo-nii memelukmu. Senyum Sabo melebar beberapa centi meter.

"Yosh, kalau begitu sudah diputuskan─"

"─Aku tidak ikut."

Oh... Oke...WHAT???? SIAPA YANG BARUSAN BICARA ITU????? 

Sabo mendelik menatap sosok seorang pemuda yang baru saja memotong ucapan Rocinante. Yang hanya dibalas tatapan datar dari Law.

Pernahkah Sabo mengatakan bahwa dirinya sangat membenci seorang calon dokter menyebalkan bernama Trafalgar Law?

Ia bahkan pernah bermimpi mengeluarkan api dari tangannya dan memukul pemuda songong yang mencoba mendekati adiknya itu.

Jika deathglare seseorang bisa membunuh orang lain, Law pasti sudah tidak terselamatkan sejak pertama kali dia bertemu dengan Sabo.



..... 



"Bicara soal bowling... menurut Mari, siapa yang lebih hebat antara Law-kun dan Sabo-nii?"

Mata gelap Sabo melebar mendengar pertanyaan dari ojisan-nya? What the hell.. Apa lagi ini? Dan pertanyaan macam apa itu?

Sudah jelas jawabannya adalah Sabo yang lebih hebat! Apa Marco-san tidak pernah melihatnya bermain bowling? Ia hanya kalah 2/3 poin saja jika melawan Marco.

Sementara Law? Heh, palingan dia belum pernah menyentuh bola bowling, dan selalu bermain dengan kodok-kodoknya.

Sabo tertawa setan.

Hahahaha, menyenangkan sekali membicarakan Law lewat pikirannya.

"Yang paling hebat..." Mari terlihat mengetukkan jari ke dagu, mata hitamnya menerawang jauh ke langit-langit ruang keluarga, "Oishi-senpai! Haha."

Boleh Sabo menjitak kepala Mari?????

"Tapi pilihannya Law dan aku, Mariiii," Sabo tak tahan untuk protes. Kenapa jawabannya bisa Oishi! Memangnya sehebat apa Oishi dalam bermain bowling? Coba lawan Sabo sini!

Entah kenapa hari ini Sabo gampang ngamuk, ya?

Mari tertawa kaku sebelum kemudian mengangguk paham, "Tapi Mari kan tidak pernah melihat kalian bertanding bowling."

Oh.

Ruang keluarga Rocinante pun mendadak hening.


.....


"Kowai Bowling?" Mari mengangkat alis melihat papan nama yang terpampang di depan arena permainan bowling pilihan Rocinante. Kenapa namanya harus kowai? Setitik keringat turun dari pelipisnya.

"Saa, ayo masuk~"

Rocinante tersenyum sangat lebar, sepertinya dia terlihat terlalu semangat menyeret langkah Traffy yang nampak ogah-ogahan. Mari terkikik pelan melihat ekspresi pemuda itu.

"Mari! Jangan cekikikan saja! Ayo masuk!"

Dan ini kenapa kakaknya ikut-ikutan menyeret Mari?? Mari 'kan hanya pendukung saja? "Sabo-nii, Mari bisa jalan sendiri," protesnya yang sama sekali tak digubris oleh sang kakak. Haduuuh, kakaknya ini kerasukan apa sih?

Lalu, entah kenapa Mari punya firasat buruk.

Bruk!!!

Dan benar saja, baru beberapa langkah memasuki arena permainan, Mari dan Sabo mendadak berhenti karena keduanya menabrak tubuh tegap Rocinante dan Law yang entah kenapa masih berdiri mematung di depan pintu masuk.

"Kenapa berhenti mendadak, sih!" Pekik Sabo seraya mengusap pelan keningnya.

"Rocinante-san?"  Gumam Mari heran, ia menatap teman Marco tanpa berkedip. Merasa tak diindahkan, iapun beralih ke arah pemuda di sebelahnya, "Traffy?"

Law tak menjawab, pemuda itu hanya memberi isyarat pada Mari untuk melihat apa yang juga tengah ia lihat.

Mari memiringkan kepalanya sejenak sebelum mengikuti arah pandangan mereka, "Ada apa, si─" ucapan itu terputus seiring dengan tertangkapnya sebuah pemandangan oleh kedua manik hitamnya.

Di depan sana, tepat di arena bowling yang hendak dituju oleh mereka, Mari melihat tubuh orang-orang yang sangat ia kenali tergeletak tak berdaya dan tengah coba dibangunkan oleh para pegawai.

"..............K-Kaoru-chan?" ia menutup mulutnya dan mengeluarkan gumaman tak percaya.

1 detik.

5 detik.

"Heeeee, Kaoru-chaaaaaan!" Bergegas Mari berlari menuju ke arah terbaringnya sang sahabat, dan ia syok luar biasa melihat betapa tak berdayanya Kaidou Kaoru, "Ooooii, Kaoru-chan, banguuun! Apa yang terjadi?" teriak Mari sembari menepuk pipi Kaidou dengan kencang. Tapi tetap tak ada reaksi berarti dari pemuda itu. Eeeeeeehhh, dia mati??? 

"Woah, ini mengerikan," Sabo yang sudah berjongkok di tengah-tengah anak Seigaku kini ikut-ikutan mencubiti pipi Momoshiro yang juga pingsan tak jauh dari Kaidou, "Wajah mereka membiru, keracunan kah?" tebaknya sok tahu.

"Bahkan Ryuzaki-sensei pun pingsan, apa yang terjadi?" Mari tak bisa berpikir jernih.

"Mari, aku melihat cairan berwarna biru di sekitar anak-anak Seigaku ini."

Eh? Siswi Seigaku menukikkan alis, ia melangkah ke arah Sabo dan meninggalkan Kaidou yang masih tak sadarkan diri.

Ada banyak bercak berwarna biru cerah yang berceceran di lantai, "....Ini," wajah Mari seketika memucat menyadari apa maksud dari cairan itu.

Percakapan dengan Inui sebelum mereka berpisah di laboratorium kembali menggema dalam ingatannya.

'Mari, apa kau tahu tentang Aozu?'

'Ao──zu?' 

'Hari minggu besok pasti akan sangat menyenangkan. Jangan lupa datang, ya, Mari.'

"Eeeeeeeeehhh.... ini pasti kerjaan Inui-senpai dan Aozu-nya itu! Yang dimaksud Aozu olehnya kemarin pasti minuman berwarna biru ini, Sabo-niiiiii," Mari berteriak seperti orang kalap.

"Lalu, kenapa senpai-mu juga ikutan pingsan?" sahut Sabo, ia menunjuk Inui yang juga dalam keadaan tak berbeda dari yang lain.

"...." Mari sukses mematung.

"M-Marco, sepertinya acara bowling kita harus tertunda."

"Kita harus membantu mereka, Rocinante."

"Apa yang sebenarnya terjadi di sini?" Law hanya bisa menghela napas melihat arena bowling langganannya menjadi seperti ini. Benar-benar kacau.

The End 

Wuahahahahahahahaha #plak

Akhirnya kembali menulis setelah berbulan-bulan diserang wabah males /HEH

INI DIAMBIL DARI SALAH SATU TULISAN PENDEK MARI DI #NULISRANDOM2017 BULAN JUNI KEMARIIIIN WKWKWKWK

Akhirnya dijabarkan, jadinya begini #yha

KANGEN NULIS TENTANG MEREKA ♥____♥

KU BINGUNG MAU PILIH PICT MANA, JADILAH MILIH INI, KANGEN TRAFFY JUGA /EH 
More like, itu ekspresi Sabo ketika sadar bahwa Marco ngajak mereka ke rumah Law HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA TAPI TRAFFY PRESYES BANGET PAS INI, AAAAAWWW /Mar

Ini ceritanya why so random,ya namanya juga pengembangan (?) dari nulis random sudah pasti sejenis /apaan

Tapi sebenarnya ini seneng banget lho bisa nulis di sini lagiiiiiiiii *peluk Law* (?) akhirnya kembali ke blog tercintaaaa T/////T Maafkan Mari yang sempat menelantarkanmu berbulan-bulan /halahlebay wkwkwk

Hiahahahaha... sudah ah, sampai jumpa di postingan selanjutnyaaaa....

No comments:

Post a Comment

Powered By Blogger

Translate

Awesome Inc. theme. Powered by Blogger.